Isak Tangis membasahi seluruh Mata dan wajah Angga kala melihat kekasihnya terbaring tak sadarkan diri..
"Bangun! Ayo bangun, Ka,, Ini aku Angga, aku mohon kamu bangun!." Teriak ku yang sangat histeris "Sayang, aku mohon kamu bangun!." Teriak aku seraya menggoyangkan bahunya.
Mobil yang menabrak kekasih ku itu melarikan diri, aku berusaha ingin mengejar tapi alhasil semua akan sia-sia saja jika mengejar pembunuh itu. Aku berusaha mencari pertolongan, tak ada satu pun mobil yang melintas, tak ada pilihan lain aku harus berlari sambil berteriak meminta tolong, ditepi jalan seorang Pria tua yang sedang menunggu Angkutan Umum mendengar suara orang meminta tolong dan warga tersebut langsung menghampiri aku
"Ade mau kemana malam-malam begini?." Tanya Pria tua itu.
"Syukurlah aku bertemu dengan bapak, bisa bantu saya pak, Kekasih saya tertabrak mobil di sana, dia tak sadarkan diri, bapak bisa bantu saya?, saya mohon Pak!." Ucapku seraya tangannya menunjuk ke arah kanan.
"Astagfirullah, Inna lillahi, dimana de?, mari bapak tolong." Ucap Pria tua itu.
"Mari Pak ikut saya!." Sahutku ambil berjalan dan di ikuti oleh Pria tua itu.
Tak jauh dari tempat tadi aku dan Pria tua itu sampai di tempat kejadian, aku mengangkat badan dia sementara Pria tua itu berusaha menghubungi Ambulans.
"Sabar ya de, sebentar lagi Ambulans datang." Kata Pria tua itu berusaha menenangkan Angga.
20 Menit kemudian..
Ambulans datang, aku membawa dia yang masih tak sadarkan diri di bantu oleh Pria tua dan supir Ambulans pergi ke rumah sakit.
Malam itu, jalanan sepi dan tak ada kendaraan lewat bahkan angkutan umum pun jarang melewati jalan itu, hanya 1 atau 2 Kendaraan yang sering melintas di jalan itu jadi wajar Jalan itu terlihat sepi.
Aku berusaha menggenggam tangan dia dan berharap dia bangun, tapi hingga sampai di rumah sakit dia masih tetap tak sadarkan diri.
Perawat langsung membawa Gadis itu ke IGD di temani Angga dan Pria tua itu, tapi ketika sampai di ruang IGD, Angga tidak di perkenankan untuk masuk ke dalam.
"Kami akan sekuat tenaga untuk menyelamatkan Pasien, Harap anda tunggu diluar, dan selesaikan Biaya Administrasi!." Ucap Perawat dan langsung membawa kedalam Ruang IGD.
"Pak saya akan kebagian Administrasi dulu, bisakah bapak tunggu sebentar di sini!." Ucapku meminta Pria tua itu menunggu sebentar.
Dibagian administrasi..
"Sus Pasien yang baru saja dibawa ruang IGD bermana Azkania Suci, biaya perawatanya berapa?." Tanya ku.
"Sebentar ya akan saya check dulu!." Sahut Suster seraya mengutak-atik komputer.
"Biaya perawatan semuanya Rp5.000.000,00;" Ucap Suster.
"Baik sus, bisa pakai ini?." Tanyaku seraya menunjukan sebuah Kartu pembayaran.
"Bisa Mas." Ucap Suster.
Setelah selesai membayar seluruh perawatan Azka, aku kembali ke depan Ruang IGD dan berusaha menghubungi Bi Oni dengan menggunakan Ponsel Gadis itu, sedangkan Pria tua itu masih duduk di kursi penunggu.
"Assalamualaikum Bi, Ini Angga, Bi bisa ke Rumah sakit Cantika Harapan sekarang, Azkania kecelakaan!." Ucapku di telepon.
"Astagfirullah, Non Azka, baik den Bibi akan ke Rumah sakit sekarang." Ucap Bi Oni kaget.
Setidaknya aku tenang ketika sudah memberi tahu Bi Oni.
"Terima kasih Pak atas bantuannya, jika tidak ada bapak saya tidak tahu akan seperti apa, oh iya nama bapak siapa?." Ucapku yang memulai pembicaraan.
"Sama-sama De, nama saya Jaka." Sahut Pria itu bernama Jaka.
"Sekali lagi terima kasih Pak Jaka, saya berhutang budi pada bapak." Kataku yang merasa tidak enak kepada Pak Jaka.
Tak lama Bi Oni datang dan menghampiri aku dan Pak Jaka, dengan wajah lemas dan terlihat cape bi Oni langsung menanyakan kabar Azka, Pantas saja bi Oni sangat khawatir dengan Azka karena bi Oni sudah menganggap Azka seperti anaknya sendiri, dia sudah merawat Azka sejak kecil jadi pantas saja cemas dan sedih ketika mendengar kabar ini.
"Den bagaimana keadaan non Azka?." Tanya bi Oni khawatir.
"Bi Oni sebaiknya duduk dulu, biar Angga ambilkan air minum ya, bibi tunggu di sini saja!." Ucapku seraya pergi ke arah kantin RS.
Bi Oni terlihat terengah-engah dengan mata sembab dan bercucuran air mata.
"Ibu yang sabar ya, si Non pasti gak kenapa-kenapa." Ucap Pak Jaka yang duduk disamping Bi Oni yang berusaha menenangkan Bi Oni.
"----" Tak ada kalimat yang terucap dari mulut bi Oni, hanya air mata yang menggambarkan betapa sedihnya perasaan dia saat ini.
Setelah mengambil memberi air minum aku langsung membawanya kepada Bi Oni yang tengah duduk di depan IGD.
"Maaf, Bapak ini siapa?." Tanya Bi Oni yang curiga kenapa Pria ini akrab dengan Angga.
"Saya Jaka, keika saya sedang menunggu Angkutan Umum di jalan, Den Angga berterik meminta tolong, saya mencoba bantu den Angga untuk membawa si Non ke Rumah sakit." Jelas Pak Jaka.
"Teria kasih banyak Pak." Ucap bi Oni.
"Bibi kesini diantar dengan siapa?." Tanyaku ingin tahu
"Dengan Pak Arto." Ucap Bi Oni.
"Pak Arto nya mana?." Tanyaku kembali.
"Ada di Luar, kenapa Den?." Tanya Bi Oni Balik.
"Pak Jaka biar diantar oleh Pak Arto saja, karena sekarang sudah terlalu malam, takutnya Keluarga Pak Jaka menunggu di Rumah." Ucapku yang kasian kepada Pak Jaka jika pulang larut malam seperti ini.
"Terima kasih Den, padahal tidak apa biar bapak pulang naik Angkotan Umum saja." Ucap Pak Jaka merasa tidak enak.
"Terima kasih kembali Pak, tidak apa biar Pak Arto saja yang mengantar bapak, lagian ini sudah larut malam, angkutan umum mungkin sudah tida ada Pak." Ucapku yang menyakinkan Pak Jaka agar mau di antar oleh Pak Arto.
Aku berusaha mengantar Pak Jaka ke depan sementara Bi Oni masih duduk terdiam sambil sesekali meneteskan air mata.
"Apa kalian keluarga Pasien?" Tanya seorang Dokter yang baru saja keluar dari ruang IGD.
"Iya, saya orang tuanya." Sahut Bi Oni yang memberitahu kepada Dokter bahwa dia orang tua Pasien itu.
"Saya harus berbicara dengan ibu, ibu ikut ke ruangan saya!" Kata Dokter yang meminta Bi Oni untuk ikut ke ruangannya.
Bi Oni pun berjalan mengikuti Dokter itu, dan sampailah di sebuah ruangan yang tak jauh dari ruang IGD tersebut.
"Maaf saya harus memberitahu ini, Luka yang di alami Pasien sangat parah dan membutuhkan Darah yang begitu banyak tapi Alhamdulillah stok darah yang sama dengan pasien tersedia di rumah sakit kami, setelah kami melakukan transfusi darah Pasien sempat kehilangan detak jantungnya, dan kami segera melakukan Defibrilator dan setelah 3 kali kami melakukannya Alhamdulillah detak jantung Pasien normal kembali, tapi ibu jangan khawatir ya pasien sekarang sedang mengalami koma, kita doakan saja semoga pasien cepat membaik." Jelas Dokter.
"Ya Allah, baik terima kasih Dok." Sahut Bi Oni yang mencoba tetap sabar.
"Bi apa kata Dokter?." Tanyaku yang langsung menghampiri Bi Oni yang terlihat lemas berjalan.
"Si Non koma den." Sahut Bi Oni lemas.
"Ya Allah, Kita doakan saja Bi semoga Azka kita cepat sembuh." Kataku yang sama-sama ikut lemas mendengar hal tadi.
Pada akhirnya kita juga akan di pisahkan oleh takdir yang tak mengizinkan kita untuk bersatu. Kini yang tertinggal hanya sebuah penyesalan yang amat sangat disesali, saat ini mungkin aku adalah orang terbodoh di dunia karena telah menyia-nyiakan orang yang benar-benar tulus mencintai aku, saat ini mungkin aku juga orang terkejam di dunia karena mengabaikan peduli yang dia berikan dengan tulus. Kini Tuhan mengambil kamu dari aku, agar aku lebih menghargai perjuangan seseorang.
JEDA Akan menjelaskan semuanya, dia kan memperkenalkan sosok kamu yang sebenarnya, Jeda Akan menjadi sebuah kata yang sangat menyakitkan, dan Jeda juga akan mencari tahu pelaku utamanya.
Akan aku ceritakan semuanya dalam sebuah paragraf dan kalimat yang aku rangkai dan akan terungkap semuanya dengan jelas.
Setelah mendengar penjelasan Dokter Aku dan Bi Oni mencoba kuat dan saling mendoakan untuk kesembuhan Azka. Azkania Suci itulah nama gadis itu, Gadis yang periang, lembut, cantik, dan memiliki multitaenta, baru kali ini aku sangat kehilangan sosok yang selalu aku abaikan keberadaannya. "Aku Sayang kamu" itulah yang ingin aku katakan kepadanya jika dia terbangun.
"Bi Angga ke toilet dulu ya." Kataku yang ingin pergi toilet.
"Iya den." Sahut Bi Oni yang terlihat pucat wajahnya.
Aku pun langsung pergi keluar mencari toilet, menelusuri setiap ruangan dan akhirnya aku menemukannya yang kebetulan tidak terlalu jauh hanya saja berdekatan dengan kantin rumah sakit, tak butuh waktu lama-lama setelah selesai aku langsung kembali ke ruang IGD menemani Azka dan Bi Oni. Sebelum ke ruangan aku menyempatkan membeli makanan Berat tapi bukan nasi untuk Bi Oni karena dia pasti lapar sekali dan tidak membawa bekal apa-apa ketika datang kesini. Aku membeli 2 Roti dan 2 Botol air mineral untuk aku dan Bi Oni.
"Assalamualaikum." Ucapku memberi salam.
"Waalaikumsalam." Sahut Bi Oni yang masih duduk memegang tangan Azka.
"Bi mari kita makan ini dulu, pasti Bibi lapar sekali." Kataku yang mengeluarkan 2 Roti dari kantung Plastik untuk di berikan kepada Bi Oni.
Aku langsung membukakan Bungkusan Roti dan memberikannya kepada Bi Oni supaya Bi Oni memakannya, dan tak lupa juga aku pun ikut makan roti bersama Bi Oni.
"Terima kasih ya Den, sudah mau membantu Non Azka, dan aden juga sudah peduli sama Non Azka." Kata Bi Oni seraya meneteskan Air mata.
"Iya Bi, itu sudah kewajiban aku untuk menolong Azka, Azka pacar aku, sudah sepatutnya aku menolong dia, dia sudah banyak berkorban untuk aku, dia sudah berjuang keras untuk bisa meluluhkan hati aku, aku tidak ingin kehilangan dia, jika dia sembuh aku berjanji aku akan menjaga dia dan selalu menyayangi dia, tidak akan aku sia-siakan perjuangan dia lagi Bi." Ungkapku menyesal.
"Aden jangan merasa menyesal seperti itu, masih ada harapan untuk aden memperbaiki semuanya, Non Azka pasti senang ketika dia sadar dari koma melihat aden di sini selalu menemani dia." Sahut Bi Oni berusaha menenangkanku.
"Aku Pulang." Kata Seorang gadis yang di kenal bernama Risma.
"Kamu ke mana saja kamu, jam 00.30 baru pulang." Tanya seorang wanita tua yang diketahui merupakan Ibu Risma yang mulai mengintrograsi dirinya.
"Ah Mamah banyak tanya, aku cape mah ingin tidur, besok saja aku jelaskan." Bentak Risma dengan nada keras.
Risma Aslandia merupakan sahabat Azkania Suci mereka bersahabat sejak Kecil karena Ayah Risma bekerja sebagai tukang kebun dan sopir di rumah Azka jadi pantas saja mereka bersahabat sejak kecil, aku mengenal Risma karena dia teman satu kelas aku, dia terkenal baik dan lembut sama seperti Azka. Aku berniat untuk memberi tahu Risma jika Azka sedang di rawat di Rumah sakit tapi hari sudah semakin malam aku takut mengganggu Risma dan membuat dia khawatir dengan keadaan Sahabatnya jadi aku memutuskan untuk tidak memberi tahu Risma malam ini dan akan memberitahunya besok pagi di sekolah.
Setelah di intrograsi mamahnya Risma langsung memutuskan untuk beristirahat. Setelah sampai di kamar Risma mendapatkan Notifikasi di Ponselnya dan dia langsung membuka ponselnya.
"Ternyata dari Azka." Katanya santai.
"Astagfirullah Azka.. Kok bisa dia..." Katanya yang tidak melanjutkan pembicaraan dan fokus membaca isi chat yang Azka kirim.
"Hai Risma, kamu lagi apa, aku kangen." Isi pesan Azka.
Risma terkejut ketika membaca pesan itu dan dia mencoba menenangkan diri agar tidak ada yang mencurigainya dan dia mencoba untuk membalas pesan Azka.
"Hai Azka, aku sedang mengerjakan Tugas, aku juga kangen sama kamu, oh iya kamu sehat kan?" Balas Risma yang sedikit berbohong padahal dia tidak mengerjakan tugas apa-apa dan sedikit memastikan jika Azka tidak apa-apa.
"Aku tidak apa-apa Ris, tapi ada orang jahat yang ingin mencelakakan Angga." Balas Azka yang tidak lama langsung menyaringkan Ponsel Risma.
"Ya Allah, siapa Az?" Tanyanya yang sedikit ketakutan.
"Aku tidak tahu Ris, sudah ya aku pergi dulu, Eh maksudnya tidur dulu, besok kan sekolah, jangan begadang Ya sahabat ku, kamu sering susah di bangunkan ketika kamu begadang." Balas Azka cepat.
Risma tak membalas pesan Azka, setidaknya dia sedikit lega jika Azka mengirim pesan di WA kepadanya, dan dia bisa tidur pulas Malam ini.
***
Matahari mulai memancarkan Sinarnya menelusuri jendela kaca Rumah sakit. Bi Oni mencoba membangunkan aku yang tertidur pulas, karena Bi Oni tahu aku harus sekolah hari ini, aku bangun dan bersiap-siap pergi ke sekolah, tidak mandi, dan tidak berganti pakaian tanpa memperhatikan penampilan, aku langsung berpamitan kepada Bi Oni untuk pergi ke sekolah dulu dan setelah pulang dari sekolah aku akan menjaga Azka lagi.
Aku pergi ke sekolah dengan menggunakan Angkutan umum, untung saja jarak dari Rumah sakit ke rumahku tidak terlalu jauh sehingga aku bisa pulang dulu ke rumah dan mengganti pakaian dan setelah itu pergi ke sekolah, mamah yang melihat aku dengan pakaian kucel dan sedikit ada noda darah tidak panik karena aku sudah memberitahu mamah jika Azka ku mengalami kecelakaan, mamah mengenal Azka dan dia juga mengetahui jika Azka adalah pacarku jadi mamah tidak begitu mewawancarai saat aku sampai di rumah hanya saja dia terus saja menanyakan keadaan calon menantunya, ada kata yang harus di garis bawahi CALON MENANTU itulah sebutan Mamah kepada Azka karena mamah begitu menginginkan Azka untuk menjadi menantunya. Setelah mengganti pakaian aku langsung bergegas pergi ke sekolah menggunakan mobil Avanza yang selalu aku gunakan untuk pergi ke sekolah.
"masih ada 30 menit lagi, semoga sampai tepat waktu." Kataku seraya menyalakan mobil dan berpamitan kepada mamah.
Aku selalu mengingat masa-masa saat aku pergi ke sekolah bersama Azka, tapi sayangnya waktu itu aku terpaksa pergi ke sekolah bersama dia, jika di bilang Aku adalah laki-laki terbodoh di dunia karena menyia-nyiakan orang yang tulus mencintai aku dan ketika dia seperti ini aku merasa kehilangan dia, kehilangan senyum manisnya setiap pagi, kehilangan pedulinya, kehilangan kasih sayang yang dia berikan kepada aku. "Cepat sembuh sayang, aku rindu kamu." Ucapku meneteskan Air mata.
Gerbang sekolah terlihat akan menutup sebentar lagi aku langsung melajukan kendaraan dengan kecepatan penuh sambil berteriak "Pak Bayu jangan dulu di Tutup Gerbangnya!" Teriakku semoga Pak Bayu mendengarnya.
Pak Bayu menghentikan gerakan gerbang dan mencoba menunggu mobilku dari kejauhan sambil berteriak "Cepat Den bentar lagi Gerbangnya di tutup."
Akhirnya Mobilku sampai tepat waktu dan Pak Bayu langsung menutup gerbang sekolah.
Aku bergegas pergi ke kelas sebelum Pak Lukman datang." Gumam ku seraya berlari.
Pak Lukman adalah seorang guru Ekonomi yang terkenal sangat disiplin soal waktu, dia baik tidak pernah marah-marah dan dalam pembelajaran selalu lembut, tapi jangan salah Pak Lukman tidak suka jika anak didiknya ada yang terlambat datang ke kelas di jam pelajaran dia, bahkan tidak mau mengajar jika satu orang tidak lengkap tanpa keterangan yang pasti.
Aku sampai di kelas XI IPS 3 yang merupakan kelas aku, dan aku mencoba menanyakan lewat Jendela "Apa Pak Lukman sudah datang?" Kataku memastikan.
"Belum." Sahut Fadli yang membuat aku sedikit lega.
"Assalamualaikum, anak-anak bapak hanya bisa memberi tugas kepada kalian, karena bapak ada kepentingan mendadak, tolong kerjakan Buku Besar dan Jurnal Umum lalu di kumpulkan di meja bapak jangan sampai lewat dari jam 12.00 siang." Kata Pak Lukman yang datang langsung memberikan Tugas.
"Waalaikumsalam, baik pak terima kasih." Sahut kami seraya senang jika tidak ada guru yang mengajar.
