Mohon tunggu...
Silvia Aprilia
Silvia Aprilia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

for school

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Buku sebagai Pendamping Hatta dalam Perjuangan Kemerdekaan

4 November 2021   16:00 Diperbarui: 4 November 2021   17:30 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Presiden Soekarno dan wakilnya Mohammad Hatta menjadi satu kesatuan Dwitunggal, memiliki suatu visi dan misi dimana dalam visi misi inilah keduanya saling berbeda pendapat dalam mengelola negara. Selama menjadi wakil presiden Indonesia, Hatta tetap aktif dalam acara ceramah di berbagai pendidikan tinggi. Selain aktif ceramah, Hatta juga ternyata masih sering menulis buku karangannya juga buku-buku ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi anak bangsa. "Setelah sekian lama saya tidak pernah menuangkan pikiran saya kedalam tulisan karena dulu saya sibuk akan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan tidak ada waktu untuk menulis sebuah buku baru. Kini saya akan menjalaninya kembali, menulis seuntai kalimat demi kalimat yang nanti akan menjadi sebuah buku dan bisa disalurkan untuk anak bangsa Indonesia", kata Hatta dengan nada lembut dan hati yang damai. Diapun langsung pergi ke ruangan kerjanya di rumah, mengambil mesin ketik kuno. Mesin kuno itu sangat bersih sampai-sampai banyak debu yang menutupinya. Hatta pun mengambil kain untuk membersihkan mesin ketik kuno itu.

Tik..tik..tik..tik..tik..tik..tik..tik..

Suara mesin ketik milik Hatta terdengar sampai ke ruang tengah rumahnya, istrinya pun mengetahui bahwa Hatta sedang mengetik sebuah karangan. Lantas diapun langsung membuatkan minuman hangat dan membawanya ke ruang kerja Hatta. Dari siang har sampai menjelang malam, Hatta sibuk menulis sebuah karangan buku. Diapun akhirnya menyelesaikan tulisannya. Esoknya, Hatta pergi ke istana negara menemui sang Presiden Indonesia, Ir. Soekarno untuk membahas rancangan kedepannya akan bagaimana.

Kemudian pada 12 Juli 1951, Mohammad Hatta berpidato di radio khusus untuk menyambut Hari Koperasi Indonesia. Dalam pidato tersebut dia mengungkapkan pandangan dan gagasan terhadap perkembangan koperasi di Indonesia. "Apabila kita membuka UUD 1945 dan membaca serta menghayati isi pasal 38, maka terlihatlah di sana akan tercantum dua macam kewajiban atas tujuan yang satu. Tujuannya yaitu menyelenggarakan kemakmuran rakyat dengan jalan menyusun perekonomian sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan. Perekonomian sebagai usaha bersama dengan berdasarkan kekeluargaan adalah koperasi, karena koperasilah yang menyatakan kerja sama antara mereka yang berusaha sebagai satu keluarga....", penggalan kalimat-kalimat pidato Hatta kala itu. Berdasarkan peranan Hatta yang besar dalam dunia koperasi, membuat dirinya diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia di kongres Koperasi Indonesia di Bandung. Dia juga menuangkan pikiran-pikirannya mengenai koperasi kedalam sebuah tulisan berjudul 'Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun' pada 1971.

Bung Hatta pada 1955 menyatakan bahwa jika parlemen dan konstituante pilihan rakyat sudah terbentuk maka dia akan mengundurkan diri dari kursi wakil presiden Republik Indonesia. Diapun menulis sepucuk surat untuk ketua Parlemen Mr. Sartono. Pena yang dia gunakan menari-nari diatas kertas putih. Hingga akhirnya selesai dan dia langsung mengirim surat itu. Sartono pun terkejut saat menerima surat dari Mohammad Hatta. Dia mengerutkan dahinya tidak percaya akan kemunduran Hatta dari jabatannya. Surat itu berisi, "Merdeka, dengan ini saya beritahukan dengan hormat bahwa sekarang setelah Dewan Konstituante yang dipilih rakyat mulai bekerja dan tersusun, maka sudah tiba waktunya bagi saya untuk mengundurkan diri sebagai wakil presiden. Segera, setelah konstituante itu dilantik, saya akan meletakkan jabatan saya". Alasan Mohammad Hatta mengundurkan diri adalah karena parlemen dan konstituante rakyat sudah terbentuk maka akan menggunakan kabinet parlementer yang dimana presiden hanya bertugas sebagai kepala negara yang fungsinya sebagai simbol negara. Sehingga dirinya sebagai wakil presiden tidak diperlukan lagi.

"Sebaiknya jangan saya balas dahulu, ini merupakan keputusan yang berat", kata Sartono. Sampailah surat itu kepada Soekarno, dan disitu pula konstituante berhasil dibuka secara resmi oleh presiden. Setelah mengetahui bahwa konstituante dibuka, Mohhamad Hatta pun memberitahukan kepada ketua Parlemen bahwa pada tanggal 1 Desember 1956 nanti, dia akan melepaskan jabatannya.  Mereka semua mula-mula menolak secara halus permintaan Hatta. Namun sejak diadakan sidang, DPR sepakat untuk memenuhi permintaan Hatta itu. Maka secara resmi pada tanggal 1 Desember 1956, Mohammad Hatta mengakhiri jabatannya sebagai wakil presiden Indonesia.

"Masa-masa sulit sudah saya lalui dengan baik bersama kawan-kawan saya di negeri Indonesia ini. Saya sudah bukan lagi wakil presiden Indonesia. Tapi perjuangan saya tidak boleh berhenti sampai disini. Masih banyak anak bangsa yang perlu ilmu pengetahuan yang mendalam, untuk itu saya akan memutuskan untuk menjadi pengajar di Universitas yang ada di Indonesia. Saya ingin melihat anak bangsa lebih maju pikirannya, lebih semangat menggapai cita-cita bangsa", lontaran kalimat itu terucap oleh Mohammad Hatta di teras rumahnya. Diapun berjalan menuju pagar rumah dan menggeser pagar rumahnya, dan berjalan menikmati udara segar sore hari. Anak-anak sedang mengayuh sepeda lalu memberi salam kepada Mohammad Hatta. Mohammad Hatta lalu tersenyum.  Dia menghabiskan kehidupannya untuk menulis karya barunya, untuk dipublish agar nanti bisa teringat oleh anak cucu kelak.

Bekerja keras tidak cukup untuk mencapai suatu kesuksesan, karenanya harus diimbangi dengan bekerja cerdas. Mohammad Hatta adalah seorang putra bangsa yang amat cerdas dan religius. Maka dari itu kesuksesan pun dia raih dengan penuh perjuangan yang mendebarkan. Tak henti sampai disitu lontaran-lontaran kobaran kemerdekaan terus dia sampaikan melalui karya tulisannya. Diapun mendapat penghormatan tertinggi yaitu Bintang Republik Indonesia kelas I. Berkat semua karya-karya tulisannya dan juga perjuangannya kini dia selalu diingat sepanjang masa dan namanya diabadikan. Mohammad Hatta wafat di usia ke-77 tahun pada tanggal 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo, Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun