Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lohgawe

10 Maret 2020   17:49 Diperbarui: 10 Maret 2020   18:05 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ini bau darah dan api! Kutunggu kau di medan pertarungan!"

Norman Caraka bersama kudanya meninggalkan Lohgawe menuju barisan terdepan. Beberapa bandit di belakang Lohgawe menyusulnya dan memacu kudanya. Rasa penasaran membuat Lohgawe ikut -- ikutan melaju bersama kudanya.

Ini belumlah Kalingga. Ada pertempuran disini?

Tanah melandai naik menandai perjalanan Lohgawe. Kini ia bisa melihat di kejauhan. Beberapa kapal layar terbakar. Tiang -- tiang kapal patah. Beberapa lambung kapal bolong akibat tabrakan kapal lainnya, sehingga menunggu tenggelam. Ratusan mayat bergelimpangan di atas lautan.

Lohgawe memerhatikan lebih seksama lagi. Hampir seluruh kapal rusak memiliki layar putih. Dan kini ia menyadari sesuatu. Barisan kapal layar tiga berwarna kuning memenuhi perbatasan tebing dan Laut Jawa. Tali -- tali pengait hadir di kapal- kapal itu menuju ke atas tebing.

Gila.

Kini bebunyian semakin nyaring di telinga Lohgawe. Ia memang belum melihatnya, namun bunyi teriakan dan dentingan logam menusuk di telinganya. Tidak ingin ketinggalan, Lohgawe memacu kudanya dengan cepat ke atas bukit. Pemandangan mencengangkan muncul di hadapan Lohgawe.

Sebuah suara hadir di belakangnya.

"Brahmana, ternyata mereka tidak menyerang di Kalingga. Mereka menyerang di sini!"

Lohgawe bergeming dan tidak menjawab seruan Ken Arok.

"Lohgawe!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun