Siapa saja bisa mempunyai masalah. Sebab, hidup ini tidak lebih dari sekedar bermain-main dengan masalah. Siapa yang berhasil menyelesaikan masalah dengan baik, pasti merasa puas.
Tidak jarang hal demikian dikatakan hidupnya berhasil. Tetapi ada satu hal yang perlu dicamkan yaitu siapa pun juga suka mencampuri masalah orang lain.
Rupanya falsafah seperti itu tidak berlaku bagi gagak. Tidak seperti yang lainnya, gagak memang suka usil. Ia suka menggoda teman-temannya. Kalau ada teman yang berpakaian bagus, ia tidak suka.Â
Kemudian mencemoohkannya. Padahal, sebenarnya ia iri hati. Lebih-lebih jika ada teman yang mengenakan pakaian jelek, pasti dicemoohnya. Ia selalu membanggakan dirinya. Bulu-bulunya yang putih selalu jadi kebanggannya.
Pada suatu hari, gagak tengah beristirahat. Ia bertengger di sebuah dahan. Sambil merapikan bulunya, gagak bersiul-siul dan bernyanyi. Walau suaranya parau, ia tidak perduli. Tidak jarang yang mendengarnya merasa risi.
"Bulu yang putih ini milikku. Siapa pun pasti suka.
Bulu yang indah ini punyaku. Siapa pun pasti suka.
Tetapi sayang, mereka iri. Pada bulu indahku.
Sungguh kasihan, aku kasihan. Pada mereka itu."
Begitulah nyanyian gagak. Kebetulan, tidak jauh dari tempat gagak bertengger, ada seekor ular dumung sedang tidur. Mungkin ia juga sedang beristirahat. Karena gagak terus bernyanyi, maka ular dumung pun terjaga. Tidurnya jadi terganggu. Kontan saja dumung marah.
"Hei hentikan nyanyian gilamu itu!" tegur dumung kesal.