Mohon tunggu...
syafruddin muhtamar
syafruddin muhtamar Mohon Tunggu... Dosen - Esai dan Puisi

Menulis dan Mengajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ali Kaliyev dan Roman Nagarenko

4 Januari 2025   13:56 Diperbarui: 5 Januari 2025   16:01 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengungkap-nyama-selam-sejarah-dan-kehidupan-menarik-masyarakat-muslim-yang-hidup-di-bali https://www.goodnewsfromindonesia.id/2024/11/08/

Akhirnya Blambangan jatuh ke tangan I Gusti Anglurah Panji Sakti, Raja Buleleng. 100 orang laskar tentara muslim yang telah membantu, dibawa dari Blambangan. Diberi pemukiman di wilayah hutan gatep, kemudian diberinama Desa Pegayaman. Nama itu dari kata 'gatep' yang maknanya sama dengan 'gayam' dalam bahasa Jawa.

Agin sepoi kadang datang menyapa melalui jendela kayu yang terbuka. Menyelusup ke ruang tengah rumah. Cerita panjang pak Ketut aku simak seksama, ditemani suasana senyap Desa yang sunyi. Ada suara burung malam kadang-kadang melintas di langit gelap. Suara jangkrik yang mengkrikik sekali-kali, memecah sunyi.

Aku seolah terbawa pada sebuah kisah panjang, masyarakat Islam di pulau Dewata di Desa Pagayaman ini. Dan mulai memahami mengapa Ali Kaliyev ingin berwisata 'aneh' ke Bali. 

Sesekali Ali Kaliyev menyelah, "Islam, rahmatan lilalamin", dalam obrolan.

Akupun tidak lagi perlu menghubungi sahabatku pemilik villa. Dengan rasa hormatnya yang tinggi kepada Ali Kaliyev, seorang muslim Rusia yang sengaja berkunjung ke Desanya, Pak Ketut merelakan satu bangunan home stay miliknya, untuk kami gunakan isterahat malam ini. Bahkan selama yang dibutuhkan tuan Ali Kaliyev, selama ia di Desanya. Tanpa perlu bayar sewa inap.

Aku sampai membatin: apakah juga Pak Ketut tersihir oleh 'penampakan agung' wajah Ali Kaliyev. Entahlah, aku belum sanggung menjawab pertanyaan batinku ini.

"Sayangnya belum masuk perayaan maulid, lebaran idul fitri atau idul adha. Bapak-bapak bisa melihat langsung tradisi nyawa salam di Desa ini. Dimana kami antara pemeluk agama yang mayoritas dan minoritas bergotong royong dalam perayaan yang meriah dan hikmat," kata Pak Ketut menutup obrolan yang menyenangkan, di malam sunyi dan dingin itu.

Keesokan sorenya, setelah Ali Kaliyev diajak berkeliling menikmati suasana kehidupan pedesaan. Kami berpamitan dengan rendah hati kepada Pak Ketut dan keluarganya.

Kabut senja mulai turun saat mobilku sudah hampir setengah jam meninggalkan gerbang Desa. Meninggalkan Desa sejuk itu. "Kita ambil jalur singkat menuju kota Denpasar," kataku kepada Ali Kaliyev.

"Mungkin kita akan tiba agak larut di Kota.., " balik kata Ali Kaliyev lalu terpotong, seolah sedang bertanya.

"Tidak terlalu larut malam, mungkin kita bisa tempuh waktu 2 jam saja. Tidak melingkar seperti waktu kita datang. Kita akan lewat jalan lain, jalur Begudul. Kalau malam, kendaraan juga biasanya agak sepi di jalan-jalan protokol. Kecuali kalau masuk kota Kabupaten, mungkin melambat lagi. Hanya saja, tuan Ali tidak bisa menikmati pemandangan indah sepanjang jalan karena suasana malam," jawabku sambil tertawa ringan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun