Mohon tunggu...
Saila Rizqia
Saila Rizqia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi menulis cerpen

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Si Nona Pecandu Mas Kopi

15 Juni 2023   10:38 Diperbarui: 15 Juni 2023   10:49 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Si Nona

*Kling kling* "Nona, bisa dimatikan dulu handphonenya? Sebentar lagi mau bapak tutup pertemuan kali ini" Perintah pak dosen

"eh hehe, iya pak maaf. Aduh, ini siapa sih ganggu amat" keluhku

"Baik saya akhiri pertemuan kali ini, semoga bermanfaat. Dan jangan lupa untuk segera menyelesaikan Tugasnya, sekian terima kasih" tutup Pak dosen.

*kring kring* (telefon masuk ke HandPhoneku)

"hiihhh siapa sii ganggu banget astagfirullah" kesal ku. Kulihat notif dari ponsel ku, tertera nama Erin. Tanpa berfikir panjang

"Assalamualaikum Erin cantik" nada ku menggodanya.

"Waalaikum salam Nona manis, baik, dan tidak sombong. Sok sibuk banget sih ah elah kamana saja ibu dicariin anak buah ini lohh" jawabnya

Dia Erin, teman ku sejak duduk dibangku kelas X. Sudah ku anggap sebagai saudara sendiri, bahkan ketika kami jalan berdua banyak orang yang mengira kita ini adek kakak bahkan ada juga yang bilang kita ini anak kembar!. Hanya saja tubuhku tak setinggi Erin heumm, biar ku pendek tapii..... SKIP!

"Ada apa sih Rin, berisik tau ga tadi sampai gua dimarahi Dosen gara-gara notifikasi dari Lo" bentakku

"Ya iya maaf gitu aja marah marah cepet jadi nini-nini loh nanti. Mmm... by the way Lo lagi dimana nih?" Tanya Erin samar-samar

"Gua lagi perjalanan ke Kos-an bentar lagi nyampai, ada apa?" tanyaku

"Kagak, tunggu aja gua di Kos-an gua bentar lagi balik" *tut tut*(Telefon dimatikan)

"eh Rin, aduh udah dimatiin aja nih telefonnya,ga salam ga apa dulu pula" gumamku di jalan. "assalamualaikum" salamku, ketika membuka kamar Kos.

 Hmm, lihat kasur begini jiwa hibernasiku meronta ronta. Tanpa menunda-nunda ku rebahkan tubuhku yang mungil ini sambil menatap langit-langit. Entah mengapa rasanya ingin sekali memeluk Umma, Abi , dan Monci kucingku. Lagi ngapain ya mereka sekarang? pastinya sih baik-baik aja. Aku anak satu-nya kebanggaan Abi juga kesayangan Umma. Wajar kalau diriku ini merindukan mereka rindu sangat rindu

"telfon Umma ahhh.." gumamku

*kring kring* "Halo ma,Assalamualaikum" kataku dengan nada letih

"Halo anak manis, waalaikumsalam. Gimana Na,kuliahnya?" aw, suara Umma selalu bikin gua leleh tiap dengerin

"emm,Alhamdulillah Ma, lancar kok. Lancar juga tugasnya tapi, ehehe" Candaku

 "uang sakunya harus lancar juga nih kalo gitu, eh iya kamu jangan lupa Shalatnya, makan juga jangan telat, asupan gizi tubuhnya dipenuhi loh ya, olahraga juga sesekali" yep, sesi kultum dimulai

Begitulah umma ku, tak heran jika Abi sangat menyangi umma, wanita yang selalu peduli dengan siapapun. Multitalent pula, duhh... idaman banget

"iya ma iya, Nona ga bakalan lupa sama kewajiban Nona" balasku

"Eh iya Na, kamu mumpung masih muda coba cari pengalaman sama pergaulan, jangan Cuma jadi mahasiswa kupu-kupu biar nanti ada cerita. Sekali-sekali coba cari suasana belajar baru jangan Cuma di Kos-an coba ke caffee-caffee kayak anak muda jaman sekarang" kata Umma

"Iya Ma, aku juga ngga kupu-kupu banget kok aku masih keluar buat cari makan kadang" sanggahku

"iya deh iya, ingat kewajibannya jangan dilupain. Shalatnya juga. Disamping kamu pinter berwawasan kamu juga harus islami, kayak itu tuh Na, Najwa Shihab. Umma sering nonton" kata Umma

"iya iya Umma. Mm...Umma udahan dulu ya, Nona mau shalat Ashar dulu. Wassalamualaikum Umma" tutupku

"Iya Waalaikumsalam warrohmatullahi wabarakaatuh" *Cklik*

"Assalamualaikum. Woi hayo,telefonan sama siapa Lo" *Deg* kaget ternyata si Erin yang tiba-tiba datang

"Waalaikumsalam. Kampret, ngagetin aja sih Lo, apaan ini loh gua telefonan sama Ibu Negara, byasalah...kangen anaknya yang gemoy-gemoy" dengan kepedean Khasku aku menjawab Erin

"ciailah. Eh eh ada yang mau gua omongin nih sama Lo" sergah Erin "eh, apaan tuh tumben?" tanyaku dengan antusias

"jadi gini, gua mau ngajakin Lo ke Babe Coffee. Mau yaa, please-please. Temenin gua" pinta Erin dengan wajah agak memelas

"ngga ah, ogah banget. Tugas gue banyak Rin. Lo mau bantuin gue nemuin X dan Y yang ghaib hilang ntah kemana. Ngapain juga kesana? Ngopi? Yaelah lo kan tau gue ga suka nongki ga jelas begituan" jelasku panjang lebar

"Ah elah Na, sekali doang. Ntar Lo bisa dapet suasana baru, biar fresh itu otak Lo ga rumus-rumus doang isinya. Ya ya ayoo dong ya"

gila, ini anak ngotot banget kalau ngajak, tiba-tiba aku ingat kata kata Umma untuk memanfaatkan masa mudaku. Kalau dipikir-pikir juga ya emang sih seorang Nona belum pernah main ketempat kek gitu. Kerja kelompok aja kalau ga di sekolahan ya main kekost temen lain,

 "Mm,yaudah deh gua mau. Tapi gua disana sekalian numpang Wi-Fi buat belajar ya" Erin senyum lebar melihat penerimaanku

"Alhamdulillah. Wah bakal hujan ga nih ya, Nona mau diajak ke caffee. Iya deh iya, Lo boleh kok belajar"

PERTAMA KALI

Kopi. Entah mengapa jika ku pikir kopi itu menyiksa bukan? J. Dia membuat candu, bila kau lupakan sehari saja ia membuatmu sakit, iya kan? Sedikit kujelaskan apa itu kopi versiku. Kopi itu salah satu minuman yang bagiku minuman sihir. Yaa, rasanya pait,  mengurai jam tidurku pula huuhhh. Okey... kau tahu? Mengap rasanya pait ? karena, saat meminum kopi ada sekitar 30 jenis senyawa yang berkumpul di lidah kita dan senyawa itu menybabkan  rasa pait. Mengurangi jam tidur? Yaa, kopi membuatku susah tidur. Kafein yang terdapat di dalam kopilah yang membuat kantukku hilang! Sangat menyebalkan. Kafein bekerja dengan cara menstimulasi sistem metabolisme dan sistem saraf pusat tubuh sehingga merasa bertenaga dan tidak mengantuk. Skipp!!!!

(kriinggg kriing) suara alrm ku berbunyi menunjukkan pukul 4 pagi. Kubuka mataku perlahan- lahan mengingat hari ini adalah hari senin hari dimana aku harus bergelut dengan rumus yang begitu rumit. Arrghh seperti hidupku saja. Lepas sadar dari tidur ku, seperti hari-hari bisanya. Mandi lalu sholat subuh bersiap-siap kuliah, biasalah.

*klunting

WhbatsApp ku berbunyi, membuka pesan setelah batrei hp ku penuh itu kebiasaanku. Susah untuk fast respon entah mengapa secuek itu aku. Tak lama ada yang menelponku, kuangkat..

"Assalamualaikum, selamat pagi si Nona manis" ucapnya menggodaku. Siapa lagi kalau bukan Erin saudara beda rahim dan bapak itu .

"waalaikumsalam, mbaknya sudah didepan? Sebentar ya mbak tunggu diluar aja ya hihihi" balasku meggodanya juga. Setiap pagi aku memang di antar jemput oleh Erin karna memang kita satu kampus hanya saja kita beda prodi , aku matematika murni sedangkan dia anak biologi. Tak satu tempat kita tinggal, aku anat kost dia diambil anak budhenya. Rumahnya tak jauh dari tempatku, mangkanya dia bersedia menjadi supir pribadi setiap hari.

"ngaco lu non, buruan ah udah siang nih. Belum cari sarapan kan lu?".

"iyaa iyaa buru-buru amat sii, ga sabar banget ketemu artis satu ini"

"cepet ga!"

"iyy-iyaa iya, ehh anak ayam ga salam langsung dimatiin. Kebiasaan emang" gumamku

5 menit kemudian... (masuk mobil)

"mau sarapan apa? Pecel, nasi goreng, nasi lemak, nasi kebuli, nasi sama telur, nasi....". ocehan Erin dipagi hari membuat ku pusing!

"lu bisa diem ga sih, masih pagi juga udah ceramah aja. Pagi-pagi tu harusnya ucapan manis yang ada \. Selamat pagi misal, nanyain tadi malam bobonya nyenyak apa tidak. Gitu kek" lesuku

"ya kan udah tadi di telfon" jawabnya singkat sambil memperhatikan jalan

(sesampainya di kampus)

"lu mau beli sarapan apaan,Rin?" tanyaku

"gue langsung ke kelas aja deh, tadi udah sarapan soalnya"

"lah,ngapain lu tadi nanya mau sarapan apa woi!" ucapku kesal kepada Erin

"ya kan basa basi,ah elah. Udah sana-sana kenyangin perut lu" jawabnya cetus. " eh iya,Nona don't forget, nanti nongki pulang kuliah okeyyy. Kalo lu nolak kita musuhan hahaha" teriaknya hingga membuat orang disekitar melihatnya.

Kudengar ada yang berbisik "si Nona mau nongki, yang bener aja?" kata si Alif samar-samar terdengar "tumben, bakalan ada apaan nih" saut si Alin
"alah,berisik kalian. Kan gua juga anak muda!" teriakku,disambut tawa oleh Alif & Alin. Lalu kami sarapan bersama

(pukul  11 menunjukkan jam kuliah berakhir)

"oh yang ini, jadi gini caranya... X min (kring kring ) eh bentar ya ada yang telfon" ku angkat telfon ku yang berbunyi saat ku menjelaskan meteri yang temanku belum paham

"iya? Ada perlu apa ya?" cakapku

"iya iyaa sok resmi amat lu jawab telfon gua, kebiasaankan angkat telfon namanya ga diliat dulu" jawabnya bersemangat

"oalah kutu kupret, kenapa sayang" godaku

"lu kemana si gue tunggu di parkiran, keburu sore nih. Katanya mau nyicip nongki" saut erin

"heuh iya deh iyaa" jawabku pasrah

KEDAI KOPI

"udah sampai nih, nonnn nonaaa woi ah elah,ngelamun apasih lu!?" ucap erin ngagetin

"apa sii iya iya. Udah tau gua kalo udah sampai" kesalku

Dalam hati yang paling dalam aku menggerutu. Tempat apa sih ini, asap rokok dimana-mana, meja penuh kopi, lagu apa juga ini yan diputer. Oke sehari aja deh sehariiii aja gue nurutin erin. Belum pernah gue sekapok ini. Dahlah.

"lu beneran ngajakin seorang ratu ditempat begini?" tanyaku bingung

"iya lah. Udah ikut aja, seru kok tempatnya. Udahh ayo gapake mikir" erin yang tiba-tiba menggandengku masuk ke dalam. Dan naik ke lantai 2

"hi guys..." sapa erin ke satu cowo yang ada disalah satu meja

"hi sayang" jawab cowo itu

"hah? Sayang?" kagetku, "oh jadi ini yang bikin lo kaya orang kesurupan pas buka wa" heranku ke erin

"julid lu,Non" kesalnya, "eh kenalin ini Dito yang gue ceritain ke lo itu"

"hi Dit, gue Nona sahabat Erin" ucapku dengan mengulurkan tangan untuk bersalam hangat

"hi gue Dito, iya lu Nona udah tau gue. Erin sering cerita kok"

"eh Non hehehe" saut Erin malu-malu

"apa? Kenapa lo kek gitu? Aneh banget"

"lo duduk di situ ya ehehe ya Non yaa yayayaya" ucapnya memohon-mohon

"oh lo mau kacangin gue, jadi obat nyamuk nih gue. Tega banget sih lo mentang-mentang udah punya cowo" gregetku

"jan cemberut dong, pliss... plis ya Non, di meja situ tuh kosong. Mmm nanti gue beliin makan deh mm kebab ya kebab, lo suka kan kebab" bujuknya sambil memohon-mohon

"issh iya iyaa, nasib jomblo" grutuku sambil berjalan ke arah meja kosong

Pemandangannya bagus, ga heran kalau tempat ini banyak pengunjung. Dominan anak muda yang berkunjung di sini. Aku duduk berdiam diri sambil melihat alam terbuka. Enak juga rasanya cari suasana baru, ya mungkin agak aneh sih. Tapi... tak apa lah aku suka! Aku memesan kopi panas dengan aroma yang khas. Kata erin ini menu favorit disini. Kau tau kan aku ga suka kopi, tapi aromanya yang menggugah selera. Aku penasaran dengan kenikmatan kopi itu.

"ini kak kopinya, silahkan" dengan ramah... salah satu mbak barista itu menyodorkan secangkir kopi di meja ku

"terimakasih" ucapku dengan senyum

terlintas ingin ku pamerkan moment ini ke Umma, gimana ya reaksi Umma pas tau anak kesayangannya ada di tempat ini.

"hi Umma.. Assalamualaikum" isi chat ku ke umma sambil ku kirimkan foto kopi dan pemandangannya

"waalaikum salam sayang... wahh kamu lagi di mana nak, bagus banget tempatnya. Sama siapa? Sama Erin ya?"

"hehe iya Ma, aku sama Erin lagi ke Babecafe, ga jauh dari kampus Nona kok ma. Nona juga baru pertama kali kesini" balasku

"akhrinyaa, seneng deh Umma liat kamu keluar cari suasana kaya gitu" balas umma

"iya Maa, Ma.. nona off dulu ya, mau nongki sambil nugas. Bye Umma assalamualaikum"

"waalaikumsalam Nak"

Ku letakkan HandPhone ku, mengeluarkan buku, menikmati kopi yang ada dihadapanku. Setelah aku meminum sedikit kopi ini, aku tersadar ternyata aku salah! Tak semua kopi rasanya pait. Rasa kopi ini sangat manis, semanis aku hahaha, angin yang dengan santainya membuat kertas-kertas yang ada dimeja ini sedikit bepindah tempat. Immpresive

"Erinnn" panggilku "cia elah betah banget" godaku ke pasangan yang bucinnya tingkat akut itu

"iya.. kenapa Non?" ucapnya malas

"tolong fotoin dong, abisnya bagus banget pemandangannya" pintaku

"nahh suka kan lo tempat ini" ucapnya sambil berjalan ke arah mejaku. "mana hp lo, siniin"

"di sini ya sini-sini, yang bagus pokoknya. Cahayanya udah pas belom? Kerudung gue ga berantakan kan, Rin?" ucapku sambil menata kerudung

"iisshh crewet banget sih, udah pas ini udah bagus" kesal Erin. "oke siap ya, satuu duaa (cekrik). Lagi-lagi satu dua (cekrik). Nih udah"

"thanks kembaran" ucapku meringis

"iye" jawab Erin singkat

Kulihat foto itu sambil berjalan ke arah tempat duduk ku tadi. Sangking bagusnya, aku tidak melihat jalan sama sekali. Tiba-tiba...

(dubrak) "aw" aku terjatuh, kakiku kesleo karna menabrak seseorang.

"Nona!" teriak erin yang terkejut melihatku.

"eh maaf mbak" ucap lelaki itu sambil mengulurkan tangan pertanda ia ingin menolongku.

"ehh iya-iya gapapa kok. Maaf ya gue ga liat jalan tadi" balasku sambil berdiri di depan seorang cowo berbadan tegap

"lu gapapa?" tanya Erin panik

"engga kok gapapa, salah gue juga tadi jalan ga liat-liat"

"elu sih, sangking sukanya sama foto lu. Bikin lo jatuh kan. Kalo jatuh cinta mah gapapa, lah ini?" celoteh Erin

"ihhh brisik lo"

"maaf mbak, beneran gapapa?" saut lelaki yang menabrakku tadi

"eh gapapa kok hehe" jawabku

"yauda kalo gitu. Saya lanjut kerja dulu. Sekali lagi maaf ya mbak

"iyaa" ucapku sambil menatapnya. Lalu ia pergi

"udah yuk gue anterin lo pulang. Liat tuh kaki lo, merah"

Selama perjalan tadi, keknya gue ga berhenti deh buat ngelamun. Kebayang sama postur tubuhnya mas barista tadi. Duhh, dan sampe sekarang pun gue ga berhenti buat bayangin mas barista tadi. Untung aja Erin ga curiga. Ga senyel urutin Erin aw

MAS BARISTA 

Tegap,gagah,lembut,sopan..ah rasanya aku seperti sudah gila. Sudah 2 minggu lalu  aku terakhir kali nongki di Caf itu, tapi pesona Mas Barista itu masih saja menghantui dibenakku. Sesekali aku tersenyum ketika mengingat wajahnya..seperti anak SMA yang baru kasmaran saja rasanya
(pagi hari di kampus)

"Rin,lu mau ngga nanti sore kita nongki lagi?" kataku pada Erin saat kami menuju kantin bersama

"hah? Seriusan lu? Demi apa?" Erin kaget mendengar ucapanku

"ya iya serius lah, yakali gua boong. Ya mau yaa, temenin gua" rengekku pada Erin

"dih tumben amat lu. Yaudah deh iyaa, mau ngajak jam berapa lu?" Tanya Erin

"enaknya jam berapa ya?" bingungku karena memang aku tidak punya jadwal khusus nongki seperti kegiatanku yang lain

"ya terserah lu dong, kan elu yang ngajak" ucap Erin

"eemmm...jam 5an deh. Bisa ngga?" kataku pada Erin yang asik makan

"Sabi lah jam 5 sore yaa" kata Erin dengan centil

"iyee, ngomong bisa aja pakai sabi lu, alay amat" ledekku pada Erin yang terlalu menye

"eh tapi, lu bakal ngajak Dito ngga? Ngga usah ya..biar gua ga lu kacangin. Yaa yaa" rengekku

"yeehh, bilang aja lu pengen. Yaudah iyaa, kita ngedate deh nanti" jawab Erin dengan ketus

"naah gitu lah, baru teman gua" lalu aku memeluk Erin

(jam 5 sore)

"selamat datang di Bebecafe. Mbaknya mau pesan apa?" sapa Mas Barista. Dalam benakku teringat bahwa cowo ini adalah cowo yang selalu membuatku tersenyum tiap malam 2 minggu terakhir

"aku pesan coffe latte ya mas, lu pesen apa Non?" Tanya Erin "Woi! Non, cepet" tegas Erin

"eeh eeh itu" ah aku salah tingkah didepan mas Barista, aneh tapi ini terasa memalukan "samain aja deh samain kayak punya lu"

"ha? Beneran lu? Yaudah deh, ga kreatif amat lu milih menu" ketus Erin

"bodoamat udah ah, ayok nyari tempat duduk" aku menggandeng Erin menuju kursi didekat jendela luar

"aah aah, iya sabar" keluh erin. Kami pun duduk di tempat yang sudah kupilih

"eh Non, gua belom pernah liat lu kayak tadi" Tanya Erin penasaran

'tadi gimana maksud lu? Gua normal - normal aja nih sehat wal afiat" kataku dengan gaya sok cantik

"alaahh..gua tau, tadi tuh lu kayak salah tingkah, kenapa lu?" Tanya Erin "apa jangan -- jangan lu naksir mas Barista tadi ya?

"eh gila lu, apaan dih. Gua ga salah tingkah dah perasaan" dalam benakku terfikir, apa sekeliatan itu ya kalo aku salah tingkah, aduuhh gaboleh terjadi nih

"selamat dinikmati, dan enjoy ya ditempat kita" aku kaget, ternyata tiba -- tiba Mas barista sudah datang

"ooh iyaa, thank you mas, eh Mas yang biasanya kok ngga ada?" Tanya Erin sok kenal sok dekat

"iyaa mbak, aku lagi sendiri disini. Mbaknya berdua mahasiswi?" aw keramahan dan senyum manisnya bikin aku semakin deg -- deg an tiba -- tiba mas Barista terfokus pada lockscreen handPhoneku yang bergambar Nadin Amizah penyanyi favoritku

"loh, mbaknya suka Nadin juga? Tanyanya padaku diiringi senyum kecil dari bibirnya

"eeh iya, aku suka banget sama lagu -- lagunya Nadin" jawabku antusias karena sedang membicarakan idolaku "karena aku ngerasa kayak ada feel tersendiri yang bisa aku rasain dari lagunya"

"sama dong mbak, aku pertama kali denger waktu dicaffe ini. Terus langsung jatuh cinta aja sama lagunya" aw excited banget waktu dia cerita kalo kita berselera music yang sama

"by the way, lagu favorit Mas apa?" tanyaku mencoba akrab padanya

"kalo aku suka lagunya Nadin yang judulnya Bertaut, karena lagu itu bisa relate banget sama diri aku" jelasnya padaku dan Erin

"oh, kalo aku belum pernah dengerin lagunya yang berjudul Bertaut itu sih.aku favorit banget lagunya dia yang judulnya Kereta Ini  Melaju Terlalu Cepat" jawabku "karena, aku ngerasa aku dewasa terlalu cepat,dan aku takut hal itu"

"oh ya, ngomong -- ngomong Mas namanya siapa?" aku memberanikan diri untuk berkenalan

"uuhh. Aku Gideon Bonaventura, Panggil aja Dion" dia memperkenalkan diri dengan hangat

"hai Dion. Aku Nona, dan yang centil ini Erin" kita baru saja berkenalan namun aku sudah merasa akrab dengannya
"eeh apaan maksud lu centil" Erin menoyor kepalaku

Obrolan kami hangat sampai tak terasa kami mengobrol hingga sampai adzan maghrib. Beruntung lah kondisi caffe agak sepi, jadi kami bisa mengobrol sesuka hati

"eh udah adzan, sholat yuk" ajakku pada mereka berdua

"eh maaf, aku ngga sholat" kata Dion. Aku lupa menyadari bahwa dia adalah Non-Muslim

"oohh sorry ya Di, gua ngga ngeh. Gua pamit dulu sama Erin ya,sekalian balik ke Kos. See you Dion" ucapkku pada Dion

"iyaa, hati -- hati dijalan ya" Dion mengantar kami sampai pintu keluar

(5 hari kemudian)
"Non, lu mau makan apa? Gua mau keluar nih sama Dito nanti balik lagi ke kos lu" kata Erin yang tak ku hiraukan "WOI! Nona! Lun ngelamun apasih serius amat sambil senyum-senyum lagi" ledek Erin yang sedikit kesal karena tidak kupedulikan

"heh, apasih gua lagi mikirin soal matematika nih. Gangggu aja" ucapku sambil mengelak

"gila ya lu, mana ada orang mikirin soal sambil senyum-senyum. Udah, gua mau cabut nih,nanti balik kesini. Lu nitip makan ngga?" tawar Erin

"boleh deh, gue nitip Nasi kucing aja ya 2 sama gorengannya 1" ucapku sambil memberikan uang Rp.5000 kepada Erin

"Lah Non,lu ngga pesan ayam geprek kayak biasanya? Tumben" kata Erin sambil menerima uang dariku

"engga Rin, gua lagi hemat aja sekalian ganti menu" elakku pada Erin, aku gamau dia tau kalau aku lagi ngga punya uang,ntah kenapa. Uang bulanan dari Umma & Abuya telat bulan ini

"yaudah ya Non, gue cabut dulu. Wassalamualaikum" ucap Erin sembari melambai tangan

"iyaa, waalaikumsalam" ucapku membalasa lambaian Erin

"umma lagi apa yaa sekarang" gumamku "ah mending aku telfon umma aja deh" (menyambungkan telfon ke Umma)

"hai Umma assalamualaikum" ucapku dengan manis

"Waalaikumsalam sayangnya Umma. Gimana nak, sehat?" sapa Umma

"Alhamdulillah kok Ma,Nona sehat, Abuya sama Umma juga sehat,kan?" kataku sambil tiduran dikasur

"Alhamdulillah Umma sehat,uhm..kalo Abuya lagi sakit saying, Maagnya kambuh,ini Umma lagi di tempat dokter untuk cek kondisi Abuya" kata Umma

"haa??! Buya sakit? Umma kok ngga kabarin Nona?" sergahku dengan perasaan cemas

"Non, Buya gamau kamu kepikiran lalu kamu ga focus kuliah" Umma mencoba menenangkan

"ya tapi ga semestinya Nona ga dikabarin dong Umma" aku mencoba menahan tangis

"Nak.." pelan kudengar, suara Abuya menggantikan Umma

"eeh Buya, Assalamualaikum Buya, Buya gimana keadaannya?" aku menghujani pertanyaan pada Buyaku

"waalaikumsalam saying, Buya gapapa. Cuma lagi kambuh aja maag Buya. Kamu jaga kesehatan ya sayang ya" ucap Buya lembut menenangkan aku

"Buyaa. Pasti makannya suka telat nih. Kebiasaan kan" kesalku "Buya kalo disuruh makan Umma nurut dong Buya, kalo begini kan Nona juga ngga tenang kuliahnya"

"iyaa nak, maafin Buya ya, kamu yang bener kuliahnya" kata Buya "eh iya Nak,Buya nanti transfer kamu uang,maaf kemarin belum bisa karena Buya sakit ya Nak"

"iya Buya, yang penting Buya sehat dulu" *suara pintu terbuka* seketika aku menengok kearah pintu

"assalamualaikum neng cantik" Erin datang menggodaku "eh lu lagi telfon sama siapa?" Tanya Erin

"eh waalaikumsalam" jawabku "ini gua lagi Telfon sama orang tua gua"

"siapa nak?" Tanya Buya "Erin ya? Sekalian titip salam. Oh iya ini Buya mau pulang dulu ya,kamu jaga kesehatan disana"

"eeh, iya Buya, Nona juga mau makan. Wassalamualaikum Buya, Umma" tutupku pada orang tua ku

"waalaikumsalam" sahut Buya dan Umma *telfon dimatikan*

"Buya gue sakit Rin" aku bercerita pada Erin dengan memelas

"Semoga cepet sembuh ya buat Papa lu, makan dulu yuk. Mumpung tadi pas gua ambil masih panas" ajak Erin padaku

"eh Rin, Bebecaffe hari ini buka ngga sih? Tanyaku pada Erin "gua pengen cari suasana buat nenangin diri" ucapku pada Erin

"buka sih kayaknya. Lu ketagihan kan jadinya ahaha" goda Erin "eh tapi, lu mau kesana sama siapa? Gua gabisa hari ini"

"lah emang kenapa lu? Kok ngga bisa?" tanyaku pada Erin

"yaa gua mau ada acara keluarga. Soalnya sepupu -- sepupu gua mau kerumah. Jadi gua disuruh dirumah terus sama Mamah" jelas Erin sambil meminum kopi starbak pemberian Dito

"Yaudah deh gapapa, tapi anterin gua ke Babecaffe ya" pintaku pada Erin

"iyaa Nonaaaa...siaappp" jawab Erin

Kali kedua

Duduk dipojok deretan ujung dekat jendela lantai 2. Sama seperti masa -- masa yang sudah kulalui, aku mengobati rasa gundahku dengan merenung. Namun kali ini bedanya, aku berada ditempat yang dulu aku benci, serta minuman yang tak pernah mau kuicip,tetapi sekarang aku cintai. Aku menatapi semua orang dijalanan sedang berlalu lalang tak karuan. Mengejar segala keinginan

"Halo, Non. Ini pesenanmu..noon??" eh suara Dion membuyarkan lamunanku

"eeh iya iya, makasih ya Dion" jawabku "by the way, Caffenya gua liat -- liat akhir akhir ini kok sering sepi ya?"

"yaa gitulah Non, pekerja Barista sama pelayan juga udah pada banyak diberhentiin gara -- gara pelanggan sepi" jelasnya Dion yang aku lihat dia tengah sedih menceritakan kondisinya

"Oh ya, tumben kamu sendirian kesini. Kok ngga bareng sama Erin?" Tanya Dion

"iya, dia lagi ada acara keluarga dirumahnya. Terus gua juga lagi cari ketenangan disini sih" jawabku "eh iya Di, menurut lu. Kenapa sih kadang orang tua ngga jujur cerita masalahnya ke anaknya? Bahkan gua kadang sampai greget sendiri. Apa -- apa ngga dikasih tau, gua ngga boleh ini itu" keluhku pada Dion

*Dion mengehela nafas* "aku ngga tau apa yang kamu alami, tapi. Yang aku tau. Orang tua gamau anaknya merasakan pedih apa yang dia rasakan" Dion antusias menjelaskan

"ya kamu ingat-ingat aja, dulu waktu kamu bayi, Ibumu ngga ngebiarin kamu main gunting,kan?"

"yak an itu pas gua bayi, jadi pasti gua buat mainan terus celakain gua sendiri dong" jawabku membalas pernyataan Dion

"ya kayak gitulah. Orang tua kamu ngelarang dan ngga ngasih tau kamu pasti karena alasan yang logis" entah kenapa, setiap kali aku mengobrol dengan Dion aku selalu merasa menemukan partner

"ooh, jadi itu alasan lu dulu bilang kalo lagu Bertaut ngena banget buat lu?" tebakku "karena, yang gua baca dari lu. Kayaknya lu dekat banget sama orang tua lu ya"

"ya begitulah. Aku paling dekat sama Mamah, tapi Mamah udah meninggal 2tahun lalu. Dan semenjak itu aku ngga tahu harus gimana lagi sama hidup aku. Aku ngga tau harus lari kemana" Dion bercerita dengan mata yang memerah

"kamu udah berdoa?" kataku ragu -- ragu untuk menenangkan Diom

"kalo adalah masalah lain lagi Non. Aku ngga yakin dengan agama" sontak pernyataan Dion padaku seperti member pukulan telak ke wajahku

"Karena aku liat di Negara Eropa sana, banyak yang tidak beragama. Namun,rakyatnya patuh dan mempuyai rasa kemanusiaan yang tinggi lalu, untuk apa agama jika tanpa agama saja orang bisa hidup seindah itu?. Aku membaca banyak buku tentang berbagai agama. Dan agama yang aku tau selalu dipakai untuk politik,peperangan,bahkan untuk mencari keuntungan dengan memanfaatkan agama. Aku ragu dengan agama, bahkan dengan agamaku sendiri" aku termenung mendengar kata katanya

Kemudian ia memecah keheningan dan bertanya padaku "kalo kamu, apa yang kamu lakuin ketika kamu sedih?" Tanya Dion

"kalo aku sholat, mengadu semua pada Tuhan dan, aku merasa lega. Kamu cobain sholat?" dan respon dia diluar dugaan aku. Dia mengangguk dan ingin belajar Islam

Hubungan kami kian akrab dan dekat. Dan dia semakin penasaran dengan islam. Aku mengenalkannya pada acara dakwah dari ulama -- ulama favorit Abuya dan Umma. Yakni Prof.Quraish shihab sejauh perkembangan kami, dia kian penasaran dengan Islam yang dia bayangkan sebelumnya adalah agama keras

Partner

Jam 4 pagi. Aku bangun,mengecek handPhone aku terkejut sudah ada 17x panggilan tak terjawab dari Dion. Akupun berinisiatif menelfonnya

"halo Dion. Ada apa kok kayaknya penting banget" aku dengan perasaan sedikit cemas memikirkan terjadi sesuatu buruk padanya

"Non..kamu bisa nemenin aku untuk menemui ustadz? Aku mau syahadat" gaada momen yang bisa gantiin momen itu. Aku merasa kaget,haru,happy juga pastinya

"eehh..Alhamdulillah Yaa Allah..oke lu tunggu di kontrakan lu ya, gua bakal ajak Dito sama Erin buat jemput lu, ok?" aku syukur banget begitu dia mau masuk Islam

"iyaa Non, oh iyaa Non, aku mau terima kasih juga sama kamu ya. Semenjak kenal kamu. Hidupku berubah" Dion berbicara lembut via telfon mengucapkan terima kasih

"eh Di, lu mah bikin salah tingkah aja ih...gua juga makasih ya sama lu. Berkat nasihat lu gua jadi lebih paham sama emak gua"

(jam 10 pagi)

Aku,Erin,dan Ditho haru melihat kawan kami masuk agama Islam."Non, sekarang lu bisa ada kemungkinan sah nih sama Dion. Kan dia udah seiman sama lu ahaha" bisik Erin

"sshh..diem lu Rin" yaa, tapi diakui atau engga aku emang ada keinginan dilamar oleh Gideon

(pukul 4 sore)

Aku berjalan berdua bersama Dion karena dia menawariku untuk mengantarku pulang ke Kos, tapi. Bukannya ke Kos. Aku malah diajak Dion pergi ke tepi pantai

"eh Di, kok lu ajak gua ke sini?" aku bertanya ke Dion dengan heran

"aku pengen liat pantai sama kamu" jawab Dion. Aku masih keheranan dengan sikapnya

"Oh iya Non, aku mau buka caffeku sendiri. Dari hasil tabungan sama tambahan modal dari Papah sedikit" aku antusias mendengar ceritanya. Dan menikmati hembusan angin yang menabrakku pelan

"Bagus dong. Gua boleh usulin nama ngga?" ajakku. Dan Dion pun mengangguk

"gua usul namanya. BobonCaffe" jawabku sambil senyum puas padanya

"Bobon?" dia keheranan mendengar itu. Lalu aku menjelaskan

"iyaa, Bonaventura. Jadi bobon..ahahahaha" kamipun tertawa lepas. Lalu aku berteriak kencang kearah laut

"AAAAAHHHHHHHH!!!!!" Dion menutup telinganya karena berisik mendengarkan suaraku

"Eh Non, kamu kenapa kok teriak teriak" dia kaget melihat tingkahku yang aneh, dan aku menjelaskannya

"karena, tiap kali gua bingung ngungkapin kebahagiaan. Dan liat hamparan luas. Gua selalu teriak kepada Dunia untuk melegakan diri. Coba deh" jelasku pada Dion

'HAAAAAAAAA!!!!" Dion berteriak tepat ditelinga kiriku. Sontak akupun kaget, dan bertanya

"eh kok lu teriak kearah gua?" aku kaget melihat sikap Dion

"ya karena kamu duniaku" aahh melayang aku digombali Dion

"cih, bisa aja" aku tersipu malu. Lalu aku perhatikan Dion sedang mengeluarkan sesuatu dari kantongnya dan berkata

"Non, mau ngga nikah sama aku?" aahhh kawaann, Momen yang bikin aku terkejut dan gaada alasan lagi untuk nolak. Akupun menerimanya. Dan menangis

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun