Mohon tunggu...
Oksand
Oksand Mohon Tunggu... Insinyur - Penulis Storytelling dan Editor

Penulis Storytelling - Fiksi - Nonfiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjumpaan di Bis Jatinangor-Dipatiukur

7 Februari 2017   05:26 Diperbarui: 7 Februari 2017   05:34 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Nah baiklah akang teteh sekalian, bapak ibu yang terhormat. Perkenalkan saya Jupri sebagai awak supir di bis Damri ini. Dan perkenalkan ini Asep, kenek saya. Silakan semuanya duduk manis, yang tertib ya. Boleh menunggu di sini, tidak apa, kami persilakan. Karena kami berdua mau ngopi-ngopi syantikk dulu. Bis ini gak narik. Mau pulang ke pool. Demikian sambutan singkat ini. Wassalamualaikum.” Pak supir bernama Jupri itu langsung turun bis diikuti Asep sang kondektur sambil tertawa renyah.

Semua yang sudah masuk dalam bis kompak mengeluarkan nada minor, “Euuuu… lain tatadi!”

Jupri masih tertawa puas di warung kopi. Asep menyomot gehu dan cengek bersamaan.

***

Memang benar kata kondektur bernama Asep tadi, tak perlu lama menunggu sudah muncul di belakangnya bis Damri yang ditunggu-tunggu. Mirip lagu Koes Plus. 

Bis masih melaju menuju arah Rino. Beberapa ratus meter lagi. Tidak terlalu banyak penumpang karena memang kalau sore hari sudah jarang orang dari Bandung menuju Jatinangor. Di pintu depan kondektur mengacung-acungkan tangan kirinya ala demonstran di Gedung Sate, berteriak, 

“Bandung… Bandung… terakhir… terakhir!”

Lajunya melambat lalu menepi. Rino dan sepuluh orang naik dengan senyum kemenangan. Alhamdulillah bisa duduk. Helaan nafas terdengar sedikit berbarengan. Tidak percuma jalan sedikit lebih jauh demi mendapatkan bangku kosong. Perjalanan waktu menuju Bandung cukup lumayan soalnya, sekitar satu setengah jam. Bisa kurang, tergantung mood supir.

Akhirnya bis belok kiri masuk pangdam. Sudah tampak para calon penumpang bergegas, bergerak maju mendekati bis. Ada yang menyebrang menunggu bis di pengkolan berharap bisa menghentikan bis dan masuk lebih awal. Sayang, bis setelah belok kiri tidak berhenti, tapi langsung melaju untuk manufer berputar dekat gerbang kampus. Orang-orang yang menunggu di pengkolan terpaksa menyebrang lagi, berlari menghampiri bis sedekat mungkin. Gondok.

Antrian panjang dan padat. Supir belum menentukan titik berhenti. Sebenarnya sudah jelas bis harus berhenti di titik kumpul karena memang di situ tempatnya, tapi entah mengapa orang-orang mengantri cukup panjang dan padat. Secara matematis, sudah jelas orang-orang yang berada di titik terjauh dari tempat kumpul bis tidak akan dapat tempat. Namanya juga berharap keberuntungan bis melambat, jadi mereka dapat berlari kecil sambil melompat naik lewat pintu belakang. Pak supir lalu memperlambat laju bisnya, walau masih di dekat gerbang pos keamanan. Melambat, tapi belum cukup lambat bagi penumpang untuk melompat naik. Karena mereka masih berlari terseok-seok. Mau pegang gagang pintu saja susah, apalagi lompat. 

Rem, gas. Rem, gas. Pak Supir sengaja menggoda penumpang yang sedang berlari. Jahilnya kumat. Bis tetap berhenti di tempat pemberhentian bis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun