"Ris lo tahu, saat itu Azka masih di rumah sakit, dia Koma." Â Kata ku memberitahu Risma.
Semua kejanggalan ini membuat ku semakin heran, ini bukanlah hal yang wajar, ada sesuatu yang tidak bisa di jelaskan dengan nalar. Wajah Risma menunjukan ketakutan, aku paham Risma merasa sedih karena mereka berdua bersahabat baik sejak kecil.
"Ris apa mata batin kamu terbuka? apa kamu bisa melihat orang tak kasat mata?" Tanya Fadli.
"Ya, kata Ibu aku mata batin aku terbuka sejak aku berusia 7 tahun." Ucap Risma.
"Nanti malam lo ikut gue." Kataku mengajaknya.
**
"Bi, apa bibi tahu orang yang bisa membuka mata batin?" tanya ku.
"Untuk apa den?" Sahut Bi Oni menanyakan perihal itu.
"Ada yang aku harus ungkap bi?" Sahut ku.
"Ada den, ini nomornya, aden chat aja, jika dia menanyakan aden mendapatkan nomor dia dari siapa bilang saja dari Oni. Karena dia sibuk sekali orangnya." Kata Bi Oni memberitahu.
Setelah aku mendapatkan nomor orang yang bisa membuka mata batin aku langsung memberikannya kepada Fadli, biar dia yang menghubungi orang tersebut. Sementara itu, Aku akan jemput dulu Risma dan membawanya ke rumah sakit.