Mohon tunggu...
Sayyidah Ilman Nisa
Sayyidah Ilman Nisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

If there is a will, there is a way

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Serambi Mekkah dalam Rekam Jejak Pertukaran Mahasiswa Merdeka 2 Universitas Syiah Kuala (Modul Nusantara)

22 Oktober 2022   03:43 Diperbarui: 22 Oktober 2022   04:06 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

- Kebinekaan 8 (Reportase langsung ke kampung pecinaan di Aceh) - Jurnalis Etnografi:

 Jadi kampung pecinaan ini merupakan sebuah pasar bagi masyarkat Tionghoa. Di mana ketika kita mendatangi pasar ini, semua di isi oleh orang bermata sipit yang tinggal di Indonesia. Toleransi keberagaman di aceh sangatlah erat dahulu yang dilestarikan hingga kini. Walaupun sebagai kaum minoritas, masyarakt Tionghoa, menghargai orang Aceh, begitupun sebaliknya. Jadi dulu pasar yang ada di sekitar kampung pecinaan di gabung antara masyarakat Aceh dan Tionghoa. Terus terdapat juga bangunan atau hamparan yang tidak dimanfaatkan hingga kini. Konon katanya milik Jepang yang belum ada otoritasnya. Pasar tersebut dulu penuh, haya di bongkar dan di pindah. Jadi penjual sayur itu di pindah. Sehingga di kampung pecinaan pun kena imbasnya. Karena biasakan masyarakat pagi-pagi suka belanja, sekalian sarapan-sarapan orang-orang Tionghoa. Penjual di luar, Dulu di kampung pecinaan padat, jadi memang masyarakat tionghoa aceh yang sudah merantau kalau pulang, tamu dari luar negeri, itu wajib ke sini kemari, karena pasar begini tidak semua ada, apalagi di seluruh indoensia, tidak semua di Indonesia punya pasar begini. Itupun Taunya dari HAKKA seluruh Indonesia. Mereka kaget juga kalau di Aceh ada pasar begini, karena kata orang HAKKA mungkin di tempat mereka tidak ada, tidak menyangka yang konon negeri syariat Islam, tapia da seperti ini. Itulah yang menjadi nilai plus kita. Dulu ada namnaya 'nyak-nyak' (sebutan bagi ibu-ibu yang biasa jualan sayur), mereka sudah tau hak dan kewajiban mereka. Hak mereka ini lokasi, jadi semisal si A orang Aceh, kemudian si B orang Tionghoa, tidak akan di ambil. Semua orang Tionghoa, dahulu sebelum di gusur, ini adalah sebuah kampung, jual sayur, direlokasi ke dekat lampuu'. Jadi yang terakhir mau tidak mau tinggal khusus, kemarin pun ada wacana mau dipindahin, kemudian kata pak Aky (ketua HAKKA) ini tidak boleh dipindahkan karena ciri khas, tapi tidak boleh kalau bisa dikembangakan, namun dari zaman dahulu tidak ada. Tapi karena adanya negoasisasi dari pemerintah, akhirnya di bangun, setelah di bangun, dibuatlah lampion dsb sebagai ciri khas. Yang belanja di situ memang umunya orang Tionghoa, tapi bagi muslim itu biasa yang 'berani', soalnya kadang-kadang harus bertanya, tidak main sembarang, enak, kayak di penang atau Malaysia, jadi harus bertanya, mereka pun (orang Tionghoa) tidak tau kalau muslim tidak boleh. Di sini pagi buka dan mulai dari jam 5 sudah siap-siap, jam 6 sudah mulai hingga jam 10 sudah kosong. Namun ketika hari ibadah mereka di hari Ahad, toko masih buka, tapi penjaga sedikit karena mereka beribadah di vihara dsb, kecuali ada rombongan luar negeri datang, atau rombongan HAKKA misalnya. Ada satu bangunan yang sayang, tapi tidak di kasih, lembaga dari Jepang atau yang bangun, mereka ada perjanjian, bahwa bangunan ini baru puluhan tahun tidka boleh di bongkar, kecuali bangunan tertentu dan juga diratakan, hingga hari ini begini. Harusnya bisa dimanfaatkan, jam 10 juga mereka sudah sepi dan pada pulang. Karena merka semua pebisnis dan habis sarapan harus pulang cari uang, ada doktor, ada yang punya hotel, dan bisnis. Mereka jauh-jauh datang untuk pasar pecinaan ini, karena merupakan tempat yang enak karena ada kekeluargaannya. Dan di sini juga makanan yang di jual dari Chinese, dan malam juga ini ramai, zaman dulu, terkenal dengan pokatnya, antar mereka juga kalau bertemu satu sama lain menggunakan Bahasa Chinese HAKKA, 99% mereka adalah orang hakka. Hakka merupakan salah satu Bahasa yang ada di China. Kalau di Indonesia ibarat suku seperti di Aceh banyak Bahasa ada Bahasa Aceh, ada Bahasa gayo, Bahasa jameh, berbeda sama mandarin. Mandarin itu susah. Jadi Bahasa sendiri ibarat suku. Kayak Bahasa bugis, Bahasa makassar, hakka merupakan Bahasa dari bangsa Han yang ada di china. Ada juga Bahasa hokkien , yang merupakan salah satu Bahasa yang digunakan masyarakat Tionghoa, ada juga Bahasa / dialeg konghu yang digunakan oleh masyarakat Tionghoa. Soalnya jika Bahasa mandarin, tidak semua orang bisa, kecuali bagi mereka-mereka yang meng orde baru. Dulu kan tidak boleh belajara Bahasa mandarin di zaman Suharto. Mereka zaman dulu, tertekan pakai Bahasa mandarin. Adaapun presentasi penduduk china di aceh kecil. 0,1% di banda aceh, apalagi daerah lain. Sehingga mereka di sini itu terpusat. Jadi walaupun paarnya kecil, tapi sangat mewarnai sekali bagi masyarakat. Sesuai dengan prinsip pak Aky: "Berbuat sekecil apapun, yang penting bemranfaat bagi orang lain". Ada juga lampion, lampion itu di buat daridana pemerintah. Jadi pak Aky menaruh slogan "peunayong kampung keberagaman". 

