Sebelum tidur, Kepala Ananta dipenuhi beribu tanya tentang pertanyaan dimana orang tuanya berada. Juga Aruni. Bahkan dia perlahan sudah melupakan kenangan dengan Aruni. Agar hatinya tidak sakit ketika mengingatnya. Dia sungguh berdosa telah membuat beribu janji, salah satunya akan selalu ada bagi Aruni. Kasihan sekali gadis malang itu pikirnya, tapi Ananta bukan kakak yang baik bagi Aruni. Suatu saat Ananta akan menjemput kembali Aruni dengan menjanjikan masa depan yang cerah. Biarlah Aruni bersama lala, Untuk sementara.
BAB 6Â
Sebuah kenyataan
Anton datang lagi. Entah kenapa hatinya tidak karuan, kepalanya terus memikirkan Ananta. Seperti ada sebuah ikatan antara keduanya. Anton kali ini membawakan sebuah bingkisan, beberapa baju baru. Melihat keadaan baju Ananta dengan kaus sedikit bolong diketiaknya, jaket usang yang warnanya saja sudah luntur memutih.
"Beberapa baju untukmu" Ucap Anton seraya menyodorkan paperbag.
Ananta kebingungan, di antara takut dan malu. Dia tersenyum tipis, tangannya berusaha mengambil paperbag itu.
"Terima kasih, Bos" Ucap Ananta seraya memberi senyuman.
"Pak saja cukup, tidak usah Bos" Anton tersenyum, menepuk pundak Ananta. Lalu sedikit menarik lengannya, berusaha menyuruh Ananta untuk duduk dan berbincang.
"Jadi bagaimana, senang tinggal disini?" Tanya Anton.
"Cukup senang" Ananta kembali tersenyum.
Bayangkan saja disini jauh berbeda dengan panti itu. Tidak ada yang memarahinya, memukuli. Dia bebas melakukan hal apapun yang dia mau setelah bekerja. Tidak ada hukuman atau terpaksa mencuri uang-uang itu.