Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lohgawe

10 Maret 2020   17:49 Diperbarui: 10 Maret 2020   18:05 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Luar biasa Lohgawe, kau memang pandai berkata -- kata. Teruskanlah, agar nyawamu tersambung. Seorang peramal memang harus meyakinkan. Musang kecil pun menyetujui.

Ken Arok manggut -- manggut. Terlihat jelas bahwa ucapan Lohgawe meyakinkan dirinya. Ia menatap Lohgawe dengan penuh hormat.

"Ada satu lagi yang menjadi masalah bagiku, Hyang Lohgawe."

"Mengenai pertarungan empat hari lagi kau tidak usah khawatir, Ken Arok. Bukankah engkau sudah mempersiapkan segalanya; persenjataan, kuda, dan persediaan makan? Kita serahkan nasib kepada dewa dan berharap yang terbaik akan hadir bagi kita. Bahkan bukan keputusan yang salah jika kita memikirkan ulang untuk pergi ke tengah Pulau Jawa."

Bagus. Sifat pengecut muncul kembali.

Ken Arok menggeleng, "Bukan itu yang menjadi keraguanku, brahmana. Aku yakin seyakin -- yakinnya untuk menerima tawaran Anggabaya."

Kini Lohgawe terperangah, "Lalu apa, wahai pemimpin?"

"Kau ingat dengan wanita bagaikan dewi di pendopo Tumapel dulu? Ketika kita mendengarkan Tunggul Ametung menerima aduan dari rakyat kecil?"

Ingatan Lohgawe menyeruak. Ia yang dahulu menyuruh Ken Arok untuk memperhatikan sang gadis, kini ia sendiri melupakannya.

"Tentu, Ken Arok. Aku tidak akan melupakannya." Lohgawe berbohong.

"Di seluruh hidupku, di seluruh perjalananku menjelajahi tanah timur Pulau Jawa ini, wanita terindah yang pernah kusaksikan ternyata hidup di pinggir Kabupaten Tumapel. Aku tidak menyadarinya. Sejak pertemuan di pendopo itu, aku berniat untuk bertemu dengannya dan bertukar sepasang dua pasang kata. Namun akibat kasus dengan saudagar kaya itu, kini kediamannya dijaga oleh penjaga sepanjang waktu. Aku bahkan harus diam -- diam memerhatikan Dedes dari jauh."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun