Setelah berkata begitu, dumung pun pergi. Ditahannya rasa kesal yang mengganjal dadanya. Sementara gagak masih terdiam. Mungkin memikirkan ancaman ular dumung. Timbul hasrat di hatinya untuk mencari akal demi menghadapi ular sawa.
Untuk menghadapi ular sawa, gagak terpaksa menemui beberapa sahabat dekatnya. Tujuannya, untuk dimintai bantuan menemukan kelemahan ular sawa. Yang mula-mula ditemuinya adalah kodok.
"Jadi benar, ular sawa juga mencarimu?" tanya kodok.
"Benar. Itu juga gara-gara kamu. Sebab jika tidak karena kau menolongmu, mana mungkin sawa menaruh dendam kepadaku?" tutur gagak.
"Tetapi apa yang harus kulakukan? Aku sendiri juga takut kepada si sawa," kata kodok.
"Aku tidak menyuruhmu menghadapi sawa, tetapi bantulah aku menemukan cara untuk menghadapi dia."
"Baiklah. Menurutku, menghadapi sawa harus dengan muslihat. Sebab dengan kekuatan tidak mungkin. Kita kalah sakti dengannya."
"Benar. Contohnyat tikus. Hasilnya, tikus dilahap oleh si sawa. Lalu, kira-kira muslihata apa yang jitu untuk menundukkan si sawa itu?"
"Kita harus menipunya".
"Caranya?"
"Kesaktian sawa sungguh luar biasa. Bisa yang dimilikinya sangat hebat. Sehingga hanya dengan menjilat bekas tapak kaki saja, si pemilik tapak kaki sudah mampus. Nah, kita harus menipunya agar bisanya itu dibuang saja."