"Ga, lo dari mana?" Tanya Fadli yang tidak biasanya melihat aku datang mendekati bel masuk.
"Gue habis dari rumah sakit, Azka gue kecelakaan." Ujarku berterus terang.
"Ya Ampun kok bisa, bagaimana ceritanya?" Sahut Fadli terkejut dan langsung menanyakan konologi kejadiannya.
"Jadi begini, gue mendapatkan chat dari kasir tempat makan katanya Azka tidak membawa uang dan dompet dia hilang jadi gue ingin menyusul Azka ke tempat makan itu, gue di beritahu Lokasi tempat makan itu, tapi jalan itu terkenal banyak sekali begal jika malam-malam jadi gue titipkan motor di salah satu warung yang jaraknya agak jauh dari jalan menuju tempat makan itu, awalnya gue gak percaya, tapi setelah gue chat Azka dia gak balas, gue semakin khawatir dan menyusulnya, ketika di perapatan jalan Ada seorang gadis yang mendorong gue dan berteriak "Angga Awas" gue langsung tersungkur ke trotoar jalan gadis itu tertabrak dan kendaraan yang menabraknya langsung pergi, gue sempat berpikir untuk ngejar kendaraan itu tapi akan sia-sia saja, gue langsung membalikkan badan gadis itu, dan ternyata itu Azka, gue terkejut kenapa Azka bisa ada di situ, yang gue tahu Azka sedang ada di tempat makan itu, Ini sungguh aneh Fad, sepertinya Ada seseorang yang berusaha menjebak gue, yang membuat gue terheran kenapa Azka Ada di situ? Jika Itu Azka berarti yang mengirim Chat sama gue itu hanya orang yang ingin mencelakakan gue." Jelasku dengan berbagai tanda tanya di kepalaku.
"Sepertinya Ada yang sengaja ingin mencelakakan lo Ga, tapi siapa?" Sahut Fadli dengan prediksi yang ia yakinkan.
"Nah itu yang gue gak tahu?" Sahutku pasrah.
"Dah lah, kita kerjakan ini dulu nanti kalau telat kan bahaya, di pelajaran Pak Lukma kita harus rajin, gak apa kalau pelajaran lain kita santai-santai" Kata Fadli seperti biasa dia hanya rajin pada saat pelajaran Pak Lukman, itu pun jawabannya selalu melihat jawabanku.
Dua hal yang yang mungkin mengapa kita dipertemukan
Pertama, tidak disengaja dan kedua kita berjodoh
#Azkania Suci
"Fad, Pacar lo mana?" Tanyaku.
"Pacar yang mana Ga?" Tanya Fadli Pura-pura gak tau.
"Risma, Ah sialan lo, Nama Pacar lo sendiri lupa, Pacar macam apa lo" Ketusku kesal.
"Gue gak tau Ga Risma dimana, Paling dia lagi ke kantin sama temamnya." Kata Fadli yang masih sibuk memainkan Ponselnya.
Aku mulai mencari keberadaan Risma dengan maksud untuk memberitahu Risma jika
sahabatnya sedang koma di rumah sakit.
**
Di Kantin dekat Dengan kelas X IPA 2 kini Risma tengah memakan semangkuk Bakso dan lengkap dengan Ea teh manis di meja itu.
Aku mendapati Risma tengah berbicara tapi di berbicara dengan siapa? aku tidak melihat
seseorang bersama Risma, Â aku mencoba menghampiri Risma.
"Ris.. Kamu Tau?" Kata Ku yang tak sempat menyelesaikan pembicaraan kemudian Risma Tiba-tiba Pergi dengan Alasan sakit perut, Aku mencoba menunggu dia di meja kantin itu, Seketika Pundak ku Merinding dan Terdengar bisikan suara Gadis yang terdengar tidak asing di telinga ku, Aku tak menghiraukannya aku hanya fokus menunggu Risma, Sudah 30 menit Risma tidak juga kunjung datang, aku merasa kesal dan Akhirnya memutuskan untuk kembali ke kelas.
"Fad, tadi gue liat Risma di kantin dekat kelas X IPA 2 dia seperti sedang bicara tapi di sekitarnya gak ada siapa-siapa, kira-kira lo tau gak ya bicara sama siapa?" Jelasku sembari menanyakan semoga saja Fadli mengetahuinya.
"Hahahah, Mana gue tau Ga, ihh lo ada-ada aja." Sahut Fadli
Jika aku pikir-pikir memang benar juga apa yang di katakan Fadli toh dia sendiri tidak ada di sana, ahkk dasar aku, sudah lah aku tidak ingin memikirkan hal itu lagi yang terpenting sekarang aku harus memberitahu Risma nanti setelah jam pulang sekolah tiba.
**
Di Rumah sakit Bi Oni masih setia menjaga Azka dengan badan lemas dan mata sembab dia masih memegang tangan Azka dan sambil membacakan Ayat suci Al-Quran untuk kesembuhan Azka. Tiba-tiba Suster datang untuk mengganti cairan infus Azka.
**
Di sekolah aku senang sekali karna beberapa detik lagi pulang, 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1
"Untuk pembelajaran hari ini kita cukupkan sampai di sini, kita akan bertemu lagi besok" itulah semua murid tampak senang ketika mendengar suara bel berbunyi yang di ikuti oleh suara laki-laki.
Aku langsung bersiap-siap untuk pulang tanpa pikir panjang aku langsung pergi keluar menuju tempat parkir dan melajukannya. Astagfirullah aku hampir lupa memberitahu Risma, aku memutuskan untuk memberitahu dia lewat pesan WA saja itu jalan satu-satunya dari pada aku tidak memberi tahu sama sekali.
Drrrrrttt..Drrrrtttt..Drrrrrt
"Assalamualaikum, sayang, Kamu sudah pulang seolah?" Kata mamah di telepon.
"Waalaikumsalam mah sudah, aku sekarang mau ke rumah sakit dulu mah." Sahutku
seraya mengendarai mobil.
"Baik sayang, kamu hati-hai ya di jalannya." Kata mamah yang langsung saja menutup teleponnya setelah berbicara.
Aku melajukan Mobil dengan kecepatan penuh agar segera sampai di rumah sakit. Butuh 35menit untuk aku sampai di Rumah sakit.
"Sus maaf pasien yang di rawat di ruang IGD ke mana?" Tanyaku yang terheran ketika melihat ruang IGD tidak ada Azka dan Bi Oni.
"Pasien sudah di pindahkan ke Ruang Fatma IV" Sahut suster yang masih berada di ruang IGD seraya merapikan tempat tidur pasien.
"Baik terima kasih sus." Kataku yang langsung pergi mencari ruang Fatma setelah berbicara dengan suster tadi.
Ruang Fatma menurut suster ada di lantai 3 sebelah kenan, dengan menaiki lift menuju lantai 3, tak butuh lama sampailah di lantai 3 sebelah kanan yah ini ruangan Fatma gumamku yang senang sekali akhirnya menemukan Ruang inap Azka sekarang.
"Assalamualaikum." Salam ku kedapa Bi Oni.
"Waalaikumsalam, Akhirnya Aden datang." Sahut Bi Oni yang senang melihatku datang.
"Bagaimana keadaan Azka Bi?" Tanyaku
"Masih seperti kemarin, belum sadar." Sahut Bi Oni lemas.
"Bi sebaiknya Bibi pulang dulu istirahat, biar Azka aku yang jaga, aku kasihan lihat Bibi lemas." Ucapku yang tak tega melihat Bi Oni lemas.
"Tidak apa den, biar Bibi bisa menemani Non Azka." Sahut Bi Oni yang bersikeras ingin menjaga Azka. Begitulah Bi Oni, dia sangat menyayangi Azka, setiap kali Azka sakit Bi Oni selalu menjaga Azka menyayanginya seperti anak kandungnya sendiri, sementara Kedua orang tua Azka mereka sibuk mengurus perusahaan bisnis mereka di luar kota, saking sibuknya mereka pulang 1 tahun sekali dan itu pun jika masalah bisnisnya cepat di selesaikan. Aku baru mengetahui kehidupan Azka setelah aku berpacaran dengan dia, dulu aku tidak pernah memedulikan kehidupan Azka entah dia akan tinggal bersama siapa itu tidak penting bagi ku, tapi Azka selalu peduli padaku dia selalu menanyakan aku sudah makan, aku sudah Solat, aku sudah ini, sudah itu bahkan aku sering di kirimkan makanan saat mamah harus pergi ke rumah nenek untuk menjaga nenek di Surabaya, Mamah selalu menitip pesan kepada Azka agar dia merawat aku, sungguh ini adalah sebuah penyesalan kenapa aku tidak membalas semua kebaikan dan semua perjuangan dia kepada aku, aku malah mengacuhkan dan mengabaikan, jujur waktu aku pertama kali jadian dengan Azka sebenarnya aku tidak mencintai dia sama sekali, aku tidak ingin berpacaran sama sekali, aku pernah mempunyai masa lalu kelam saat aku peduli dan begitu mencintai wanita ternyata wanita itu mengkhianati aku itu sebabnya aku tidak tertarik untuk memulai sebuah hubungan, jika kalian heran kenapa aku bisa berpacaran dengan Azka, aku hanya kasihan kepada dia, aku mendengar cerita dari Fadli jika Azka mencintai aku sejak kami menduduki bangku kelas X dan itu bisa aku rasakan ketika kami naik kelas XI, Azka selalu perhatian kepada aku, aku mencoba membalas cintanya, tapi hati ini masih sangat sulit untuk menerima siapa pun, jika di bilang terpaksa aku memang terpaksa waktu itu. Kini aku sangat merindukan sosok Azka yang selalu aku abaikan dia Azkaku, Azka istimewa ku, Azka yang sangat aku cintai, aku baru sadar ternyata selama ini aku mencintai Azka hanya saja rasa trauma selalu menghantui aku.
Jangan pernah kamu mengabaikan orang yang begitu tulus kepada kamu, dia hanya ingin kamu tahu jika kamu itu berharga bagi dia.
"Bibi sudah makan?" Tanyaku yang hampir saja lupa menanyakan perihal itu.
"Belum Den." Sahut Bi Oni yang masih terlihat lemas.
"Ya Allah Bi, kenapa belum makan? nanti Bibi sakit, aku beli dulu makanan ya untuk bibi." Sahutku cemas.
"Tidak usah den, Bibi gak mau makan, Bibi hanya ingin Non Azka sembuh." Sahut Bi Oni.
"Bi dengarkan aku, kalau Bibi sakit Azka ikutan sedih Bi, Nanti Azka gak sembuh-sembuh Bi, Bibi gak mau kan sampai itu terjadi? bibi makan ya!" Ucapku yang membujuk Bi Oni agar mau makan.
"Iya den, Bibi nanti makan, Bibi titip Non Azka ya, bibi mau pulang dulu bersih-bersih, nanti Bibi bawa makanan untuk kita makan ya." Sahut Bi Oni yang memutuskan untuk pulang dan membawa perlengkapan yang di butuh kan selama di rumah sakit.
"Baiklah Bi, Oh iya bi gak usah bawa makanan, Biar aku saja yang beli makanannya, bibi istirahat saja." Sahutku.
"Oh iya bi, Pak Arto ada di mana?" Tanyaku.
"Di Rumah den." Sahut Bi Oni yang masih duduk di kursi.
"biar aku pesankan Taxi Onlie ya, nanti bibi naik itu saja." Ucapku yang langsung membuka ponsel untuk mencari taxi online.
"Terima kasih Den." Sahut Bi Oni yang masih duduk menunggu pesanan Taxi Online.
Tak butuh waktu lama, akhirnya aku menemukan Taxi online dan memesannya untuk Bi Oni Pulang.
"Bi Taxi Online nya sudah aku pesan, bibi tunggu di depan saja!" Ucapku.
"Baiklah Den bibi pulang dulu ya, bibi titip non Azka ya!" Sahut Bi Oni yang lengsung pergi setelah berbicara dengan ku.
Kini di ruangan ini hanya ada aku dan Azka yang masih tak sadarkan diri, aku memegang tangannya sembari membacakan ayat suci Al-Quran untuk kesembuhan Azka.
"Azka sayang, Cepat sembuh aku sangat rindu senyum kamu, bawel kamu, jailnya kamu, perhatiaanya kamu, aku sangat rindu kamu." Kataku yang masih memperhatikan Azka.
"Jika kamu mendengar aku, aku mohon kamu sadar, aku ingin sekali mengobrol dan meminta maaf sama kamu." Kataku lagi berharap Azka sadar dari koma.
"Aku menyesal selalu mengabaikan kamu waktu itu, aku mohon Sadar ya!" Ucapku yang berharap Azka mendengarnya dan membuka matanya.
**
Di Rumah Risma, Setelah di kamar mandi, Risma terkejut ketika melihat Azka menggunakan pakaian tunik berwarna Putih tengah duduk di ranjangnya sambil membaca buku seperti biasa ketika Azka bermain di rumah Risma.
"Astagfirullah Az, kamu mengagetkan aku saja." Kata Risma.
"---" Azka hanya diam dan sibuk membaca buku.
"Az , kamu ya kalau sudah asyik baca buku ditanya sama aku pun tak di jawab." Ucap Risma yang membelakangi Azka dan tangannya sibuk mencari pakaian untuk ia kenakan.
"Aku pakai dulu pakian ya di kamar mandi." Kata Risma yang masih tak di respon oleh Azka.
Setelah selesai berpakaian Risma keluar dari kamar mandi dan mulai mengajak Azka untuk mengobrol, Azka masih tertunduk dan sibuk membaca Buku.
"Az kamu tidak apa-apa kan?" Tanya Risma yang mulai khawatir dengan keadaan Azka.
"Aku tidak apa-apa" Sahut Azka seraya menoleh ke arah Risma.
"Ya Allah Az, kok wajah kamu pucat, kamu sakit" Tanya Risma yang semakin Khawatir.
"Aku tidak apa-apa." Sahut Azka dengan suara pelan.
"Aku ke bawah dulu ya, bawakan kamu makan, kamu tunggu di sini!' Ucap Risma yang
langsung pergi ke dapur.
Risma membukakan kulkas dan mendapati roti isi dan satu kotak Susu dan menungkannya di dalam gelas. Setelah selesai mengambil makanan dari kulkas dan menaruhnya di piring dan gelas, Risma kembali ke kamarnya dengan membawa makanan untuk Azka. "Azka ini maka..." Kata Risma yang tak sempat meneruskan pembicaraannya terkejut ketika melihat isi kamarnya tidak ada Azka, padahal dia tadi duduk di ranjang sambil membaca buku. "Ke mana Azka?" Pertanyaan itu mulai muncul dan menyimpan tanda tanya besar.
Kreeekkk...Kreeekkk..Kreeekkk. Suara Jendela yang tiba-tiba terbuka membuat Risma terbangun dan berniat untuk menutup Jendela kembali, dengan mata mengantuk dan sedikit meram Risma menuju arah jendela. "Risma" Seketika Risma menghentikan tangannya kala dia mendengar suara memanggil nama dia, Sontak dia membalas panggilan itu "Siapa?" Sahut Risma seraya lihat arah luar jendela. Suara itu tidak terdengar lagi, Risma pun segera menutup jendela dan kembali ke ranjang besarnya melanjutkan tidur yang tadi tertunda.
Gelisah, Resah itulah yang di alami Risma entah apa penyebabnya, setelah tadi siang dia terkejut dengan kedatangan Azka yang tiba-tiba hilang, kini suara yang memanggil dia, membuat Risma tak bisa melanjutkan tidur pulasnya.
Brukkk..
Suara Itu terdengar begitu keras, Risma yang semakin Resah mencoba mencari arah suara itu, menuruni setiap anak tangga dan berjalan ke arah dapur, tidak ada benda yang terjatuh, Semua ini begitu membuat Risma kebingungan dan sedikit merasa takut. Kala itu Risma di rumah sendiri karna kedua orang tua Risma pergi menghadiri acara pernikahan di Semarang yang membuatnya harus tinggal di rumah sendiri karena dia harus bersekolah besok pagi. Risma tak menghiraukan lagi suara itu dia kembali ke Kamarnya dengan mata mengantuk dan lemas, menaiki setiap anak tangga dan berharap tidak ada suara-suara aneh lagi malam ini.
***
"Den, Bangun sekolah" Kata Bi Oni yang sudah datang ke rumah sakit untuk menunggu dan menjaga Azka kembali.
"Iya Bi, aku sudah bangun." Ucapku yang masih sedikit mengantuk.
"Jam berapa bi sekarang?" Tanyaku memastikan agar aku tidak terlambat.
"Jam 03.30 den, masih ada waktu untuk aden pulang dan bersiap-siap ke sekolah." Sahut Bi Oni.
"Oh iya bi, heheh, terima kasih ya Bi." Ucapku tercengir.
"Iya den, kita sarapan dulu yuk bibi sudah bawakan makanan." Sahut Bi Oni yang mengeluarkan kotak makan.
"Oh iya Bi semalam aku mimpi Azka." Kataku memberitahu Bi Oni.
"Mimpi apa den?." Tanya Bi Oni seraya menuangkan menaruh makanan di atas piring yang telah di bawa dari rumah.
"Dia sudah sadar dan dia senang melihat aku ada di sini menjaga dia, terus kita berbincang-bincang, dia bilang 'Ga, Tolong jaga Bi Oni ya, Aku sayang sekali sama Bi Oni' terus dia bilang 'Kamu harus jaga diri baik-baik, Dia Jahat sama kamu'. Aku heran Bi yang dimaksud Azka itu siapa? pas aku tanya ke dia maksud kamu siapa? aku tiba-tiba bangun bi dan bibi sudah membangunkan aku." Kataku menjelaskan mimpi semalam.
"Bibi tidak tahu den itu Isyarat atau apa, yang bibi tahu ya jika seseorang hadir di dalam mimpi kita itu tandanya dia rindu kepada kita." Sahut Bi Oni.
Setelah makan aku memutuskan untuk Pulang karena harus bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Aku berpamitan kepada Bi Oni dan berjanji akan ke sini lagi setelah pulang sekolah.
Di rumah mamah menanyakan perihal keadaan Azka, rupanya mamahku ini khawatir sekali dengan keadaan calon menantunya. Aku mencoba menenangkan Mamah agar selalu mendoakan kesembuhan Azka.
***
Di Rumah Risma
Risma tampak masih tertidur pulas setelah semalam dia tidak bisa tidur karena suara-suara yang mengganggunya. Kringg...Kriiiiing..Kriiing Suara Alarm membuat tidur Risma terganggu, "Sudah Pukul 05.00" Ucapnya seraya melihat Alarm dan mematikannya.
"Ah brengsek semalam siapa yang mengganggu tidur gue." Kesalnya
Drrrrt..Drrrrt..Drrrrt Suara Ponselnya bergetar tanda notifikasi pesan WhatsApp.
"Risma, gue mau ngomong sama Lo" tulis ku
Wajah Risma seketika cemberut dan kesal, "Mau ngomong apa sih lo." Balas dia dengan cepat.
Drrrrt.. " Penting" Balasku lagi.
Entah kenapa Risma selalu bersikap seolah-oleh dia tidak menyukai ku, Padahal aku tidak pernah membuat dia kesal atau marah Bahkan tidak pernah membuat hati dia terluka entahlah hanya dia yang bisa menjelaskan semua ini.
Di Sekolah aku menemui Risma yang tengah duduk dengan Fadli.
"Risma Azka kecelakaan" Ucapku tanpa berbasa-basi.
"Apa? Lo yang benar? Bukannya Azka tidak apa-apa ya? Kemarin...." Katanya terkejut dan tidak melanjutkan permbicaraan.
"Kemarin apa maksud Lo?" Tanyaku kembali.
"Engg..engga Ga, gue salah sebut." Ucapnya yang tak menyakinkan
"Ris sekarang kamu jujur sama aku ada apa?" Tanya Fadli yang penasaran juga.
Risma menceritakan semua kejanggalan yang dialami dia dua hari yang lalu, pernyataan Risma membuat Angga heran dan semakin menyimpan tanda tanya besar.
"Lo bilang tadi, Azka sempat mengechat lo tanggal 12 Juli pukul 23.00 WIB, Apa chat itu masih ada?" Tanya ku penasaran.
Risma menunjukan isi chat Azka dengan-Nya dua hari yang lalu, kalian tahu apa yang terjadi, ternyata isi pesan itu benar ada.
"Hai Risma, kamu lagi apa, aku kangen."
"Hai Azka, aku sedang mengerjakan Tugas, aku juga kangen sama kamu, oh iya kamu sehat kan?"
"Aku tidak apa-apa Ris, tapi ada orang jahat yang ingin mencelakakan Angga."
"Ya Allah, siapa Az?"
"Aku tidak tahu Ris, sudah ya aku pergi dulu, Eh maksudnya tidur dulu, besok kan sekolah, jangan begadang Ya sahabat ku, kamu sering susah di bangunkan ketika kamu begadang."
Aku terkejut membaca isi chat itu, terlihat aneh, pukul 22.00 Azka mengalami kecelakaan di Jalan Yuna dan di larikan ke rumah sakit sekitar pukul 22.20, mana mungkin Azka menulis pesan itu sedangkan pukul 23.00 Azka terbaring tak sadarkan diri di rumah sakit dan bahkan Dokter memfonis dia Koma.
"Sebentar, Lusa kemarin di kantin lo, sedang berbicara dengan siapa? Gue lihat lo sedang berbicara tapi di depan dan di samping lo tidak ada siapa-siapa?" Tanya ku menanyakan keanehan lainnya.
"Azka" Ucap Risma membuat ku semakin terkejut.
"Ris lo tahu, saat itu Azka masih di rumah sakit, dia Koma." Â Kata ku memberitahu Risma.
Semua kejanggalan ini membuat ku semakin heran, ini bukanlah hal yang wajar, ada sesuatu yang tidak bisa di jelaskan dengan nalar. Wajah Risma menunjukan ketakutan, aku paham Risma merasa sedih karena mereka berdua bersahabat baik sejak kecil.
"Ris apa mata batin kamu terbuka? apa kamu bisa melihat orang tak kasat mata?" Tanya Fadli.
"Ya, kata Ibu aku mata batin aku terbuka sejak aku berusia 7 tahun." Ucap Risma.
"Nanti malam lo ikut gue." Kataku mengajaknya.
**
"Bi, apa bibi tahu orang yang bisa membuka mata batin?" tanya ku.
"Untuk apa den?" Sahut Bi Oni menanyakan perihal itu.
"Ada yang aku harus ungkap bi?" Sahut ku.
"Ada den, ini nomornya, aden chat aja, jika dia menanyakan aden mendapatkan nomor dia dari siapa bilang saja dari Oni. Karena dia sibuk sekali orangnya." Kata Bi Oni memberitahu.
Setelah aku mendapatkan nomor orang yang bisa membuka mata batin aku langsung memberikannya kepada Fadli, biar dia yang menghubungi orang tersebut. Sementara itu, Aku akan jemput dulu Risma dan membawanya ke rumah sakit.
"Bi, malam ini aku akan meminta bantuan Teh Syakila untuk membukakan Mata batin aku di sini, bibi bisa bantu aku menyiapkan semuanya?" Kata ku meminta bantuan Bi Oni.
"Di sini den? Untuk apa? jangan den kasihan Non Azka." Kata Bi Oni melarangku.
"Aku mohon bi, ini untuk kebaikan kita semua." Sahut ku memohon.
"Ya sudah bibi akan menyiapkan semuanya." Sahut Bi Oni.
"Terima Kasih bi, aku pergi dulu." Kataku yang langsung pergi keluar untuk menjemput Risma.
Pukul 21.00 WIB
Aku dan Risma sampai di Rumah sakit, di Ruangan Fatma sudah ada Teh Syakila orang yang bisa membukakan Mata batin, Fadli dan Bi oni mempersiapkan semua perlengkapan untuk membukakan mata batin.
Teh Syakila melakukan ritual membuka mata batin ku, dengan percaya diri dan berani mengambil resiko aku mulai merasakan hawa-hawa mistis di ruangan ini.
"Kamu bisa dengar saya?" Tanya Teh Syakila.
"Kalian berdua harus pegangan tangan jangan sampai lepas, Risma mata batin kamu sudah terbuka secara alami, jadi kamu harus bisa menjaga Angga jangan sampai emosinya memuncak saat bertemu dengan Azka, dan jangan sampai Angga terbawa pengaruh Azka. Jangan biarkan Azka menguasai Angga. Jika itu terjadi akan sangat berbahaya untuk kamu dan Angga." Kata Teh Syakila memberitahu kami.
Gelap itulah yang aku rasakan saat pertama kali membuka mata, ruangan ini sepi hanya ada aku dan Risma.
"Azka,, Kamu dengar aku?" Panggil Risma
Ruangan ini terlihat berbeda, bukan seperti ruangan inap, tidak ada tempat tidur, dan perlengkapan rumah sakit lainnya, hanya ada horden penghalang di sudut ruangan ini.
Terdengar suara tangisan di sudut horden itu, suara tangisan itu mirip dengan suara Azka, apa itu Azka? kami mencoba menghampiri dan membukakan horden itu dan ternyata, seorang Azka dengan wajah pucat namun masih terlihat cantik sedang menangis.
"Azka" Panggil aku.
Azka berdiri dan seraya memeluk aku, sungguh aku sangat merindukan dia, merindukan peluk hangat Azka, tanpa sengaja aku melepaskan genggaman tangan Risma, seketika Azka melepaskan pelukannya dan melihat Risma, dengan Wajah marah dan mata memerah, Azka berteriak "Pergi kamu Risma" Teriaknya. "Aku tak ingin melihat wajah kamu, kamu jahat." Teriaknya lagi. Aku berusaha menarik tangan Risma dan hendak menggenggamnya lagi namun tangan kuat Azka menarik ku seolah aku tidak boleh menggenggam tangan Risma.
"Sayang apa kamu tahu siapa Risma sebenarnya?" Ucap Azka memberitahu aku.
"Azka aku mohon, kita sahabat, aku minta maaf." Kata Risma memohon serasa meneteskan air mata.
"Sahabat kata kamu, kamu yang merencanakan semua ini, kamu mencoba menjebak Angga orang yang aku cinta selama ini, kamu juga tahu kan, kamu juga yang membuat aku seperti ini berada di antara dua alam, apa itu yang dinamakan sahabat, kamu egois Ris, apa salah angga sama kamu? hingga kamu tega menyusun rencana untuk membunuh Angga, hahahahahah apa kamu pikir aku tidak tahu rencana kamu, aku tahu semuanya Ris, aku terkejut mendengar seorang Risma sahabat yang aku sayangi ternyata seorang pembunuh berencana, dan dia akan membunuh pacar sabahatnya sendiri hahah lucu. Hikss..Hiksss.Hiksss." Kata Azka yang menjelaskan semuanya seraya meneteskan Air mata.
Sebuah fakta yang mengejutkan membuatku tak percaya, jadi orang yang menjebak ku waktu itu memberi tahu aku Azka di tahan di rumah makan karena tidak bawa uang itu Risma dan Risma juga hendak membunuh aku, semua ini terlalu sulit untuk aku memperayainya. Aku yakin Risma melakukan ini pasti ada sebab dan tujuan, mana mungkin dia menyusun rencana ini jika tidak ada sebab dan tujuan.
"Biar aku jelaskan Az, aku mohon" Kata Risma memohon.
"Tak ada yang bisa kamu jelaskan, semua ini sudah terlambat, sekarang ada Angga di sini bunuh lah dia! agar aku bisa bersama Angga dan tenang di sana." Kata Azka.
"Aku mohon beri aku kesempatan untuk menjelaskan semua ini." Kata Risma memohon,
"Jujur aku tidak suka kamu berpacaran dengan Angga Az, aku kasihan dengan kamu, kamu terus saja menangis saat Angga mengabaikan kamu, bahkan ketika kamu berpacaran dengan Angga apa kamu sering mendapatkan perhatian dari dia, tidak kan? aku peduli sama kamu Az, aku tidak ingin sahabat ku terus saja menangis dan berjuan sendiri untuk cintanya sedangkan dia, dia sama sekali tidak memperdulikan kamu, dia jadian dengan kamu hanya kasihan, dia tidak mencintai kamu Az, aku ingin agar kamu bisa melupakan Angga dan menemukan orang baru yang bisa membahagiakan kamu, dengan aku membunuh Angga aku yakin kamu bisa melupakan Angga, tapi semua itu gagal ." Ucap Risma yang menjelaskan Rencana sebenarnya.
Sebuah pengakuan yang sangat menyakitkan untuk aku dengar, Aku sadar waktu itu aku hanya kasihan dengan Azka dan ternyata gadis ini begitu sangat mencintai aku hingga dia rela menyelamatkan aku dari rencana Risma, dan dia mengorbankan nyawanya untuk aku.
Ekspresi Azka seketika berubah Air mata terus saja mengalir di kelopak matanya. "Maafkan aku Az, aku mohon maafkan aku." Kata Risma seraya mendekat dan memeluk Azka.
Kedua sahabat ini berpelukan dan saling melepa rindu, aku tahu seorang Azka bukanlah seorang pendendam.
"Tolong maafkan aku" Ucap Risma lagi.
"Aku sangat merindukan kamu Ris, sudah jangan menangis, ini yang aku ingin dengar, Ikhlaskan aku." Ucap Azka tersenyum.
" Angga, aku minta maaf jika aku terlalu mencintai kamu, sehingga kamu terpaksa membalas cinta aku, maafkan aku, aku sudah menyusahkan kamu, sekarang kamu bebas aku tidak akan memaksa kamu untuk mencintai aku dan kamu berhak bahagia bersama orang yang kamu cintai, terima kasih kamu sudah mencoba mecintai aku meski aku tahu kamu hanya kasihan kepada aku, terima kasih atas semuanya, Ikhlaskan aku." Ucap Azka tersenyum.
"Tidak, seharusnya aku yang harus minta maaf, aku telah mengabaikan orang yang sangat mencintai aku, aku ingin kamu sembuh dan kita memulai lembaran baru, aku sayang kamu." Ucapku seraya meneteskan Air mata.
"Tidak semua ini sudah terlambat, Ikhlaskan aku dan aku mohon kamu lupakan aku dan angap saja aku tidak pernah hadir dalam kehidupan kamu." Kata Azka yang mebuat aku semakin menyesal.
Perlahan Azka mengilang, tangan Risma mencoba menggenggam tangan aku dan aku membuka mata mendapati Azka masih terbaring.
......Tttttttttttttt.... Detak jantung Airin melemah..
Bi Oni langsung pergi memanggi Dokter.
Aku syok dan tidak menyangka Azka begitu cepat meninggalkan aku, aku selalu berharap Azka bisa sembuh dan kita membuat kisah baru dan aku berjanji akan selalu menjaga dan mencintai Azka, kini kisah itu hanya menyisakan harap dan keajaiban. Inilah awal dan akhir dari sebuah perjuangan, aku berharap aku bisa menemukan kamu di kehidupan berikutnya, tuhan mempunyai skenario terbaik untuk makhluknya, pertemuan akan selalu di akhiri dengan perpisahan, terkadang kita di pertemukan hanya untuk sekedar mengenal, membuat kisah dan meninggalkan kisah, biarlah ini menjadi Jeda untuk kisah cinta aku dan Azka akan aku lanjutkan katika aku menemukan sosok Azka kembali, terima kasih terlah mengajarkan aku Cinta, terima kasih telah mengajarkan aku kehilangan dan terima kasih untuk semuanya.
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H