Speaker 2 (Tentang kampung Pecinaan)

 Walaupun kecil, tapi sangat mewarnai sekali. Gaung mereka / prestasi mereka rata-rata. Yang membuat mereka besar, yang pertama kali di design yakni festival peunayong. Festival ini cukup unik, ini kalau di buat langsung meledak. Tujuannya apa? Agar dapat memberikan satu efek positif kepada masyarakat Indonesia bahwasanya Aceh tidak orthodox style atau se ekstrim apa yang pemikiran mereka. Malahan kita Bisa berbuat dengan hal itu. Dengan berjuang bersama-sama, festival peunanyong itu memang orang Aceh mengakui, bagus banget . Event yang dimasukkan pun keberagaman tolerasninya berbeda. Itulah yang harus kita pahami. inilah kita berbuat. Karena kalau mereka sebagai masyarakat minoritas diam, akan habis, tapi bukan berrti mereka di tindas. Tidak di tindas, tapi kita tidak bisa keberagaman oleransi itu tidak muncul lebih baik. Peunayong itu dalam sejarah banyak artinya, orang artikan lain-lain, tapi yang lebih di ambil dari kata pemayong, atau memayungi, dulu toleransi keberagaman di sini  sangat erasa banget. Nyak-nyak menjual sayur dari laur sampai dalam. Jadi interaksi antara mereka dengan kit aitu berjalan. Interaksi bukan akia Bahasa indonesiam justru Bahasa aech. Tapi setelah di bongkar habis, malah icon peunayong tidak tampak lagi. Jadi dari ini kita dapat melihat, bavaimana sistem analisis, membangun, satu tempat , setidaknya ada satu analisis tempat.Jadi yang disalahkan adalah pemerintah bagaimana sistemnya bgmn mekre amnegalsisi, membangun, mengungkap stau tempt. Menghinakan satu tempat di tempat. Soalnya icpn hancur, perekonomian hancur, jadi ada plus minusnya. UKM juga itu saying karena hancur, soalnya jika lokasinya di daerah lampulo sana tidak ada perkembangan. Kalau semisal kita mengevaluasi, mereka pun menjerit karena akses susah daerah ule lheu sana, sedangkan di sini mudah.Di relokasi kea rah pantai, pasar mahira di lampulo sana yang merupakan tempat ikan-ikan. Namun pemerintah punya kekuasaan tertinggi sehingga tidak bisa mengatakan lain. Sama juga ketik apemindahan pasar tersebut dengan terpaksa. Alasan jangan dipindahkan pasar-pasar tersebut seperti dulu untuk memperindah kota sebagai ikon khas. Tapi pemerintah kota juga pasti punya alasan tersendiri tentunya, membuat suatu penyesuasian. Setelah dipindahkan bangunannya tidak dirobohkan karena ada MOU, karena di mana ada bangunan pasti ada MOU. Jadi dulu ada beberapa bangunan di sekitar kampung pecinaan yang milik orang turkiye. Karena struktur bangunna itu masih struktur bagus dan tidak ada jangka waktu. Orang arsitek pasti tau kapan bangunan itu harus di bongkar dan lain sebagainya. Termasuk pasar ikan yang di bangun sekitaran kampung pecinaan dekat jembatan, yang sudah dirobohkan. Dulu, daerah tersebut merupakan salah satu lokasi yang sangat padat, startegis, lokasi bisnis, icon. Jadi semua walaupun pasar ikan juga dipindahkan semua. Mereka pun yang dipindahkan merasa terugikan dan minta pindah kembali, namun belum dapat ACC sampai sekarang. Di tempat sekarang daerah kampung pecinaan tersebut, rencana kan di bangun kuliner, di mana-mana kuliner. Begitupun juga di depan HAKKA akan di bangun kuliner, taman tepi kali, pinggir kali. Namun logikanya, jika di bangun kuliner di beberapa tempat, tapi terbatas juga konsumennya. Siapa juga yang akan jual, berapa cost keuntungan dan kerugiannya pun juga harus di hitung. Seharusnya jangan hanya kampung kuliner. Banyak yang bisa di buat, seperti taman kota dan lain sebagainya. Dipindahkan pasarnay sudah kurang lebih 2 tahun, sejak masa-masa covid di 2020. Jadi ketika balik, kitab oleh cerita ke masyarakat dan kawan-kawan, bahwa pemikiran yang selama ini kita dapat pengalaman di sini, kita bisa ceritakan. Karena stigma masyarakat sekarang bahwa Aceh itu daerah syariat islam. Tapi setelah kita mengetahui, melihat, kitab isa memahami bahwa di mana satu hubungan antara masyarakat Tionghoa dan masyarakat asli Aceh. Mereka saling menghormati satu sama lain. Dalam hukum syariat islam itu, minoritas menghargai mayoritas. Masyarakat tionghoa tidak pernah di larang untuk beribadah, berjilbab, yang penting dengan pakaian yang sopan, memakai pakaian di bawah lutut. Jadi ketika balik kita harus bisa menerangkan apa sih yang terjadi di Aceh, Peunayong-kampung keragaman, yang susun HAKKA. Pemerintah melihat, namun masyarakat Tionghoa sebagai kaum minoritas harus keluar dari zona nyaman, untuk keluar, untuk berbuat, bukan diskriminasi, tidak. Tapi mereka buat pasar ini untuk menujukkan kepada Indonesia bahwasanya Aceh sangat terkenal dengan keberagamannya. Dulu nayk-nyak juga menjual sayur, jadi terjadi adanya interaksi dalam perekonomian, keberagam serta toleransi. Mereka pun tidak terikat sebagai kaum minoritas semisal harus memakai celana panjang dan lain-lain, tidak. Aceh itu indah, apalagi sabang. Pemikirannya beda lagi, syariatnya berlaku. Melihat pola pikir mereka, mindset mereka, kita pasti akan cerita. Kalau ma uke sabang, paling lama 3 hari, itupun membosankan. Mereka juga memiliki tradisi sendiri toko-toko di tuutp dari jam 12 sampai pukul 4, setelah pukul 4 sore, baru di buka lagi. Kalau ke sabang, tdak usah pakai travel, karena jika memakai travel berbeda dengan kepuasan pribadi, tidka boleh lama, belum ke sana-ke sini. Berangkat sendiri lebih asyik, kita bebas memilih. Makanya masyarakat Banda Aceh memiliki istilah sendiri untuk sabang, yaitu santai banget. Di sana ada mie yang terkenal, orang tionghoa, namun halal. Di sana kita bisa interview, melihat, kalau kelaparan di tengah hari,kita masak mie saja. Makanya kalau mau makan haru makan sebelum jam 12 harus sudah beres. Habis sholat jumat cari toko nasi jualan itu susah. Kalau malam kehidupannya ada, tapi kebanyakana mereka duduknya di caf, di kota. Di Ibo tidak ada kehidupan, memang enak, tapi untuk berkemah doang enak, tapi untuk makan susah. Di kota pun ada pantai di sabang, jangan berfikir bahwa di belakang kota tidak ada pantai. Dinaungi sama laut, inilah kehidupan di sini, keberagamnnya di sini lebih terasa waktu dulu. Tapi ini yang sekarang hanyak Sebagian kecil yang tampak, namun di relokasi di pasar mahira, lampulo belakang. Kami bisa observasi tempat. 

 - Inspirasi 2 Pelestarian Manuskrip Aceh (Koleksi Tarmizi Abdul Hamid dan Pemanfaatannya Bagi Keilmuan Nusantara)" 

Dengan rahmat tentunya kita bersyukur, semua ada hikmahnya. Kami berkunjung ke rumah bapak Tarmizi yang sangat sederhana, yang tujuannya untuk untuk membuka akses serta memperkenalkan kepada pelosok asia dan nusantara dan siapa saja untuk datang ke rumah beliau yang kita sebut sebagai "Rumoh manuskrip Aceh". Dalam rangka mencari ubudia, ilmuwan, yang sekarang maupun yang pernah ditinggalkan oleh leluhur kita pada masa yang lalu. Dari perjalanan sampai ketika kami datang hujan sangat deras, ketika acara kami di mulai hujan pun langusng berhentui yang mengindikasikan bahwa dengan keihklasan kami memburu ilmu, modal utama bagi kita untuk menggapai dunia yang akan datang tidak lagi seperti ini. Nanti kita berjumpa seperti ini agak susah, semua meeting zoom, semua boss universal, boss google, jenuh dengan teknologi, kriminalitasnya tinggi di situ. Orang-orang akan jenuh, justru mereka inginkan seperti ini, ini yang dianggap mewah karena memang sulit, dilakukan dalam berbagai kesibukan semua orang tentang dunia global. Jadi masih sangat langkah jika kita duduk seperti ini. Sebelumnya sudah pernah datang mahasiswa dari unimed, UII dan lain-lain, juga dari Malaysia, singapura, brunei, mereka mencari sesuatu yang tidak ada di negara mereka. Karena sudah di anggap barang yang sangat mewah, susah di cari seperti mushaf Al-Qur'an, mereka ingin menyentuh yang asli tapi museum tidak memberi izin, akhirnya mereka buka google, dan ketemu pak tarmizi, di telepon dan menanyakan tentang mushaf Al-Qur'an yang beliau koleksi sejak abad 17, yaitu 400 tahun, masih bis akita buktika kehebtan orang dulu dalam menulis naskah asli tidak pakai mesin, alat, desain foto, mereka tulis dengan tangan sendiri. Benarkah? Salahkah? Kita akan lihat nnati. Maka hal inilah yang harus kita kaji. Kalau Bahasa manuskrip kuno' harus diperpanjang hingga tinggi kelimuannya'. Beliau adalah Tarmizi Abu Al-Hamid atau dengan sebutan Cik Midi, seorang kolektor manuskrip Aceh kuno. Di rumah beliau sudah datang banak sejarawan, arkeologi, filologi, dan lain-lain dengan tujuan mereka ingin melihat bagaimana perkembangan khazanah keilmuan masa lalu dibandingkan dengan sekarang. Bagaiamana professor dulu seperti syekh Abdul Rauf al singkilii, syekh hamzah al fansuri, Syekh Syamsuddin As Sumatrani yang memiliki nilai dalam sejarah. Di rumah beliau ada sekitar 600 manuskrip yang telah di cuci, restorasi dengan air dan tidak rusak kertasnya. Bahan kertas yang luar biasa ketika zaman dahulu sehingga tidak bisa rusak. Tujuan restorasi agar dibersihkan dari kutu buku, jamur, asam dan lain-lain. Yang membersihakan adalah orang Indonesia asli yang sekolah di jepang. Barang-barangnya dari Jepadng, yang laksanakan adalah perprusnas. Naskah yang sudah rusak, di tambal pakai tissue jepang. Yang harganya stu meter 23 juta, justru itu yang membuatnya bisa terjaga. Di sana dibutuhkan laboratorium arsip, kumpulan arsip-arsip, ijazah-ijazah dikumpulkan dan diperbaiki. Berbeda dengan Indonesia. Jadi, tugas beliau itu selain mengajar dan kuliah umum tentang kearifan local, beliau juga menjelaskan tentang manuskrip, sejarah masa lallu, khazanah tentang Aceh. Mendengar kata Aceh, Ach adalah serambi mekkah, daerah syariat islam, daerah yang diperebutkan (jelas), yang berpangkat gelar-gelar lain, takut begini begitu, ada gejolak kemarin perang