Tepat satu tahun setelah kemerdekaan Indonesia kala itu, namun nyata nya Papua belum benar-benar merdeka. Seperti kata pepatah: "mempertahankan lebih sulit ketimbang meraih". Nyata nya Belanda tak akan membiarkan hidup rakyat Indonesia tenang walau sudah merdeka. Perpecahan adalah hal yang mereka inginkan.
Tepat saat konferensi Malino diadakan, Frans Kaisiepo yang mewakili Papua, menyarankan agar nama Papua diganti menjadi Irian Barat. Yang mana memiliki arti "tempat yang panas" dalam bahasa asli nya, yaitu Biak. Hanya selang beberapa hari kemudian setelah diri nya kembali ke Biak, Frans mendirikan Partai Indonesia Merdeka.
Lagi-lagi tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa Irian Barat tidak akan bergabung dengan negara Indonesia Timur yang mana merupakan rencana Belanda untuk memecah belah persatuan Indonesia.
Namun kala Silas Papare memimpin upacara pengibaran bendera merah putih untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia satu tahun kemudian, polisi Belanda yang mengetahui, langsung datang dengan menembakkan peluru ke atas untuk membuat semua peserta upacara di sana merasa takut.
JEDER
"Diam kalian semua dasar orang-orang lemah!" Teriak salah satu polisi bertubuh tinggi itu seraya dengan gerakan perlahan menodongkan senjata ke arah para peserta upacara. "Kalian itu bukan negara Indonesia dan tidak seharusnya mengadakan upacara tidak berguna seperti ini!"
Semua nya diam dengan raut khawatir begitu nampak. Begitu melihat sekeliling, banyak para polisi Belanda yang sudah siap dengan senjata di tangan mereka. Sekali saja ditarik, maka peluru akan meluncur dengan bebasnya.
Silas maju beberapa langkah, dengan wajah yang menunjukkan bahwa ia tidak takut dan merasa telah melakukan hal yang benar. "Tidak. Kami adalah Indonesia. Dan upacara ini memang harus kita lakukan setiap tahun nya saat hari kemerdekaan Indonesia."
"Dasar orang bodoh!" Pimpinan polisi Belanda itu lalu menatap beberapa anak buah di belakang nya. "Tangkap semua orang yang mengikuti dan bawa mereka semua ke penjara!" Perintahnya dengan lantang.Â
Dan tanpa hitungan menit, tangan Silas sudah di silangkan di belakang tubuhnya dengan satu orang polisi Belanda yang mendorong tubuhnya untuk melangkah maju secara kasar, tak ada belas kasihan. Tak ketinggalan satu orang pun, semua peserta upacara ini ditangkap dan di penjarakan.
Frans yang kebetulan saat itu tengah berada di luar kota, begitu terkejut saat mendengar kabar bahwa Silas, rekannya itu tertangkap karena telah mengadakan upacara pengibaran bendera merah putih.