"Eh, Ra? Terus gimana abis kamu bales chat-nya?" tanya Puji penasaran.
Kali ini semua mata tertuju pada Rara. Telinga mereka dibuka lebar-lebar, siap menerima lanjutan gosip yang sempat tertunda oleh kedatangan Shania.
"Dia ... sempet ngajak ketemu berdua."
"Hah? Serius? Mau ngapain?" Intan berdecak sambil menggelengan kepala, terlihat syok berat.
Rara menggeleng, tak tahu jawabannya. Puji, Intan dan Karina mengelus dada berulang kali. Wajah mereka berempat terlihat kecewa, kaget dan tidak menyangka. Shania yang tidak tahu apapun menatap datar mereka berempat. Sepertinya dia ketinggalan banyak informasi selama rapat di balai desa.
"Fano juga pernah chat kamu kan, Shan?" tanya Intan tiba-tiba. Suanya terdengar lebih kecil ketika menyebut nama salah satu rekan KKN mereka. Fano, si anak olahraga yang polos nan kalem.
Intan memang tahu kalau Fano pernah mengajaknya bertemu. Shania terpancing untuk bercerita gara-gara cerita kedekatan Intan dengan Zuhri, anak ilmu politik yang sangat kritis. Dia juga paling alim di antara mereka berdelapan. Hal itu sempat membuat Shania berpikir, kenapa bukan Zuhri yang menjadi koordinator KKN mereka?
"I-iya," jawab Shania gelagapan. "Kenapa?"
"Dia tuh buaya! Buaya rawa yang sok kegantengan!" jawab Karina ketus. Gadis itu sangat kesal dengan Fano. "Masa dia deketin semua cewek di grub KKN kita," tambahnya lagi semakin sebal.
***
Matahari hampir tenggelam sepenuhnya. Warna merahnya tinggal tersisa sedikit. Namun orang yang mengajaknya kemari belum juga datang, tanpa konfirmasi apapun.