"Kakak ih aku tidak punya bahan-bahannya kalau sekarang" adikku merengek. Lucu sekali menjahili dia.
"Sudah, sudah jangan ribut. Jili, apa kabar kamu? Kenapa tak memberi tahu dahulu mau pulang?" Huh, seram sekali aura Papa kalau sudah seperti ini.
"Terima kasih, Pa. Aku baik-baik saja, mungkin sedikit pegal-pegal, tapi itu tak mengapa. Sengaja sih, aku kesini kan mau kabur. Surprise!"
"Terus bagaimana perjalanan mu? Kalau kabur berarti ini diluar jadwal? Tak ditemani siapa-siapa? Ada apa sampai kamu memutuskan untuk diam-diam pergi?"
"Tenang sayang, Moon baru saja tiba semalam. Jangan terlalu dibom pertanyaan seperti itu" Mama menenangkan Papa, aku tau beliau khawatir padaku, makanya seperti itu.
"Pa, satu-satu ya. Aku pesan semuanya sendiri, dari penerbangan sampai hotel. Sebetulnya ini jadwal kosong, bisa dibilang libur. Aku hanya memberi tahu managerku saja Pa, sisanya pasti mereka semua nanti tau. Sudah berapa kali aku minta ingin pulang kerumah tak tersampaikan, entah kenapa. Jadi ya, aku memutuskan pulang. London menyesakkan, aku butuh waktu healing, ya Ma, Pa"
"Lain kali kabari dulu sebelumnya ya, Moon. Setidaknya Mama bisa bersiap-siap menyambut mu, masa Mama tau kamu pulang dari Pak Hong duluan sih. Kan heran"
"iya Ma, Pa, semuanya Jili minta maaf ya tidak mengabari dahulu. Untuk sekarang yuk makan, kasian loh makanannya dianggurin daritadi jadi dingin deh!"
"Aduh ini anak tidak berubah daridulu ya Kak, tetap iseng dimanapun" Paman Jie mengusap kepalaku. Sudah lama juga aku tidak bertemu Paman dan Bibi.
"Selamat makan!" seru Yangyang yang sepertinya lapar sepertiku. Terlihat dari porsi makan yang ia bawa.
Selesai makan Mama membawa piring kotor kedapur. Kita semua masih berada di meja makan, nyaman untuk mengobrol. Kecuali Yangyang dan Paman pergi keluar, katanya akan membelikan jelly untukku yang banyak. Padahal kan aku hanya bercanda saja.