Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar sang Pendekar (60), Cerita Duka

8 September 2024   07:26 Diperbarui: 8 September 2024   07:29 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makhluk mengerikan di sudut ruangan itu berkata "Kamu harus ikut aku?"

Ajeng spontan berteriak histeris. Sambil menudingkan jari makhluk itu terus mengulang perkataan yang sama.

Ki Setiaji dan Jenar yang mendengar teriakan langsung berlari menuju ke kamarnya. "Ada apa Jeng?" tanya Jenar panik. "Ajeng?"

Ajeng yang menutup muka dengan kedua tangan lalu menunjuk makhluk tinggi besar berbulu yang jongkok di pojok. Wajah Ajeng yang sangat ketakutan tampak pucat.

Kedua orang tua itu mencoba menenangkan, karena mereka tidak melihat apapun di tempat yang ditunjuk putrinya. "Ada apa, Jeng?" tanya mereka keheranan. "Apa yang kamu lihat?"

Ajeng hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tetap menangis. Ia menutup mukanya dengan kedua telapak tangan.

Ada pohon besar di kebun belakang rumah yang memang terkenal angker. Namun, selama ini tidak pernah ada gangguan kepada anggota keluarga mereka. Mungkin hanya suara-suara seperti anak-anak berlari-larian saja. Setiaji berusaha menenangkannya dan menggiringnya pindah ke ruang tengah.

Makhluk itu kini merasuki tubuh Ajeng. Ajeng mengerang, kemudian tertawa cekikikan. "Pokoknya aku mau menikah sama Cak Topo!" ujar Ajeng di sela seringai aneh.

Jenar panik dan mengambil air minum sembari membacakan mantra, kemudian berusaha meminumkan air itu, tapi air yang diminum Ajeng itu kemudian disemburkan ke muka Jenar.

Ki Setiaji berteriak, "Pergi dari rumah ini, jangan ganggu keluargaku!" Namun, makhluk dalam tubuh putrinya itu malah tertawa nyaring. Membuat siapa pun yang mendengar merasa merinding.

Guk Subur, tukang kusir yang mendengar itu segera mendatangi rumah Ki Lurah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun