Duduk di belakang meja kerja, aku memandang berita di layar kaca TV. Terkabar: pihak kepolisian negara Indonesia menangkap seorang gembong narkoba asal Ukraina, di negara Thailand. Orang itu adalah otak clandestine laboratorium narkoba dan ganja hidroponik yang beroperasi di Bali. Mataku fokus ke wajah tersangka.
"Roman Nagarenko," perasaanku berucap. Wajah itu mengingatkan seorang turis yang aku antar ke villa matahari di Kuta Utara, 4 atau 5 Tahun lalu.
Aku menginggat persis raut wajah itu. Hanya saja kini, wajah klimisnya yang dulu, berubah brewokan, sebagiannya mulai memutih. Rambutknya acakan.
"Yaa.. Roman Nagarenko si Ukraina," ingatan perasaanku memastikan kebenaran dari wajah gembong nakotika yang di tangkap di Thailand itu. Sejenak aku terkesima dengan berita itu.Â
"Roman Nagarenko datang ke Bali, untuk ...," batinku taksanggup meneruskan. Â
Terngiang tiba-tiba wajah saudara Rusiaku, Ali Kaliyev. Wajah yang "penuh pancaran cahaya kebaikan". Namun mataku menatap wajah Roman Nagarenko. Kusam rautnya membayang wajah kematian, dalam hukuman mati. Â
"Andai saja engkau masih di sini saudaraku Ali Kaliyev, akan aku lanjutkan ceritaku, saat awal kita berjumpa sepekan lalu". Bantinku dicampur aduk dua wajah asing yang berbeda.
"Pulau Dewata, engkau telah kedatangan manusia asing yang berbeda wajah, Oh..", gerutu batin membawa aku kerelungnya paling dalam.
Diriku terhempas pada sandaran kursi. Nafasku tertarik dan terhembus panjang.
SM. Januari 2025.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H