Mahatma Gandhi pernah berkata:
"Keteguhan hati dalam kebenaran lebih kuat daripada pedang."
Mandela membuktikan kebenaran kata-kata ini. Ia tidak tunduk pada tekanan pemerintah apartheid, bahkan ketika ia mengalami penderitaan fisik dan mental yang luar biasa.
Kesabaran di Balik Jeruji
Hidup di Pulau Robben, tempat ia dipenjara selama hampir dua dekade, adalah sebuah ujian berat. Ia dan rekan-rekannya dipaksa bekerja di tambang kapur, mendapatkan perlakuan diskriminatif, dan hanya diizinkan satu kunjungan keluarga setiap enam bulan. Namun, Mandela tidak pernah kehilangan semangatnya.
Rekan-rekannya di penjara menggambarkan bagaimana Mandela tetap optimis dan terus membaca serta belajar. Ia bahkan memanfaatkan waktunya di penjara untuk mendalami filsafat, hukum, dan strategi politik. Salah satu pengawal penjara, Christo Brand, pernah berkata:
"Mandela tidak pernah membiarkan penjara menghancurkannya. Ia tetap berdiri tegak, berbicara dengan penuh martabat, dan memperlakukan semua orang, bahkan sipirnya, dengan hormat."
Kesabaran Mandela bukan berarti ia pasif. Ia terus berkomunikasi dengan dunia luar melalui pesan-pesan tersembunyi dan pertemuan rahasia dengan pemerintah apartheid. Bahkan, ketika dunia mulai menekan Afrika Selatan dengan sanksi internasional, Mandela tetap menjadi simbol perlawanan yang tak tergoyahkan.
Membangun Citra Pemimpin yang Tak Bisa Dibeli
Sikap tegas dan konsisten Mandela menjadikannya ikon moral yang dihormati di seluruh dunia. Jika ia menerima tawaran kebebasan dengan syarat, mungkin sejarah akan mencatatnya sebagai pemimpin yang menyerah di tengah jalan. Namun, karena ia tetap teguh, namanya diabadikan sebagai simbol perjuangan melawan ketidakadilan.
Kofi Annan, mantan Sekretaris Jenderal PBB, pernah berkata: