Mohon tunggu...
Rusman
Rusman Mohon Tunggu... Guru - Libang Pepadi Kab. Tuban - Pemerhati budaya - Praktisi SambangPramitra
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Hidupmu terasa LEBIH INDAH jika kau hiasi dengan BUAH KARYA untuk sesama". Penulis juga aktif sebagai litbang Pepadi Kab. Tuban dan aktivis SambangPramitra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

6. Rusman: Raden Sekartanjung, Adipati Tuban yang Terbunuh

21 September 2018   23:20 Diperbarui: 1 Maret 2019   14:43 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tempatkan kepalaku di atas pangkuanmu, sayang!"

"Ya, ya Kang Mas, " segera saja Nyi Mas Ayu menuruti permintaan suaminya. Tetapi sesaat wajah yang tampan itu sudah berada di pangkuannya, hal yang tak ia duga sama sekali terjadi.

Hati Nyi Mas Ayu terkesiap ketika Raden Sekartanjung tersenyum sambil berkata pelan sekali: "Terimakasih sayang, aku mencintaimu. Berhati-hatilah."

Dan mata Adipati Tuban yang sakti itupun terpejam untuk selamanya.

Kontan gegerlah istana Tuban mendengar tangisan yang meledak dari dalam bilik Sang Adipati.

"Kang Maaas ... !" Jeritan dari seorang istri yang kehilangan suami yang amat dicintainya. Tentu tak dapat dikendalikan lagi.

Orang-orang yang ada di sekitar pendapa terperanjat dan segera menghambur ke arah bilik Adipati. Namun terlambat, karena yang mereka dapatkan adalah dua sosok suami istri yang saling berpelukan. Sang suami telah menjadi jenazah sedangkan si istri telah dalam kondisi pingsan. ***

Keterangan :

  • Kisah ini imajinasi belaka, namun diilhami dari kisah-kisah seblumnya.
  • Penulis adalah pemerhati sejarah dan praktisi pendidikan di Tuban

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun