"Oh ya, tumben kamu sendirian kesini. Kok ngga bareng sama Erin?" Tanya Dion
"iya, dia lagi ada acara keluarga dirumahnya. Terus gua juga lagi cari ketenangan disini sih" jawabku "eh iya Di, menurut lu. Kenapa sih kadang orang tua ngga jujur cerita masalahnya ke anaknya? Bahkan gua kadang sampai greget sendiri. Apa -- apa ngga dikasih tau, gua ngga boleh ini itu" keluhku pada Dion
*Dion mengehela nafas* "aku ngga tau apa yang kamu alami, tapi. Yang aku tau. Orang tua gamau anaknya merasakan pedih apa yang dia rasakan" Dion antusias menjelaskan
"ya kamu ingat-ingat aja, dulu waktu kamu bayi, Ibumu ngga ngebiarin kamu main gunting,kan?"
"yak an itu pas gua bayi, jadi pasti gua buat mainan terus celakain gua sendiri dong" jawabku membalas pernyataan Dion
"ya kayak gitulah. Orang tua kamu ngelarang dan ngga ngasih tau kamu pasti karena alasan yang logis" entah kenapa, setiap kali aku mengobrol dengan Dion aku selalu merasa menemukan partner
"ooh, jadi itu alasan lu dulu bilang kalo lagu Bertaut ngena banget buat lu?" tebakku "karena, yang gua baca dari lu. Kayaknya lu dekat banget sama orang tua lu ya"
"ya begitulah. Aku paling dekat sama Mamah, tapi Mamah udah meninggal 2tahun lalu. Dan semenjak itu aku ngga tahu harus gimana lagi sama hidup aku. Aku ngga tau harus lari kemana" Dion bercerita dengan mata yang memerah
"kamu udah berdoa?" kataku ragu -- ragu untuk menenangkan Diom
"kalo adalah masalah lain lagi Non. Aku ngga yakin dengan agama" sontak pernyataan Dion padaku seperti member pukulan telak ke wajahku
"Karena aku liat di Negara Eropa sana, banyak yang tidak beragama. Namun,rakyatnya patuh dan mempuyai rasa kemanusiaan yang tinggi lalu, untuk apa agama jika tanpa agama saja orang bisa hidup seindah itu?. Aku membaca banyak buku tentang berbagai agama. Dan agama yang aku tau selalu dipakai untuk politik,peperangan,bahkan untuk mencari keuntungan dengan memanfaatkan agama. Aku ragu dengan agama, bahkan dengan agamaku sendiri" aku termenung mendengar kata katanya