Shania tidak bisa mencegah atau memaksa Azriel untuk menemaninya berjalan. Lagipula kalau mereka jalan bersama pun hanya saling diam. Azriel jarang mengajaknya bicara. Shania juga sama, tidak pandai mempertahankan percakapan.
"Shania, kamu kok jalan sendiri? Azriel mana?" Seorang pengendara motor berhenti di sebelahnya. Ternyata Fano.
Shania tidak menjawab, hanya memandang sekilas kemudian melanjutkan perjalanan. Dia harus menjaga jarak.
"Shania. Shan, tunggu bentar." Fano berusaha menghalangi langkah kakinya, membuat Shania semakin kesal.
Gadis itu menatap Fano. "Mau apa lagi? Kamu kan marah sama aku."
Fano marah dan sempat memblokir nomor Shania. Cowok itu tidak terima karena cintanya ditolak. Dia merasa rugi karena sudah mengeluarkan uang untuk mentraktir Shania. Dia menganggap bahwa Shania tidak menghargai usaha dan waktunya.
Sejak awal kedekatan mereka Shania tidak pernah menganggap hubungan mereka serius. Shania hanya menganggap mereka sebagai teman. Ada nama lain yang saat ini sedang mencuri perhatiannya.
"Maaf, kemarin aku kelewatan banget. Kamu pasti ilfeel banget sama aku kan?"
"Enggak. Aku memang enggak mau sama kamu. Aku merasa kita tidak akan cocok menjadi pasangan."
Fano diam, menatap Shania penuh kepasrahan. Gadis di depannya memang sulit untuk ditaklukan.
"Kamu suka sama siapa?"