"Pliss!"
Zaki menghentikan motor dengan terpaksa. Bimo berlari-lari kecil menuju sebuah pohon di pinggir jalan. Tiga menit. Bimo kembali dengan perasaan lega. Mukanya udah semringah lagi.
"Lo nggak takut ditempeleng jin kencing di pohon gitu?" tanya Zaki keheranan, bisa-bisanya kebelet di situasi kayak gini.
"Halah..." Bimo menggeleng sekali. "Cuma kencing doang masa ditempeleng? Yang harusnya ditempeleng itu.. tuh yang bikin hutan-hutan jadi gundul. Kalo jinnya mau protes, ke orang-orang itu aja."
"Bener-bener lo, ya. Kalo ngomong nggak pake disaring dulu."
"Udah.. ayo jalan."
Zaki menekan starter motor. Nggak mau nyala. Starter lagi. Nggak mau nyala. Ada kali dua menit dia coba menyalakan starter, tapi motor nggak mau nyala.
Kalau starter nggak bisa, coba disela manual. Tapi berkali-kali juga motor nggak mau nyala.
"Ah.. lo sih, Mo, ngomong sembarangan aja," kata Zaki sedikit ngomel.
"Ye.. enak aja," Bimo membela diri. "Yaudah sini coba gue yang nyalain."
Usaha Bimo pun nggak berhasil bikin motor hasil sewa itu menyala kembali. Mereka menyerah. Tapi mau menyerah pun percuma. Mereka harus cari cara supaya bisa pulang ke pondokan. Siapa juga yang mau terjebak di tempat kayak begitu.