Hanya butuh sekitar setengah menit makhluk itu akhirnya keluar. Ajeng kembali sadar dengan wajah kelelahan dan air matanya mengalir.
Meski begitu, Cak Japa mengatakan bahwa makhluk tersebut masih mengawasi Ajeng dari luar rumah. "Untuk sementara biar malam ini Jeng Jenar dan Ajeng menginap saja di rumah saya!"
Ki Setiaji dan Jenar menganggukkan kepala setuju. Setelah itu Ki Setiaji menaiki kuda mencari Topo di kediaman Ki Demang. Beberapa penjaga yang sudah mengenal Ki Setiaji, menghadang di pintu gerbang dan menanyakan maksud kedatangannya. "Kok malam-malam ada keperluan apa Ki Lurah?"
"Tolong panggilkan Topo, suruh keluar, aku mau bicara sama dia!"
Karena tampaknya ada hal yang sangat penting, maka penjaga pun memanggil Guru Besar Padepokan itu. Tidak lama kemudian penjaga tadi muncul bersama Topo yang berjalan dengan sedikit tergesa-gesa.
"Mari masuk Ki Lurah," kata Topo berusaha tampak ramah, "Ada yang bisa saya bantu?"
"Ya!" jawab Ki Setiaji geram, "Aku minta jangan ganggu anakku lagi!"
Topo memberi isyarat kepada para penjaga agar meninggalkan mereka berdua, setelah mereka menjauh ia berkata mengancam, "Apa karena aku mencintai anakmu lantas kamu pikir aku tidak berani menyingkirkanmu?" Topo menatap dengan sorot pandangan mata tajam.
"Manusia terkutuk! Kurang ajar!" Selesai mengatakan itu Ki Setiaji langsung mengirim pukulan keras. Meleset. Kini ia mengirim tendangan. Meleset lagi.
Untuk kesekian kali ia menendang. Malang sekali, Topo menangkap kakinya dan sekali memutar sambil mendorong, tubuh Setiaji terpelanting ke belakang dan membentur tanah dengan suara keras. Namun dia berusaha bangkit kembali tapi sebelum dapat memperbaiki kedudukannya, Topo menyerbu dengan sodokan yang membuat lelaki setengah baya itu untuk kedua kalinya jatuh tersungkur, terguling-guling sampai lima meter jauhnya. Ia mencoba bangun tapi tamparan keras dua kali mendarat di pipinya dan membuat bibirnya berdarah. Kepalanya pening dan pandangannya nanar, sehingga ia terhuyung-huyung hendak roboh.
"Aku tidak akan segan-segan membunuh siapapun yang menghalangi niatku!" ancam Topo dengan tegas. "Camkan itu!"