Mohon tunggu...
Silvia Aprilia
Silvia Aprilia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

for school

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Buku sebagai Pendamping Hatta dalam Perjuangan Kemerdekaan

4 November 2021   16:00 Diperbarui: 4 November 2021   17:30 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Bung, bagaimana jika kita membicarakan ini dengan anggota PPKI yang lain dan memutuskan tanggal yang tepat untuk proklamasi", saran Radjiman sambil membalikkan badan.

"Baiklah, kita bicarakan ini dengan yang lain", kata Soekarno berdiri seakan-akan hendak meninggalkan ruang pertemuan itu.

Perang Dunia II berakhir, dimenangkan oleh pihak sekutu dan kekalahan di terima oleh Jepang. Kekalahan ini sangat dirahasiakan oleh Jepang, mereka menutup semua stasiun radio dengan menyegelnya. "Tutup semua stasiun radio seluruh dunia, kita rahasiakan kekalahan kita di muka umum, termasuk Indonesia", ucap Menteri Jepang sibuk mengotak-atik siaran radio.

"Hari ini, Jepang sudah kalah. Kota-kota besar mereka sudah hancur dihantam bom atom dari pihak sekutu......tittttttt", siaran radio langsung terputus. "Ah bagaimana ini, belum selesai kok sudah terputus? Tapi tidak apa-apa saya sudah merekam nya di sini", kata Sutan Syahrir. "Teman-teman, dengar ini, dengarkan radio ini yang sudah saya rekam. Jepang sudah kalah menyerah kepada sekutu. Maka dari itu Indonesia pun kekosongan kekuasaan. Kita harus segera mendesak Bung Karno untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia", lanjut Syahrir dengan suara meninggi.

15 Agustus 1945 pada pukul 20.00 WIB, golongan muda revolusioner mengadakan rapat di gedung Pegangsaan Timur dan mereka tetap teguh pendirian bahwa kemerdekaan adalah hak rakyat dan urusan rakyat Indonesia.

"Jepang adalah masa silam. Sekarang kita harus menghadapi Belanda, karena seperti yang kita ketahui, negara kita sedang kekosongan kekuasaan itu berarti Belanda akan berusaha mendapatkan kembali negara kita. Jika kalian semua tidak setuju dengan yang saya katakan dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdekaan sendiri, kenapa tidak kalian saja yang memproklamasikannya?", ucap Hatta dengan nada tegas dan amarah.

"Apakah kita harus menunggu kemerdekan sebagai hadiah dari Jepang?", kata Syahrir.

"kami bertiga sudah bertemu dengan wakil pihak Jepang dan membicarakan ini dengan sebaik-baiknya. Saya takut jika Jepang hanya melakukan tipu muslihat sehingga jika kita bertindak salah akan terjadi pertumpahan darah", kata Soebardjo sambil mengangkatkan kaki ke kaki yang satunya.

"Usul dari golongan muda kami tetap menolak karena kurang perhitungan dan takut jika banyak memakan korban", kata Hatta dengan mengerutkan dahi nya.

"Baiklah jika kalian para golongan tua tetap teguh pada pendirian kalian, kami mohon pamit sekarang juga", Ucap Wikana sambil bergerak berjalan keluar tak lupa memberi salam penghormatan kepada golongan tua.

Pada tanggal 16 Agustus 1945 malam, lampu tiang menyinari sepanjang jalan yang dilalui Moh. Hatta dalam perjalanannya ke rumah Admiral Maeda tepat pukul 19.00 WIB.  Dana baru selesai keesokan harinya pukul 3 pagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun