"Silahkan dicicipi, Tuan Ali," kataku sebelum menanggapi keingiannya.
Aku menujukkan kepadanya segelas es kuwut segar yang terhidang dihadapannya. Es kuwut itu aku pesan diam-diam melalui istriku di dapur, tadi.
"Alhamdulilah, segar sekali. Manisnya lembut. Dan, alhamdulillah ... aku pertamakali mencicipi minuman seperti ini. Minuman apa namanya, gurih.." Ali Kaliyev meneguk dan menyendok berkali-kali minuman itu, secara perlahan ke mulutnya.
"Alhamudlilah," katanya sekali lagi. Aku mengangguk dengan senyuman senang kepadanya.
"Semoga Allah SWT, memberikan banyak rahmatNya kepada anda dan sekeluarga", kata Ali Kaliyev lagi, sebelum sempat aku menimpalinya.
"Itu minuman kuwut namanya kalau di sini. Sejenis minuman khas tradisional Bali. Hanya saja ini dicampur dengan sedikit es, jadinya es kuwut. Ada namanya minuman tambring, daluman, ada juga arak, bir Bali (non alkohol), ancruk loloh dan cemcem, juga kopi Bali," jawabku lancar menjelaskan ragam minuman tradisional Bali. Sudah menjadi kebiasaanku jika berhadapan turis-turis asing.
"Yaa, Bali sangat dikenal dunia dengan keindahan alamnya. Masyarakatnya juga yang masih memegang teguh adat-istiadatnya dalam keseharian mereka. Saya banyak info dari teman Indonesia saya, mengenai Bali", katanya menimpali perkataanku.
Kesannya ingin memuji es kuwut yang sudah berkurang hampir setengah di mangkuknya. Dan mungkin juga bermaksud berterimakasih untuk menyenangkanku.
Tetapi terus terang saja, sosok Ali Kaliyev dalam persaanku memiliki 'keistimewaan' tersendiri. Aku selalu merasa senang ingin melayaninya. Sejak perhadapan dengan wajahnya yang 'seperti' mengandung aura kebaikan. Bahkan suaranya, ketika sedang berucappun, rasanya menembus hati. Aku terhipnotis.
"O ya, Tuan Ali, mengenai maksudnya hendak berkunjung ke Desa muslim ..., Di Kabupaten Buleleng, Bali bagian utara, memang ada sebuah Desa yang penduduknya banyak beragama Islam. Desa Pegayaman namanya. Tradisi masyarakat Islam di Desa itu telah menyatu dengan budaya lokal, misalnya tradisi maulidan, hari lebaran dan acara-acara Islam lainnya. Biasanya tradisi itu berlangsung dengang saling bergotong royong antara pemeluk agama disana. Kalau di sini, di Bali namanya tradisi Ngejot", kataku kepada Ali kaliyev, mencoba memberikan penjelasan. Aku berusaha menggunakan bahasa Inggris yang sedikit formal.
Berharap dia mendapat gambaran tentang Desa Pegayaman di Kecamatan Sukasada itu. Agar makin besar ketertarikannya untuk berkunjung. Saya juga merasa aneh dengan motif wisata Ali Kaliyev ini, jika dibandingkan dengan turis lain. Selama aku banyak berinteraksi dengan wisawatan mancanegara, tidak pernah menerima order untuk tujuan wisata semacam minat Tuan Ali ini.