“Risa tidak masalah kan dengan keputusan abang?”
“Gak bang, Risa justru senang abang mengambil keputusan yang bijak. Bagaimana juga menolong keluarga adalah kewajiban setiap orang. Abang adalah suami yang terbaik.”
Hafis tersenyum lebar mendengarnya. Ia kembali fokus menyetir mobilnya. Namun, kemudian terdengar suara riuh rendah dari arah belakang.
“Abang ... Abang Is tunggu ...”
Hafis kemudian menepikan mobilnya setelah sadar bahwa Rahmi memanggil dari tadi. Ia menyusul menggunakan ojek lumayan jauh jaraknya. Sementara Risa masih setengah menyadari apa yang sedang terjadi, ia justru takut suaminya itu tadi telah menabrak seseorang.