Mohon tunggu...
Oksand
Oksand Mohon Tunggu... Insinyur - Penulis Storytelling dan Editor

Penulis Storytelling - Fiksi - Nonfiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjumpaan di Bis Jatinangor-Dipatiukur

7 Februari 2017   05:26 Diperbarui: 7 Februari 2017   05:34 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rino berpikir sambil melihat ke jendela luar, cari ide. Rino bukanlah tipe pria ibarat supir tembak langsung. Dia harus mencari topik yang memang benar-benar bukan basa-basi. Topiknya harus dimengerti dua pihak. Sekarang bagaimana mau dimengerti dua pihak, orang belum kenal. Rino melihat toko kue, apa bahas kue? Kuliner? Toko kue sudah lewat. Sekarang lewat toko material. Mau bahas pipa? Batu bata? Duh lieur, Rino masih berdiskusi dengan dirinya sendiri.

Sesekali ada baiknya dia harus belajar ngegombal ke temannya semacam Helmi, yang kalau ada cewek cantik lewat tinggal disahut doang, “Ce…wek… mau kemana…? Mau ditemenin nggak? Uhuyyy” Rino tidak bisa seperti itu. Nyalinya belum setinggi Helmi.
Akhirnya Rino dapat ide, langsung lempar serangan. “Ke Dipatiukur, Teh?” Serangan pertama.

“Iya.” Tipis sekali jawaban cewek di sebelah Rino yang sekarang lagi memainkan hp nya. Tidak ada serangan balik. Rino berpikir lagi sejenak, lalu melancarkan serangan kedua.

“Kuliah statistik juga?”

“Eh?” Cewek itu kaget ditanya pertanyaan spesifik.

“Iya, kalo saya tadi kuliah statistik. Jam setengah empat baru mulai. Beresnya jadi sore, udah gitu pas injury time temen malah nanya, pulang jadi tambah sore deh.” Rino mulai speak-speak.

“Oo, enggak sih. Emang biasa pulang jam segini.” Lagi-lagi tipis, belum ada senyuman. Skor 2-0, belum berbalas.

“Saya kira kuliah statistik juga. Rese tuh emang dosennya, eh, mata kuliahnya.” Serangan ketiga. Rino nampak putus asa, skor 3-0. Cewek sebelahnya tidak menggubris. Asik main handphone.

Mereka berdua terdiam. Rino memandang keluar jendela yang gelap. Hanya terlihat warung-warung pinggiran dan kios kecil. Cewek sebelahnya masih asik dengan handphone-nya.

Tiga serangan sudah cukup, pikir Rino. Tidak ada serangan balik, kurang seru nih. Kehabisan bahan basa-basi.

“Yaahh…” tiba-tiba saja cewek sebelah Rino berteriak. Rino melirik sedikit, lalu cuek dengan pandangannya keluar jendela. Keun ah, geus 3-0, hoream. Rino membatin. Pundung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun