“Kita tidak akan benar-benar bebas hingga seluruh dunia bebas dari tirani, kemiskinan, dan ketidakadilan.”
Ucapan ini mencerminkan keyakinannya bahwa keadilan harus bersifat universal. Keberaniannya menghadapi sistem yang menindas menginspirasi gerakan hak asasi manusia di berbagai belahan dunia, menjadikannya tokoh yang dihormati oleh para pemimpin dunia dan pejuang kemanusiaan.
Dari Pejuang Lokal ke Tokoh Global
Ketika Mandela dipenjara selama 27 tahun di Pulau Robben, ia bukan hanya dipandang sebagai pemimpin perlawanan di Afrika Selatan, tetapi juga sebagai simbol ketidakadilan global. Dunia melihat bahwa penahanan dirinya bukan sekadar kasus individual, tetapi bagian dari penindasan sistemik terhadap kelompok yang tertindas.
Dukungan internasional terhadap Mandela semakin menguat pada 1980-an. Gerakan boikot terhadap Afrika Selatan berkembang di berbagai negara. Musisi, akademisi, dan politisi dari berbagai belahan dunia menyerukan embargo ekonomi dan diplomatik terhadap rezim apartheid. Salah satu momentum penting adalah konser “Nelson Mandela 70th Birthday Tribute” di London tahun 1988, yang dihadiri oleh lebih dari 70.000 orang dan disiarkan ke lebih dari 60 negara.
Mantan Presiden AS Bill Clinton pernah berkata:
"Mandela mengajarkan kepada kita semua bahwa keberanian bukanlah ketiadaan rasa takut, tetapi kemenangan atasnya."
Mandela tahu bahwa melawan ketidakadilan bukan berarti tidak memiliki rasa takut, tetapi bagaimana seseorang tetap bertahan meskipun ketakutan itu ada.
Mendukung Gerakan Hak Asasi Manusia di Dunia
Setelah menjadi Presiden Afrika Selatan, Mandela tidak berhenti memperjuangkan keadilan hanya untuk negaranya. Ia mengambil sikap aktif dalam berbagai isu global, di antaranya:
1. Perjuangan Melawan Kemiskinan dan Ketimpangan