Norman Caraka menggeleng. "Aku tidak ingin ikut pada awalnya. Namun aku bosan, brahmana. Tawaran kerjaan pun sedang sepi -- sepinya. Tenang saja, aku tidak akan ikut bertempur, aku hanya memerhatikan dari jauh. Aku akan ikut ke arah barat, Lohgawe."
"Ini berbahaya, tuan Norman Caraka. Ini medan perang. Kau bisa terbunuh oleh kecelakaan."
Norman Caraka menatap Lohgawe dan tersenyum, "Kau yang bukan penjahat menasihati aku seorang kriminal?"
Aku juga penjahat, tuan. Hanya tidak terlihat dan terperhatikan saja.
"Tenang saja, aku membawa pedang untuk jaga -- jaga, brahmana."
"Dan kau sendirian saja, tidak ada anggota kelompokmu yang ikut?"
Norman Caraka mengangguk.
"Tenanglah, brahmana, aku lebih berpengalaman darimu. Oh lihat, nampaknya kita sudah memilih pemimpin untuk memimpin ekspedisi ini."
Lohgawe menatap ke depan. Di atas kayu yang ditumpuk, Ken Arok mengangkat goloknya tinggi -- tinggi. Di sampingnya hadir berturut -- turut Candradimuka, Panji Lodeh, dan musang kecil. Ketiganya memegang senjata masing -- masing.
Tunggu. Mana si bocah pintar Regiastara? Bukankah ia menyatakan ingin ikut dulu?
"Selamat siang, wahai para perampok dan perompak. Dewa menyertai kita semua."