Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar sang Pendekar (60), Cerita Duka

8 September 2024   07:26 Diperbarui: 8 September 2024   07:29 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya siap membantu Ki Lurah untuk memberi hukuman kepada dukun itu!" timpal Cak Woto.

Ki Setiaji yang tadi tertunduk lesu kembali semangat. Ia berdiri dan mengajak dengan sikap tidak sabar, "Ayo sekarang kita datangi dukun keparat itu, Cak Woto!"

Setelah mempertimbangkan dengan masak, maka berangkatlah kedua orang itu menuju kediaman Mbah Myang Mimbe yang sangat terkenal sebagai Si Raja Pelet.

"Kita mampir rumah dulu, Cak Woto!" kata Ki Setiaji, "Aku mau ambil keris pusaka!"

Sesampai di rumah, Ki Setiaji cepat meloncat turun dari kuda dan masuk ke dalam rumah. Ia kemudian keluar dengan sebilah keris di tangan dan kemudian diselipkan di balik punggungnya. Ia lalu menyodorkan sekantung uang kepada Cak Woto.

"Apa ini, Ki?"

"Terimalah, Cak. Anggap saja ini hadiah, sebagai ungkapan rasa terima kasih saya atas bantuan Cak Woto!"

"Tapi saya membantu dengan ikhlas, Ki!"

"Saya juga ikhlas, Cak!" kata Ki Setiaji dengan memaksa kantong itu tetap berada di tangan Cak Woto.

"Baik, terima kasih banyak, Ki!" Cak Woto lalu mengikatkan kantong berisi uang itu ke ikat pinggangnya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun