Mohon tunggu...
syafruddin muhtamar
syafruddin muhtamar Mohon Tunggu... Dosen - Esai dan Puisi

Menulis dan Mengajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ali Kaliyev dan Roman Nagarenko

4 Januari 2025   13:56 Diperbarui: 5 Januari 2025   16:01 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengungkap-nyama-selam-sejarah-dan-kehidupan-menarik-masyarakat-muslim-yang-hidup-di-bali https://www.goodnewsfromindonesia.id/2024/11/08/

Ali Kaliyev juga bergegas masuk. Beberapa mata jamaah masjid sering memandang ke arahnya. Memperhatikan sekujur tubuh Ali Kaliyev. Mungkin mereka bertanya, orang asing dari mana?

Setelah selesai berjamaah. Beberapa orang meninggalkan masjid. Lainnya, masih tinggal. Ada yang sedang duduk sendirian, memegang tasbih yang berputar-putar diantara telunjuk dan ibu jari. Ada yang membaca al-Quran, suaranya halus, nyaris tidak kedengaran.

"Assalamualikum mister!" sesorang menyapa Ali Kaliyev dan menyodorkan tangan untuk bersalaman. Salam itu dibalas Ali Kaliyev, dan menyambut tangan sang penyapa.

Aku langsung mendekat keorang tersebut. Ternyata imam jamaah sholat magrib tadi. Kami saling berkenalan dengan bahasa daerah Bali. Aku menjelaskan siapa dan maksud kedatangan wisatawan yang aku bawah ini.

Beliau menyebutkan namanya Ketut Ahmad Suharso. Salah seorang tokoh agama dan tokoh masyarakat di Desa Pagayaman dan sekaligus imam di masjid ini.

Kami duduk-duduk sejenak. Pak Ketut atau bisa juga dipanggil Pak Harso, banyak menceritakan sejarah asal usul masyarakat Islam di Desa Pagayaman. Sebuah buku diambilnya dari dalam rak masjid. Diperlihatkan kepada kami. Buku tentang sejarah Desa Pagayaman, yang beliau sendiri sebagai pengarangnya.

Ali Kaliyev sangat senang mendapat penjelasan dari Pak Ketut, ketika kusampaikan ulang apa yang dijelaskan oleh pak Ketut dalam obrolan itu.

"Saya bermaksud mengundang bapak-bapak  ke kediaman saya. Kita lanjutkan mengobrolnya di rumah saya, bisa lebih pajang lebar tentang Desa Pagayaman," pak Ketut menawarkan diri sebagai tuan rumah untuk kunjungan.

Dirumah Pak Ketut, kami disuguhi kopi hitam gula aren dan kudapan khas Bali. Gorengan pisang tanduk dan kue pisang rai. Pajang lebar Pak Ketut mengurai sejarah keberadaan orang-orang Islam di Desa Pagayaman. 

Usai shalat berjamaah isyah di masjid yang sama, kami bertiga menikmati suguhan makan malam ibu Luh Gede Mardewati istri Pak Ketut. Obrolan macam-macam tentang sejarah, dan tradisi nyawa salam (warga/saudara muslim) Desa Pagayaman, berlanjut hingga malam hampir larut. 

Bermula dari sebuah sumpah Ki Barak Panji Sakti, raja Buleleng untuk menaklukkan wilayah kerajaan Blambangan, wilayah Jawa Timur. Dengan bekerjasama Kerajaan Mataram Islam Jawa Tengah yang dipimpin Raja Amangkurat 1, abad 16.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun