Mohon tunggu...
Silvia Aprilia
Silvia Aprilia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

for school

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Buku sebagai Pendamping Hatta dalam Perjuangan Kemerdekaan

4 November 2021   16:00 Diperbarui: 4 November 2021   17:30 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

 Moh. Hatta dengan keberanian tekadnya tidak ragu-ragu untuk memperkenalkan nama "Indonesia" didepan khalayak ramai. Tanpa banyak basa-basi akhirnya nama "Indonesia" secara resmi diakui oleh Kongres. Nama "Indonesia" untuk menyebutkan wilayah Hindia Belanda ketika itu telah benar-benar dikenal kalangan organisasi internasional.   

Suara langkah kaki orang-orang komunis terdengar jelas ternyata hari itu pada tanggal 25 Desember 1926, Semaun dan PKI datang menemui Hatta dengan berseragam berawarna cokelat tua sambil membawa tongkat kebanggaannya. Tujuan Semaun dan PKI menemui Hatta adalah untuk menawarkan pimpinan pergerakan nasional secara umum kepada PI. Setelah lama berbincang-bincang di ruangan yang beraroma kopi itu, mereka membuat suatu perjanjian bernama "Konvensi Semaun-Hatta". Ini memicu Belanda untuk menangkap Hatta. Padahal saat itu Hatta belum menyetujui paham komunis. Lalu Stalin membatalkan hasrat Semaun, dan terjadilah hubungan yang buruk dari kedua golongan ini.

Pada tanggal 23 September 1927, pagi itu hari yang cerah diiringi suara burung-burung berkicauan disertai angin bertiup ringan serta suasana yang damai tiba-tiba berubah menjadi suasana tidak mengenakan bagi Hatta, Ali Sastroamidjojo, Nazir Pamunjtjak, dan Abdul Madjid Djojoadhiningrat. 

Pada hari itu mereka ditangkap oleh penguasa Belanda lantaran mereka dituduh menjadi anggota partai terlarang dan menghasut untuk menentang kerajaan Belanda. 

Mereka semua terkejut, pasalnya mereka tiba-tiba ditangkap tanpa bukti yang jelas. Semua tuduhan masuk ke telinga mereka membuat mereka kewalahan dan tidak mengerti kenapa hal ini terjadi pada mereka.

 Lantaran tidak merasa melakukan hal yang dituduhkan, Hatta pun membuat pembelaan yang dia beri judul "Indonesia Vrij" atau Indonesia Merdeka. Hatta menguliti praktik eksploitasi yang dilakukan rezim kolonial di Hindia Belanda. Tapi itu tidak berhasil. Hatta pun akhirnya ditahan beberapa bulan di penjara.

Kesuntukannya saat di penjara tidak membuatnya lengah terhadap gerak-gerik Belanda. Hatta selalu berdoa supaya dibebaskan dari penjara dan segera medapat keadilan yang seadil-adilnya. Dibarengi dengan usaha dia menulis "Kami percaya masa datang bangsa kami dan kami percaya atas kekuatan yang ada dalam jiwanya. Kami tahu bahwa neraca kekuatan di Indonesia senantiasa berkisar ke arah keuntungan kami." Sejak saat itu, T

uhan mengabulkan permohonannya, dan pada tanggal 22 Maret 1928 mereka semua dibebaskan dari tahanan di Den Haag. Setelah bebas dari tahanan, Hatta seperti putus asa dia langsung melepaskan jabatannya sebagai ketua PI. Dia bertekad untuk melanjutkan kuliahnya mengikuti ujian doktoralnya. Setelah Hatta mengundurkan diri menjadi ketua, PI jatuh ke tangan komunis serta mengecam keras kebijakan Hatta dan mengeluarkannya dari PI.

"Hari ini Mohammad Hatta sudah mengundurkan diri sebagai ketua PI. Itu berarti PI sudah bisa diambil alih oleh kita. Setelah semua kebijakan Hatta yang tidak berguna itu, kini bisa kita hapus. Maka dari itu kita akan mengeluarkan Hatta dari PI", kata salah satu anggota dari partai komunis.

Ada berita dari teman satu perjuangannya, Ir. Soekarno beserta ketiga temannya dari PNI ditangkap juga oleh pemerintah Hindia Belanda. PNI Soekarno menyatakan pembubarannya atas anjuran Mr. Sartono dan diganti partai Partindo. 

Para pengikut Hatta di Indonesia membuat gerakan tandingan dengan mendirikan Golongan Merdeka yang diganti namanya menjadi Pendidikan Nasional Indonesia (PNI). Setelah Hatta pulang dari Belanda pada 5 Juli 1932, Hatta memimpin PNI baru. Pemerintah kolonial Belanda mengalihkan perhatiannya kepada Partai Pendidikan Nasional Indonesia.  Masalah muncul kembali, pada Februari 1934 Hatta ditahan kembali bersama 6 anggota PPNI di Penjara Glodog lalu dibuang ke Digoel. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun