Mohon tunggu...
Tia Cantika Rizkia
Tia Cantika Rizkia Mohon Tunggu... Lainnya - XII MIPA 5

Selamat Membaca!

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Frans Kaisiepo dan Perjuangannya

21 November 2021   00:10 Diperbarui: 21 November 2021   10:34 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Coordinating Secretariat for West Irian Affairs

Kala itu tahun 1921 di Pulau Biak, seorang yang nanti nya menjadi pejuang pemersatu bangsa lahir. Seorang politikus Papua, yang juga merupakan seorang nasionalis bangsa, Frans Kaisiepo. Kegigihannya mempertahankan Irian Barat yang mana sebelum nya bernama Papua, agar bisa tetap menjadi wilayah Indonesia begitu sungguh-sungguh.

Frans kecil kini telah beranjak dewasa. Ia tak gentar, otaknya terus berputar, berpikir bagaimana cara nya agar tanah kelahirannya ini bisa terlepas dari cengkraman Belanda yang saat itu tengah menguasai. Agar wilayah Papua bisa tetap menjadi bagian wilayah negara Indonesia.

Raut cemas mendominasi. Ketegangan seolah tak henti membayangi hidup mereka. Namun semangat nasionalisme semakin berkobar dalam dada kala Soegoro yang mana merupakan seorang guru itu menguatkan keyakinan kepada anak didiknya bahwa Papua adalah bagian Indonesia dan selama nya akan tetap seperti itu.

Frans tentu tak bisa tinggal diam begitu saja saat tanah kelahirannya ini masih dikuasi Belanda, juga terancam terlepas dari bagian Indonesia. Bersama Soegoro, pertemuan rahasia mulai sering diadakan.

Frans yang tengah mengepalkan tangan di depan wajahnya itu menghela napas. Termenung lah yang ia lakukan. Permasalahan ini harus segera diselesaikan, pikirnya.

Lalu seakan mengerti, Silas Papare ikut mendudukkan dirinya di samping Frans. Menepuk pundak agar pemuda itu tersadar dari lamunannya.

"Ada apa, Frans? Nampaknya ada suatu hal yang mengganggu pikiranmu," tanya Silas sedikit tersenyum. Walau ia tahu dalam diri Frans ada sesuatu yang tengah gelisah. Sebenarnya, begitu juga dengan dirinya.

Menghela napas sebentar, namun terdengar sangat berat. "Aku sedang berpikir, bagaimana bisa kita berhasil untuk membuat wilayah kita ini terlepas dari Belanda yang mencengkram dengan begitu kuat? Sedangkan kita ini hanyalah orang biasa yang tak punya kuasa."

Mendengarnya, Silas terkekeh kecil. Walau begitu tetap saja, ucapan Frans menjadi ketakutan tersendiri dalam pikirannya. "Tenang saja, Frans. Kekuatan dan kekuasaan yang kita punya memang tak sebanding. Tapi kegigihan dan rencana baik yang kita punya, itulah kekuatan terbesar dalam diri kita."

"Akan tetapi, bahkan kita belum bisa membuat masyarakat Papua mau bergabung dengan kita yang akan menggagalkan pemecahan bangsa Indonesia oleh Belanda."

"Tak ada yang tak bisa jika kita punya keyakinan yang kuat, Frans. Memang sulit, namun hal baik pasti akan berjalan dengan baik." Silas meyakinkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun