Mohon tunggu...
Suci Mulyati
Suci Mulyati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Jeda

12 Agustus 2022   06:00 Diperbarui: 12 Agustus 2022   06:09 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ris lo tahu, saat itu Azka masih di rumah sakit, dia Koma."  Kata ku memberitahu Risma.

Semua kejanggalan ini membuat ku semakin heran, ini bukanlah hal yang wajar, ada sesuatu yang tidak bisa di jelaskan dengan nalar. Wajah Risma menunjukan ketakutan, aku paham Risma merasa sedih karena mereka berdua bersahabat baik sejak kecil.

"Ris apa mata batin kamu terbuka? apa kamu bisa melihat orang tak kasat mata?" Tanya Fadli.

"Ya, kata Ibu aku mata batin aku terbuka sejak aku berusia 7 tahun." Ucap Risma.

"Nanti malam lo ikut gue." Kataku mengajaknya.

**

"Bi, apa bibi tahu orang yang bisa membuka mata batin?" tanya ku.

"Untuk apa den?" Sahut Bi Oni menanyakan perihal itu.

"Ada yang aku harus ungkap bi?" Sahut ku.

"Ada den, ini nomornya, aden chat aja, jika dia menanyakan aden mendapatkan nomor dia dari siapa bilang saja dari Oni. Karena dia sibuk sekali orangnya." Kata Bi Oni memberitahu.

Setelah aku mendapatkan nomor orang yang bisa membuka mata batin aku langsung memberikannya kepada Fadli, biar dia yang menghubungi orang tersebut. Sementara itu, Aku akan jemput dulu Risma dan membawanya ke rumah sakit.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun