Mohon tunggu...
Thoriq AbdhiRamadhan
Thoriq AbdhiRamadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. Saya baru memahami bahwa dengan menulis dapat menghilangkan keresahan yang selama ini ada pada diri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lembar Baru

21 Mei 2023   21:56 Diperbarui: 21 Mei 2023   22:17 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 Ketiganya kini duduk di sofa ruang tamu. Uncu  sudah bercerita panjang lebar tentang masa lalu. Dari Hafis kecil sampai tumbuh dewasa. Pamannya itu juga cerita bagaimana rumitnya hubungan Hafis dan Rahmi.

 

“Dulu, Uncu  kaget karena tiba-tiba saja Hafis datang ke rumah. Itu setahun setelah mereka tamat sekolah menengah. Dia bilang mau melamar Rahmi. Uncu  sebetulnya gak mempermasalahkan hubungan sepupu antara Hafis dan Rahmi, adat minang itu sekarang tidak seperti dulu yang sangat ketat. Selagi agama tidak melarang adat juga tidak masalahkan, makanya ada moto orang minang itu ‘adaik besandi syarak, syarak basandi kitabullah[4].’” 

 

“Kalau begitu kenapa abang Hafis tidak jadi menikahi Rahmi?” tanyanya melirik sang suami yang ada disebelahnya.

 

Uncu  menghela nafas sesaat, “Jadi, setelah niat Hafis diberi tahu kepada keluarga besar semuanya kaget. Datanglah Inyiak[5], adiknya nenek Hafis ke rumah Uncu . Petang malam dia bawa surat dari Amaknya Hafis. Isinya bilang ‘kalau Hafis tidak boleh dan jangan sampai menikah dengan Rahmi. Mereka saudara sepersusuan,’ Uncu disitu bingung sejadi-jadinya. Ternyata saat Amak ...” ucapnya tertahan melihat pada Hafis, “masih ada, Uni[6] sudah tahu kalau Hafis punya rasa lebih ke Rahmi. Sebab itu dia tulis surat kepada Inyek.”

 

Risa nyaris tidak bisa berkata-kata lagi. Ia yang mendengar saja begitu merasakan mirisnya kisah sang suami. Risa tidak bisa membayangkan berada diposisi Rahmi saat itu. Pasti berat.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun