"Nah, begitu jika mau menghargai teman."
Gagak tidak menjawab. Tetapi sambil merapikan bulu-bulunya, kembali bersenandung. Walau tidak sekeras sebelumnya, suaranya tetap mengganggu dumung. Dumung pun tidak bisa menahan kesalnya.
"Apakah mulutmu tidak bisa diam?!" bentak dumung.
Gagak hanya melirik sinis. Tetapi tetap bernyanyi seperti tadi. Dunung semakin marah.
"Cukup! Memangnya hanya kamu yang memiliki bulu indah?"
"Sekarang aku balik bertanya. Apa bajumu sebaik bajuku?"
Dumung tidak segera menjawab. Dilihatnya kembali warna bajunya yang hitam gelap. Sementara gagak tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha haaa.... Lucu sekali. Walau kau pandangi terus, bajumu yang hitam jelek itu tak akan menjadi putih," ejek gagak. Karena merasa dihina, dumung marah. Dan menyerang gagak dengan ganas. Rupanya gagak tidak takut dengan dumung. Sergapan dumung dilayaninya dengan santai saja. Sambil melompat dari dahan ke dahan, dumung terus memburu lawannya. Tetapi gagak jauh lebih gesit. Sebab sekali kepak, terbangnya gagak jauh lebih cepat daripada lompatan dumung. Dumung pun kecapaian.
"Kenapa berhenti? Aku di sini!" ejek gagak.
"Suatu saat aku akan mengalahkanmu. Nanti aku adukan kamu pada kakek. Kau pasti mampus!" ancam dumung.
"Kakek?!"