Mohon tunggu...
Rudi Sinaba
Rudi Sinaba Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat - Jurnalis

Menulis apa saja yang mungkin dan bisa untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nelson Mandela : Simbol Perjuangan Tanpa Dendam dan Kekerasan

31 Januari 2025   04:40 Diperbarui: 31 Januari 2025   04:40 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjaga Afrika Selatan dari Perang Saudara

Saat Mandela bebas dari penjara pada 11 Februari 1990, Afrika Selatan berada di ambang kehancuran. Ketegangan rasial sangat tinggi, dengan kelompok ekstremis kulit putih yang ingin mempertahankan apartheid dan kelompok militan kulit hitam yang ingin membalas dendam.

Di banyak negara lain yang mengalami diskriminasi rasial sistemik, transisi sering kali diiringi dengan kekerasan. Misalnya, di Rwanda, konflik etnis antara Hutu dan Tutsi pada 1994 berujung pada genosida yang mengerikan. Di Balkan, transisi dari komunisme ke demokrasi menyebabkan perang saudara berdarah. Namun, Afrika Selatan—di bawah kepemimpinan Mandela—menghindari nasib serupa.

Bill Clinton, mantan Presiden Amerika Serikat, pernah mengatakan:

"Dalam sejarah, kita jarang melihat seorang pemimpin yang memiliki kesempatan untuk membalas dendam, tetapi justru memilih untuk memaafkan dan membangun kembali bangsanya."

Mandela memahami bahwa satu-satunya cara agar Afrika Selatan tidak hancur adalah dengan menciptakan persatuan, bukan perpecahan.

Negosiasi dengan Mantan Musuh

Langkah pertama yang dilakukan Mandela adalah bernegosiasi dengan Presiden F.W. de Klerk. Ini adalah langkah yang sulit, karena bagi banyak pejuang anti-apartheid, berbicara dengan pemerintah kulit putih dianggap sebagai pengkhianatan.

Namun, Mandela melihat bahwa tanpa dialog, perlawanan hanya akan menghasilkan lebih banyak darah. Ia percaya bahwa perubahan harus terjadi melalui jalur hukum dan politik, bukan hanya melalui perlawanan bersenjata.

Dalam negosiasi yang berlangsung antara 1990 hingga 1993, Mandela dan de Klerk mencapai berbagai kesepakatan penting, termasuk:

  1. Penghapusan sistem apartheid secara bertahap.
  2. Pembebasan tahanan politik dan pencabutan larangan terhadap organisasi seperti ANC (African National Congress).
  3. Penyusunan konstitusi baru yang menjamin hak-hak semua warga negara.

F.W. de Klerk sendiri mengakui bahwa tanpa Mandela, transisi damai ini mungkin tidak akan terjadi. Ia pernah berkata:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun