"ah sudah, lupakan saja nona. Kita bergerak ya, hujannya sudah reda dan teman-teman juga sudah menelpon dari tadi." timpal Linggom mencoba menutupi kegrogiannya
Sebelum beranjak, apakah itu jujur atau tidak, Linggom memperhatikan tatapan Eka yang sepertinya lebih serius dari sebelumnya dan tiba-tiba Eka membuyarkan tatapan Linggom. "anak muda,tidak harus aku jawab saat ini kan? Kasih aku waktu satu bulan ya" balas Eka memecah tatapan Linggom.
"yasudah, tidak apa-apa nona" balas Linggom. "itu juga sudah merupakan jawaban nona, sebab untuk anak gerakan seperti kami, menerjemahkan retorika seperti itu bukanlah suatu perkara yang sulit" gumam Linggom dalam hati sembari membawa kardus berisi buku tersebut.
Saat diparkiran, hipotesa Linggom yang menyatakan bahwa retorika Eka adalah jelas menolaknya, kini kembali harus diteliti, sebab saat Linggom akan mengendarai motornya, Eka menitipkan sebungkus kado kecil.
" selamat Hari Valentine anak muda, jadilah berkat buat banyak orang" bisik Eka diparkiran itu sembari menyerahkan kado kecil sebuah coklat bermerek Silverqueen. Yang saat itu diterima Linggom tanpa berkata apa-apa selain melempar senyum dengan pipi nya yang sudah pasti merah merona. Dan disepanjang jalan Linggom tersenyum-senyum sendiri.
"ah kau dari mana aja Gom?" tanya Sambo yang sedari tadi sudah menunggu bersama teman-teman yang lain
"sory bang, macet" balas Linggom seolah tidak bersalah karena sudah telat
Sembari berjalan memasuki ruangan Sekretariat Linggom berbisiki kepda Sambo. "bang, berengsek itu, aku tidak lulus uji kriteria sama Eka" bisik Linggom.
"Hahahaha, kau ditolak gom?" tanya Sambo
"biarlah bang, dia bilang kasi aku waktu satu bulan, kan itu sudah jelas apa artinya bagi kita" jawab Linggom sembari mengambil kursi karena rapat pemilihan ketua akan segera dimulai.
Satu bulan berlalu