"Tuan Ali, aku yang akan menemani langsung anda berkunjung kesana. Saya geratiskan biaya driver dan fee sewa kendaraan. Cukup beli bahan bakar bensin saja selama kunjungan, pergi dan pulang. Dan, di sekitar wilayah Buleleng ada teman pemilik villa, yang bisa kita gunakan untuk penginapan beberapa hari. Garansi sewa villanya, cukup bayar dengan standar pertemanan saja, tuan Ali," kataku serius.
Aku menawarkan jasa ringan kepada Ali Kaliyev. Yang aku telah 'seperti saudara' dengannya, walau hanya dalam pertemuan singkat. Aurah kepribadian yang memancar dari dirinya, sekali lagi mendorongku bermurah hati kepadanya.
Ali Kaliyev terdiam cukup lama. Lalu menatapku dengan lembut. "Alhamuddulillah, Tuan Wayan anda baik sekali. Saya tidak tahu bagaimana berterimakasih, anda telah menerima saya layaknya saudara. Jamuan di rumah pribadi anda dan tawaran layanan bisnis yang sangat memudahkan urusan. Saya berdoa semoga Allah SWT, memberikan bayak rahmat kepada anda dan keluarga anda, dan banyak berkah dengan perusahaan anda ini," Ali meraih tanganku dan menyalaminya.
"Jika boleh, siang ini kita berangkat. Saya akan kembali ke hotel untuk cek out, setelah itu kita langsung menuju ke apa itu.. Bu le leng, di Desa itu," kata Ali Kaliyev, mencoba mengingat nama-nama daerah yang aku sebutkan tadi.
Dari kota Denpasar ke Buleleng, jika perjalanan normal, dapat ditempuh 2,5 jam. Tapi jika ramai kendaraan di jalan, bisa 3 sampai 4 jam perjalanan. Banyak lajur yang bisa ditempuh menunju ke wilayah bagian utara Bali itu.
Jalur klasik dan yang umum. Jalur umum menempu Singaraja-Bedugul, lewat Kintamani. Yang kalsik, lewat Petang (jembatan Tukad Bangkung), konon, jembatan terpanjang di Bali dan tertinggi se Asia Tenggara.
Aku memilih jalur umum untuk saudaraku Ali Kaliyev, yang kali pertamanya ke pulau Bali.
Selepas waktu shalat dhuhur, dan setelah menikmati sate lilit dan bebek bengil, hidangan pesanan istriku, kami meninggalakan kota Denpasar menuju Buleleng. Langit Kota Denpasar cukup cerah, ketika kami meninggalkannya.
Kurang lebih 1,5 jam perjalanan menempuh jalur Denpasar-Kintamani, mobil aku tepikan di sebuah kedai kopi pinggir jalan, dekat danau. Hampir jelang sore, kabut tipis menaburi bukit-bukit kecil di sekitar danau. Hembusan udara sejuk, menghilangkan penat perjalanan. Kami memasan kopi hangat khas kintamani.
Ali Kaliyev sangat menikmati. Raut wajahnya tidak berubah sejak awal perjalanan, tetap cerah dan segar. Seolah seluruh wajahnya adalah seyum kebahagiaan.
"Pemandangan alam di Bali memang Indah, masyaAllah," kata Ali Kaliyev sambil mengangkat cangkir, untuk menyeruput kopi hangatnya.Â