Mohon tunggu...
Tia Cantika Rizkia
Tia Cantika Rizkia Mohon Tunggu... Lainnya - XII MIPA 5

Selamat Membaca!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Frans Kaisiepo dan Perjuangannya

21 November 2021   00:10 Diperbarui: 21 November 2021   10:34 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Coordinating Secretariat for West Irian Affairs

Dan tentu saja Frans bisa merasakan apa yang membuat raut wajah tak berdosa itu tertekuk. Hati nya bak tertusuk sebilah pedang kala mendengar rintihan anak kecil di hadapannya ini. Kehilangan seseorang yang paling berharga dalam hidup kita, memang benar-benar terasa menyakitkan. Seolah luka nya tak akan pernah hilang begitu saja tertelan waktu.

Menangkup kedua pipi nya, Frans lagi-lagi tersenyum. "Tidak akan, Pak Frans pasti akan membuat mereka pergi. Maka dari itu juga, di sini-" Frans menjeda ucapannya dengan tangan yang mulai terulur menyentuh dada anak itu. "Kamu harus bisa tanamkan sesuatu yang baik. Kemerdekaan bangsa harus bisa kalian jaga. Karena kalian adalah para penerus bangsa nanti nya. Mengerti?"

Anak laki-laki yang semula terdiam itu kini mengangguk-angguk semangat. Kata-kata yang diberikan Frans sedikit banyak membuat hati kecil nya itu tergerak.

"Pak, apakah bertempur itu menyenangkan? Apakah tidak sakit saat tertembak?"

Keduanya kini mulai berjalan, dengan Frans yang menggenggam tangan dingin anak laki-laki di sampingnya ini.

Frans hanya diam dengan senyumnya yang tak luntur sedari tadi. Ia kembali menatap lurus ke depan setelah menoleh pada anak berambut gimbal ini.

***

Tepat satu tahun setelah kemerdekaan Indonesia kala itu, namun nyata nya Papua belum benar-benar merdeka. Seperti kata pepatah: "mempertahankan lebih sulit ketimbang meraih". Nyata nya Belanda tak akan membiarkan hidup rakyat Indonesia tenang walau sudah merdeka. Perpecahan adalah hal yang mereka inginkan.

Tepat saat konferensi Malino diadakan, Frans Kaisiepo yang mewakili Papua, menyarankan agar nama Papua diganti menjadi Irian Barat. Yang mana memiliki arti "tempat yang panas" dalam bahasa asli nya, yaitu Biak. Hanya selang beberapa hari kemudian setelah diri nya kembali ke Biak, Frans mendirikan Partai Indonesia Merdeka.

Lagi-lagi tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa Irian Barat tidak akan bergabung dengan negara Indonesia Timur yang mana merupakan rencana Belanda untuk memecah belah persatuan Indonesia.

Namun kala Silas Papare memimpin upacara pengibaran bendera merah putih untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia satu tahun kemudian, polisi Belanda yang mengetahui, langsung datang dengan menembakkan peluru ke atas untuk membuat semua peserta upacara di sana merasa takut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun