"Coba telepon anak-anak," Bimo kasih usul. Dan Zaki pun merogoh saku buat ngambil hape-nya.
Sial. Nggak sinyal. Hape Bimo pun nasibnya sama. Nggak sinyal.
"Dorong, nih?"
"Gass!"
Dengan perasaan campur aduk, mereka mendorong motor itu. Takut aja ketemu macan lewat, misalnya. Atau begal.. atau... ah, mereka sulit ngebayangin ketemu yang bikin lutut mereka lemas.
Sepuluh menit jalan. Mereka mulai mengutuk Toni yang udah nyuruh mereka pergi. Dan sepuluh menit itu belum ada tanda-tanda ada kehidupan. Masih hutan-hutan. Cuma ada suara binatang yang entahlah dari binatang apa. Entah kadal atau cangcorang. Bodo amat.
"Zak.. Zak... berhenti bentar," kata Bimo tiba-tiba. "Pegel nih."
"Jangan, Mo. Gue nggak mau lama-lama di sini. Ayo..." Zaki nggak setuju.
"Serius, nih. Betis gue udah bengkak ini."
Akhirnya, Zaki setuju. Betisnya dia juga udah kenceng banget. Mana jalannya naik turun, lagi. Sialan. Sialan.
Motor diparkir. Mereka geleporan di jalan. Mata mereka terus mengawasi sekitar. Tahu-tahu ada yang loncat tiba-tiba.