yang terjadi di Aceh, itu sudah jeas. Jadi, Aceh berbeda hiruk-pikuk Aceh dengan daerah lain, apa adanya, apalagi pasca tsunami. Justru orang lain suka, karena mereka mencari apa yang tidak ada di negara mereka, aceh daerah modal, diperebutkan dari dulu sampai sekarang. Jadi kemari nada gejolak, perang di Aceh, kenapa? Ingin mengurus rumah tangganya sendri dalam islam, yakni islam sendiri, tidak usah campur yang lain. Tidak usah membuat orang takut saat mendengar nama Aceh, kasar-kasar, memang di Aceh ada orang sunda yang lama di Aceh, saudara dengan gubernur Sumatera Barat, setelah tsunami, beliau menetap di Aceh. Ada lagi Aceh banyak ganja, dikasih sekarang, habis, besok ada lagi, di aceh banyak tambang emas, semua orang-orang dari jawa tanam-tanam kebun seperti pasar. Jadi Banda Aceh itu kawasan emas, minyak, kelapa sawit, sudah dipetakan semua. Jadi bagaimana bentuk Aceh ini di jajah oleh Belanda tapi tidak berhasil di jajah. Bangsa dari sejarawan tidak pernah di jajah. Mereka lama di sini, tapi masyarakat aceh tidak mengikuti perintah dari mereka. Tapi aceh selama 32 tahun melawan mereka, sehingga lahirlah Hikayat Perang Sabil, syair perang, semangat itu yang dikelola penduduk aceh untuk di bisa perang gana. Akhirnya agresi kedua, belanda tidak masuk lagi ke aceh. Di saat jogja masih di duduki, jawa masih diduduki, Batavia semua. Sedangkan aceh dating membawa segala keperluan untuk saudara, membawa alat-alatnya di sana. Indonesia pada saat itu untuk mempertahankan kemerdekaan membutuhkan pesawat, aceh memberikan pesawat, 2 pesawat, seulawah 1 dan 2, disitulah cikal bakal garuda Indonesia. Tp orng aceh naik garuda ke jkt tiketnya lebih mahal, itulah perjuangan aceh itu sendiri. Apa aceh itu? Kalua aceh skrng satu provinsi termiskin di Indonesia (kata berita). Aceh masa sekarang merupakan salah satu provinsi dalam negara kesatuan republic Indonesia. Aceh masa lalu merupakan sebuah negara berkerajaan islam yang terkuat peradabannya di asia. Di aceh adabudaya, ada qanun, dan lain sebagainya. Missal, apakah ada di provinsi lain undang-undang di atas undang0undang? Aceh ada undang-nya sendiri, ada partainya, ada syariat islamnya sendiri. Kulinernya yang sangat enak, yang bercampur semua. Lengkap sudah. Sebagai seorang mulim kita, tidak perlu was-was kita .dan di dalam rumah beliau adalah barang-barang yang sudah lama seperti manuskrip yang sudah berusia 300-500 tahun tersebut. Toleransi di sini apakah untuk aceh saja? Tidak. Ini untuk semua nusantara. Perempuanperempuan di Aceh juga menulis manuskrip kuno. Contoh Laksamana Malahayati, jadi d Aceh ini tidak mengenal gender. Cut nyak dhien, cut meutia dsb. Jadi tidak ada keterbatasan di sini, toleransi yang dating semua keilmuan. Ilmuan fiqh kontemporer, imuwan Kesehatan, Pendidikan, dsb. 3 embrio kerajaan aceh Darussalam ada indra paser, Yamaha hindu, jadi 3 embrio tersebut diislamkan dengan perjanjian adalah rumah ibadah mereka kalau mereka masuk ke islam pada abad2 ke 14, rumah ibadah mereka tidak dimusnahkan untuk menjadi suatu bukti makanya daerah-daerah seperti indra puri, kan indra puri itu sebenarnya pura dijadikan masjid, atap yang bertingkat-tingkat. Itu sifatnya toleransi, bukti kita bahwa orang aceh menerima apa adanya bagi orang siapapun. Di aceh besar, dikenal lah dengan 3 kerajaan hindu tersebut atau aceh 3 segitiga. Aceh masa lalu merupakan kerajaan islam terkuat di Indonesia. Aceh mengalami peradaban islam sangat tinggi pada era abad 17 masehi. Sebagai bukti yaitu manuskrip kuno yang beliau koleksi yang di tulis sejak abad 17 masehi. Ketika kita berbicara tentang peradaban, apa sekarang peradaban, orang sejarawan belum pernah mengatakan peradaban Indonesia, peradaban sumatera. Yang selalu kita dengarkan adalah peradaban aceh. Karena memang dia mewakili dari nusantara ini, dari asia adalah untuk kemajuan di nusantara. Yang dikatakan nusantara brunei juga masuk nusantara, Malaysia juga masuk nusantara, Thailand, dsb. Jadi puncak peradaban terjaid pada abad-abad tersebut (17 masehi). Pada saat abad tersebut ada pemimpin yang sangat terkenal yaitu sultan Iskandar muda. Toko invasi ingin merebut medan, jawa dan ingin memperluas kekuasaan. Mengapa? Apakah tidak cukup untuk Kawasan Aceh saja? Dia ingin menyekat pengaruh Kristen dengan tujuan untuk perdagangan maritim, dengan ekonomi syariah. Jadi non monopoli. Mereka putar portugis melakukan monopoli Nampak. Maka terjadi invasi. Tentunya dalam hal ini memperluas pengaruh dari semangat islam ke dalam kitab-kitab yang berbahasa melalui jawa, aceh, dan arab. Dulu Baghdad Darussalam nama banda aceh atas kesepakatan di bangun oleh Sulthan Al Mughayat Syach pada tahun 1514M. ibu kotanya gampoeng pande yang sekarang sudah jadi laut karena sudah terjadi 4 kali tsunami besar, jadi hilang. Jadi peunayong dan sebagainya adalah daerah pusat kesultanan zaman dahulu. Aceh merupakan panggung dari peradaban asia. Menjadi kota pusat peradaban yang gemilang di asia tenggara. Kala itu aceh merupakan salah satu kota pusat peradaban kelima terbesar di dunia setelah portugis, Istanbul di turkiya, maroko di afrika, Isfahan di Persia, dan banda aceh Darussalam di asia tenggara. Inilah yang dikatakan sebagai penggiling dari segala peradaban. Makanya kalau lihat di aceh sekarang banyak peninggalan yang bernuansa semuanya ke islam. Kalau mau lihat batu nisan ada. Warisan budaya aceh satu-satunya ide Indonesia yang paling menyimpan banyak sebaran warisan daerah. Saying barang yang bernilai tinggi dan tak tergantikan ini tidak ada perlindungan sama sekali. Walaupun ada undang-undang cagar budaya no. 11 tahun 2010. Sampaiannya sebagai batu nisan, manuscript. Manusia dan sejarah Kita datang di Aceh mengukir sejarah. Anak cucu kita, kita tulis nanti, pernah datang ke Aceh, pernah tugas di Aceh, pernah pertukaran mahasiswa di Aceh. Tapi masuk perguruan tinggi di jaw asana, semarang, berdasarkan apa? Berdasarkan ijazah. Ijazah sma, smp, itukan sejarah. Tanpa itu, tidak bisa. Jadi sejarah ini semisal mau ke Jepang, harus lihat ke belakang dulu. Manusia juga sebagai actor dari sejarah. Sejarah itu mempelajari manusia yang di buat oleh manusia itu sendiri.suka atau tidaknya tentang ilmu sejarah, tapi manusia telah membuatnya sebagai sejarah. Maka jika manusia tidak suka dengan sejarah mereka, berarti manuysia itu sendiri sudah keluar dari jalur kehidupan. Karena sejarah itu adalah pengetahuan dari sendi kehidupan. Budaya dan adat aceh Aceh itu sama dengan budaya yang ada di NTB. Kreasi, perlaku kita masa lalu sehingga menjadi suatu kebiasaan. Ada tantangannya dan sebagainta yang menjadikan misi turun temurun. Kalau di aceh, tradisi, logat dan kebudayaan di masa lalu itu, digunakan di aceh asalkan tidak bertentangan dengan syariat islam. Bertentangan dengan syariat silam, berarti bukan budaya dari aceh itu sendiri. Karena di aceh adalah lingkarannya syariat islam. Makna dari budaya aceh dinilai dari itu yang dijiwai aceh ini menjadi budaya sendiri dijiwai oleh nilai-nilai islam yang tidak boleh lepas sebagai akar tunggalnya untuk berkreasi, untuk membangun tata ruang kehidupan masyarakat menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Itu perluan dari sebuah kebudayaan. Effort budaya, efoort adat dan sebagainya itu adalah produk-produk yang sangat mahal. Beliau bercerita pernah pergi ke Jawa Barat, melihat bagaimana Gedung yang ada di sana, artinya kita harus mngetahui daerah itu dulu. Ita harus mengusai karakter dari orang-orang, saudara-saudara kita, bahasanya, daerahnya yang memang dingin, walaupun dekat dengan Jakarta dan sebagainya. Jadi dipelajari dulu manusia di situ. Ilmu mempelajari manusia itulah antropologi. Suatu perang, intelegen, siappaun di situ yang mempelajari akan menguasai dulu budaya. Kalau budaya adat suatu daerah belum di kuasai, dia belum nyaman hidup.kemudian interaksi sosial budaya, interaksi sosial sehari-hari atau sosiologi dengan beberapa orang lainnya, susah dilakukan kalau karateristik kebudayaan masih buta. Kalaupun orang dating ke Aceh pasti pergi ke masjid raya baiturrahman, ke museum tsunami dan lain sebagainya. Orang-orang ingin ke sana karena ingin melihat sosiologi dari daerah tersebut. Beliau sangat setuju bahwa budaya itu adalah pondasi dari pembangunan apapun. Di kampus juga kita punya budaya, budaya malu, budaya melihat kawan yang berbeda budaya, artinya budaya-budaya yang tidak bermanfaat kepada orang bukan budaya seorang fitrah, dimanapun mau di Semarang, NTB, Jawa Barat, Sulawesi Tenggara dan lain-lain. Kajek adalah perbuatan kebiasaan secara berulang-ulang menjadi suatu kebiasaan yang harus dihormati dalam lingkungan tertentu. Apakah maulid di aceh selama 3 bulan masuk adat? Boleh. Apakah termasuk budaya? Boleh. Adakah maulid di Indonesia sampai 3 bulan? Makanannya pun beda. Makanannya nasi yang di taruh dalam daun pisang. Di taruh agar kualitasnya lebih enak dan jauh beda. Boleh di teliti dari segi kedokterannya. Makna adat aceh adalah mengatur segala kehidupan , tingkah laku masyarakat, berserikat hukum, syariat islam. Sejauh republic ini ada di dalam aceh, di aceh hukum islam, syariat islam malah semakin bagus pada masa-masa lalu. Pudarnya budaya, adatnya aceh 73 tahun era colonial belanda. Jadi ketika perang, mana sanggup mengurusi seperti ini, orang pasti menyelamatkan diri masing-masing. Kemudian 23 tahun era konflik aceh. Jadi aceh ini memang unik. Dalam keadaan selalu tidak pernah nyaman. Ini saja hampir 15 tahun nyaman-nyaman sedikit. Kemudian 17 tahun pasca gempa dan tsunami aceh sangat menyedihkan. Kalau mungkin yang lain kalau tidak kuat dengan aqidah islamnya, mungkin yang tinggal saat ini menjadi gila. Kalau tidak kuat mentalnya juga. Begitupun juga dengan beliau yang terkena dampak tsunami di pinggir pantai, habis semua harta beliau. Ini rumah beliau setelah tsunami baru di buat. Yang habis saat itu 115 naskah, yang selamat hanya nyawa, alhamdulillah. Orang lain juga berbeda, merusak cara berfikirnya. Berbeda, karena hubungan kita, keimanan kita kepada Allah, kita menjadi lebih kuat, banyak mencintai ini. Berarti di negeri ini, ada yang kuasa lebih daripada kita. Ada yang paling hebat berkuasa, apapun bisa dikatakan "jadi". Nilai adab dari Aceh seperti :

 - Syariat Islam 

- Aqidah - 

Ibadah - Akhlak 

- Kemasyarakatan sosial 

- Nilai persatuan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun