Mohon tunggu...
Senada Siallagan
Senada Siallagan Mohon Tunggu... Penulis - Berpikir Out of The Box
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Telinga dan Lidah Seorang Murid

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Gagak yang Usil

22 Maret 2021   09:12 Diperbarui: 26 Maret 2021   22:15 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah berkata begitu, dumung pun pergi. Ditahannya rasa kesal yang mengganjal dadanya. Sementara gagak masih terdiam. Mungkin memikirkan ancaman ular dumung. Timbul hasrat di hatinya untuk mencari akal demi menghadapi ular sawa.

Untuk menghadapi ular sawa, gagak terpaksa menemui beberapa sahabat dekatnya. Tujuannya, untuk dimintai bantuan menemukan kelemahan ular sawa. Yang mula-mula ditemuinya adalah kodok.

"Jadi benar, ular sawa juga mencarimu?" tanya kodok.

"Benar. Itu juga gara-gara kamu. Sebab jika tidak karena kau menolongmu, mana mungkin sawa menaruh dendam kepadaku?" tutur gagak.

"Tetapi apa yang harus kulakukan? Aku sendiri juga takut kepada si sawa," kata kodok.

"Aku tidak menyuruhmu menghadapi sawa, tetapi bantulah aku menemukan cara untuk menghadapi dia."

"Baiklah. Menurutku, menghadapi sawa harus dengan muslihat. Sebab dengan kekuatan tidak mungkin. Kita kalah sakti dengannya."

"Benar. Contohnyat tikus. Hasilnya, tikus dilahap oleh si sawa. Lalu, kira-kira muslihata apa yang jitu untuk menundukkan si sawa itu?"

"Kita harus menipunya".

"Caranya?"

"Kesaktian sawa sungguh luar biasa. Bisa yang dimilikinya sangat hebat. Sehingga hanya dengan menjilat bekas tapak kaki saja, si pemilik tapak kaki sudah mampus. Nah, kita harus menipunya agar bisanya itu dibuang saja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun