Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kesumba di Tanah Perlawanan

15 Februari 2022   13:19 Diperbarui: 18 Februari 2022   00:40 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi batu nisan.| Sumber: Pixabay/Brenswaelz

***

Jam menunjukkan pukul 12 kurang sembilan menit. Panas mendapat kuasa memanggang kepala-kepala tanpa pelindung. Jalan di depan gedung pemerintah penuh para pengunjuk rasa. 

Gabungan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi tumplek jadi satu. Kekuatan yang cukup solid guna menggempur kaki tangan penguasa negeri yang otoriter. Seperti demo-demo sebelumnya, tuntutan reformasi dijadikan inti utama. 

Petinggi-petinggi di dalam gedung dibuat gerah. Aksi unjuk rasa makin gila. Dan itu tiap hari. Yel-yel bersahutan sambung menyambung mengusik nurani. Tangan terkepal mengarah keatas. 

Keinginan massa bertemu para petinggi serta wakil rakyat tak kesampaian. Negosiasi alot. Aparat tak memperbolehkan. Massa mahasiswa berbaris rapi mendengarkan orasi dari rekan mereka. Setelah cukup lama pimpinan mahasiswa bertindak.

"Rekan-rekan...siap!" Aba-aba meletup. Instruksi diikuti tanpa panjang pikir.

"Dua langkah kedepan...jalan!" Bak garnisun perang, massa maju dengan gagah. Jarak dengan aparat makin menciut. Muka-muka terguyur keringat berpadu partikel debu.

"Berikutnya! Tiga langkah kedepan...jalan!" Aparat dan mahasiswa menebarkan aroma batin masing-masing. Napas-napas saling berbenturan terbungkus panas siang. Detak jantung berdegup berpacu kencang. Detik-detik terus berjalan walau semua tegak bersitatap.

"Rekan-rekan! Demi tuntutan hati nurani dan reformasi...seribu langkah majuuuu...jalan!" Suara gaduh akibat benturan dua gelombang besar yang berbeda persepsi terjadi. Saling dorong dengan teriakan serta sumpah serapah meninggi. 

Emosi berjingkat-jingkat menusuki hati. Baku hantam terjadi. Pihak massa yang bermodal kepalan tangan harus mengakui daya remuk tongkat aparat. Cuma karena didorong semangat juang untuk menunaikan tuntutan reformasi lah yang membuat mereka bertahan. 

Hebat. Kegaduhan mendapat tempat. Pagar betis akhirnya jebol. Beberapa aparat yang terkena lemparan batu ditambah jotosan, terjengkang. Inilah celah untuk maju menuju sasaran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun