Mohon tunggu...
Oksand
Oksand Mohon Tunggu... Insinyur - Penulis Storytelling dan Editor

Penulis Storytelling - Fiksi - Nonfiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjumpaan di Bis Jatinangor-Dipatiukur

7 Februari 2017   05:26 Diperbarui: 7 Februari 2017   05:34 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Di payun, Kang… Teh… di payun nya.” Supir menjawab sambil terkekeh isyarat calon penumpang yang tengah berlari agar mereka menunggu di tempat henti bis saja.

Desis rem khas bis Damri terdengar jelas. Penumpang dari Bandung segera berdiri dan menuju pintu depan dan belakang jika tidak ingin terjebak gelombang penumpang yang terburu-buru untuk naik.

“Kalem… kalem… turun heula, ayo nu turun heula.” Supir mengingatkan calon penumpang yang sudah tidak sabar untuk naik. Pintu yang hanya cukup untuk satu orang terpaksa berbagi untuk orang-orang yang naik dan turun. “Nu lungsur heula… nu lungsur heula,” kondektur bantu supir mengingatkan penumpang yang sedang naik. Tapi para calon penumpang yang menuju Bandung ini nampak setengah hati mendengar himbauan supir dan kondektur, atau mungkin memang tidak mendengar. Karena mereka masih berjejalan di pintu depan dan belakang.

“Aduuhh… sabar dong, Mas!” seorang lelaki terjepit badannya saat sedang turun. Setengah badannya sudah melayang di luar pintu, kakinya masih nyangkut di tangga turun bis.

“Sakedap, Sep… bade lungsur heula nya…” seorang ibu berusaha menembus kerumunan penumpang yang naik. Giliran ibu-ibu tua, semua beri jalan. Mahasiswi cantik juga hendak turun. Dia turun sambil senyum simpul. Semua kompak buka jalan. Lebih semangat membuka jalan daripada waktu ibu-ibu tua tadi yang turun. Maklum, yang sedang mau naik bis mahasiswa semua di bawah. Mereka pilih-pilih audiens.

Pintu belakang cukup hectic. Dan ini seperti sudah kebiasaan rutin penumpang bis. Tidak sabaran. Tidak berlaku antrian. Yang penting kumpul, desak, dapat. Padahal di situ isinya rata-rata mahasiswa.

Gelombang penumpang turun sudah habis. Giliran yang naik sekarang. Satu orang sedang naik, dan dua kaki orang di belakangnya sudah berada di anak tangga bis. Sisi kanan dan kiri. Tangan sambil berpegang pada gagang pintu bersiap naik begitu orang di depannya sudah di atas. Begitu seterusnya. Siapa cepat dia dapat. Lelaki, perempuan, peluang sama.

Di pintu depan tidak kalah seru. Dua mahasiswi naik berbarengan. Akhirnya kepala mereka beradu. Jadi tontonan orang di belakangnya, sambil menertawakan. Setelah dua mahasiswi tadi berhasil naik, dua mahasiswa pun segera ancang-ancang. Yang satu tangannya sudah di gagang pintu. Tapi yang satu seluruh badannya sudah naik, hanya satu kaki yang masih di tanah. Orang yang tangannya masih di gagang pintu segera mendorong naik. Akhirnya bokong ketemu muka.

“Aasemmmm…” orang yang tangannya masih di gagang pintu tadi tidak terima mukanya bertemu bokong mahasiswa di depannya.

Orang-orang di belakangnya segera belajar dari pengalaman dua mahasiswi dan mahasiswa tadi. Akhirnya mereka naik bergantian.

Sesampainya mereka yang berhasil naik, saatnya pilih-pilih kursi. Ada yang langsung duduk dimanapun bangku kosong berada. Ada yang menerima umpan tas dari jendela untuk booking-kan posisi untuk temannya. Ada yang masih sibuk melihat kursi dari depan ke belakang. Bingung duduk dimana. Kebanyakan bingung, akhirnya direbut orang. Dia harus puas duduk bertiga di posisi paling luar dekat lorong bis. Penumpang lainnya juga kecele begitu berhasil naik bis, melihat bangku ingin segera duduk, tapi di bangku tersebut sudah ada tas-tas tanda ada orang. Kecele juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun