"Mandela memiliki kekuatan moral yang luar biasa. Ia mampu melihat lebih jauh dari kepentingan pribadi dan berpikir tentang masa depan seluruh bangsa."
Pada tahun 1993, Mandela dan de Klerk bersama-sama dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian atas upaya mereka dalam mengakhiri apartheid secara damai.
Pemilu Bersejarah 1994: Lahirnya Afrika Selatan Baru
Pada 27 April 1994, Afrika Selatan menggelar pemilu demokratis pertama dalam sejarahnya, di mana semua warga negara, tanpa memandang ras, berhak memberikan suara. Pemilu ini berlangsung dengan damai, meskipun ada ancaman kekerasan dari kelompok-kelompok ekstremis.
Mandela memenangkan pemilu dan dilantik sebagai Presiden pertama Afrika Selatan yang dipilih secara demokratis pada 10 Mei 1994. Dalam pidatonya yang bersejarah, ia berkata:
"Kita harus bertindak bersama, sebagai satu bangsa, demi rekonsiliasi, pembangunan bangsa, dan lahirnya dunia baru."
Pidato ini menegaskan kembali komitmennya terhadap persatuan. Ia tidak berbicara sebagai pemimpin kelompok kulit hitam, tetapi sebagai pemimpin seluruh rakyat Afrika Selatan.
Kofi Annan, mantan Sekjen PBB, menyebut transisi ini sebagai:
"Contoh paling luar biasa dari kepemimpinan moral dalam sejarah modern."
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi: Memaafkan, Bukan Melupakan
Mandela memahami bahwa agar Afrika Selatan benar-benar bisa bersatu, luka masa lalu harus dihadapi. Oleh karena itu, ia mendukung pembentukan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (Truth and Reconciliation Commission - TRC), yang dipimpin oleh Uskup Desmond Tutu.