Sunyi, sepi, senyap.
“Kamu benar-benar mulai mencari permasalah dengan saya kalau begini. Kamu masih mau ikut pelajaran saya gak?”
Tanya Kholid mengancam.
“Masih pak.”
Andi menjawab dengan suara yang sepertinya sangat pasrah dan ketakutan.
Mendengar jawaban yang demikian, hati Kholid menjadi lunak kembali.
“Baik, Andi, kali ini kamu bapak maafkan, tapi ini terakhir kali ya Andi, untuk selanjutnya kamu tidak boleh seperti ini lagi?”
“Baik pak, terima kasih.”
Sesampainya dirumah, Kholid terlihat benar-benar pusing. Dia sangat lelah dengan kelakuan muridnya yang satu itu. Untuk meredakan stresnya dia mengghidupkan TV. Ketika dia menghidupkan TV yang tampak di layar kaca langsung berita. Setelah mendengarkan berita, stres Kholid malah makin bertambah. Melihat negeri ini yang makin amburadul, disertai dengan tingkah laku muridnya yang benar-benar tidak dimengerti membuat hari ini benar-benar menjadi hari yang berat bagi Kholid.
Istrinya yang melihat Kholid sangat terkejut dengan keadaan Kholid yang terlihat sangat stres. Istrinya pun langsung menyarankan Kholid untuk beristirahat.
“Sayang, kayaknya kamu kelihatan sangat lelah, sebaiknya kamu tidur dahulu.”