“Mmm… Mas, boleh pinjem hapenya gak ya untuk nelpon… urgent nih. Hape saya abis batre…” Akhirnya cewek itu menyahut duluan. Skor berubah, 3-1.
“Ngg… boleh sih Teh, mudah-mudahan pulsanya cukup ya.” Rino nyengir pulsanya mepet.
“Gak lama kok, Mas, sebentar aja.”
“Saya pencetin aja nomernya ya, soalnya saya set bahasa Spanyol hapenya, takut bingung nanti tetehnya. Teteh siapa namanya ya?”
“Waduh gaya bener pake bahasa Spanyol segala. Panggil aja saya Pris. Makasih ya hapenya.”
“Saya Rino.” Entah apa Pris mendengar Rino memperkenalkan dirinya. Tapi suasana mulai cair, skor 4-2! Bis mulai belok ke arah SMA PGII.
“Ay, aku udah mau sampe DU, nih. Jemput di halte aja ya. Paling lima menit lagi sampe. Dah ya, pinjem hape orang nih, hape ku mati. Dah yaa…” Klik. Sambungan singkat dari Pris ke orang yang diteleponnya.
“Dijemput pacarnya ya teh Pris.” Rino kembali membuka pembicaraan.
“Iya dijemput nih, Mas. Makasih ya hape nya.” Pris melempar senyum ringan, dan beranjak dari bangkunya, pindah ke depan dekat pintu. Meyisakan wangi parfum di bangku kosong sebelah Rino.
Rino reflek mengecek sisa pulsanya. Masih bisa sepuluh kali SMS, amanlah. Dia masih membuka slot Nokia pisangnya, lalu melakukan miss call cepat tiga kali. Tak lama, hapenya berbunyi, satu kali dering lalu senyap. Oh, berarti kumpul jadi nih, gumam Rino sambil tersenyum. Dia mempunyai kode miss call dengan kelompoknya. Tujuannya sederhana, hemat pulsa. Dan karena pertanyaannya sudah jelas, “kumpul di tempat biasa?” dilakukan miss call tiga kali. Jika jawabannya ya, maka miss call satu kali. Dua kali jika tidak.
Rino pun berdiri menuju pintu bis. “Pak, di payun nya.” Rino minta berhenti di gerbang Unpad. “Mangga, Sep…” Supir menepi sesuai permintaan Rino.