Mohon tunggu...
Tia Cantika Rizkia
Tia Cantika Rizkia Mohon Tunggu... Lainnya - XII MIPA 5

Selamat Membaca!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Frans Kaisiepo dan Perjuangannya

21 November 2021   00:10 Diperbarui: 21 November 2021   10:34 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Coordinating Secretariat for West Irian Affairs

Suara lantang Herman yang menyuarakan kebenaran pahit membuat Frans dan juga yang lainnya semakin merasa cemas. Takut akan kegagalan.

Kemudian Silas melangkah mendekati Frans. "Tidak ada perjuangan yang sia-sia begitu saja. Kita harus mencoba dan berusaha sekuat yang kita bisa. Apa mau jika kita masih tercengkram dibalik tangan kekuasaan Belanda?"

Herman mengatur napasnya yang tersengal. Meski begitu ucapan Silas ada benarnya. Tapi entah kenapa ia benar-benar ragu jika semua rencana dan iming-iming keberhasilan yang Frans ucapkan itu akan membuahkan hasil.

"Dasar kau! Pemikiran yang kau punya hanyalah pemikiran negatif. Justru dengan bersama-sama, kita pasti akan bisa. Walau entah apa hasilnya nanti, setidaknya kita sudah berusaha," ucap Baldus Mofu dengan mata menajam menatap Herman yang kini sedikit tertunduk.

Frans sedikit tersenyum. Kekuatan kebersamaan inilah yang dirinya butuhkan. "Herman, percayalah, saat kita bersama tidak akan ada yang bisa memecah belah kita. Apalagi sampai terlepas dari wilayah Indonesia."

Cahaya rembulan masuk lewat sela-sela jendela yang sedikit terbuka gorden nya. Pertemuan yang selalu diadakan secara diam-diam ini, mereka harapkan menjadi awal keberhasilan pemberontakan yang akan mereka lakukan nanti nya. Agar bangsa Indonesia tidak terpecah belah hanya karena taktik Belanda. 

Beberapa hari kemudian setelah diumumkannya proklamasi Indonesia, Frans mengadakan upacara pengibaran bendera merah putih. Terdengarlah lagu kemerdekaan Indonesia yang begitu menggetarkan hati. Bangga juga begitu terharu kala mendengar bahwa bangsa Indonesia sudah merdeka setelah sekian lama nya terjajah. Frans dan beberapa kawan nya tak henti menyunggingkan senyum. Meski memang, wilayah Papua tentu masih dibayang-bayangi Belanda yang hendak memecah belah mereka walau Indonesia sudah dinyatakan merdeka. Namun rasa nasionalisme nya yang tinggi, juga tekad yang Frans punya begitu kuat.

Tidak akan ia biarkan Belanda dengan begitu mudahnya membuat Papua mendirikan negara nya sendiri. Karena bagaimanapun, Papua adalah Indonesia dan selama nya akan tetap seperti itu.

"Merdeka seperti sebuah kata yang sebenarnya tidak untuk kita," gumam Herman menatap bendera merah putih yang tertiup angin di atas sana.

Tanpa menoleh sedikitpun, Frans membuka mulutnya. "Tak apa, Herman. Sebentar lagi, kata merdeka itu akan benar-benar terasa oleh kita, masyarakat Papua." 

Herman menanggapi saja dengan helaan napas. Pada kenyataannya, ia selalu saja menunjukkan ketakutannya. Herman ini nampaknya seorang yang punya keraguan tinggi. Walau sudah beberapa kali ia mengikuti pertemuan rahasia yang selalu diadakan, tetapi seolah tak percaya jika semuanya akan berhasil, Herman selalu saja menyatakan kenyataan pahit yang sebenarnya memang begitu kenyataannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun