"Saya siap membantu Ki Lurah untuk memberi hukuman kepada dukun itu!" timpal Cak Woto.
Ki Setiaji yang tadi tertunduk lesu kembali semangat. Ia berdiri dan mengajak dengan sikap tidak sabar, "Ayo sekarang kita datangi dukun keparat itu, Cak Woto!"
Setelah mempertimbangkan dengan masak, maka berangkatlah kedua orang itu menuju kediaman Mbah Myang Mimbe yang sangat terkenal sebagai Si Raja Pelet.
"Kita mampir rumah dulu, Cak Woto!" kata Ki Setiaji, "Aku mau ambil keris pusaka!"
Sesampai di rumah, Ki Setiaji cepat meloncat turun dari kuda dan masuk ke dalam rumah. Ia kemudian keluar dengan sebilah keris di tangan dan kemudian diselipkan di balik punggungnya. Ia lalu menyodorkan sekantung uang kepada Cak Woto.
"Apa ini, Ki?"
"Terimalah, Cak. Anggap saja ini hadiah, sebagai ungkapan rasa terima kasih saya atas bantuan Cak Woto!"
"Tapi saya membantu dengan ikhlas, Ki!"
"Saya juga ikhlas, Cak!" kata Ki Setiaji dengan memaksa kantong itu tetap berada di tangan Cak Woto.
"Baik, terima kasih banyak, Ki!" Cak Woto lalu mengikatkan kantong berisi uang itu ke ikat pinggangnya.
***