Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kesumba di Tanah Perlawanan

15 Februari 2022   13:19 Diperbarui: 18 Februari 2022   00:40 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi batu nisan.| Sumber: Pixabay/Brenswaelz

Kedepan, cobaan apalagi yang akan dialami perempuan itu. Pikirannya berlompatan liar. Kejadian tersebut mengusik jiwanya. Dia tidak bisa menerima kematian bapaknya yang tragis.

Tragedi Kartodikromo memberi pukulan berat bagi warga dusun. Intimidasi pun terus bergerak tiada ampun. Kekalutan menerkam siapa pun dibarisan perlawanan. 

Pikiran dihantui teror yang tak habis-habis. Kabar tentang penduduk yang hilang ingatan dan bunuh diri mengiris batin. 

Supar terpaksa mengambil jalan pintas. Minggat. Keluar dari dusun bersama anak istrinya, raib entah ke mana. Rumah dikosongkan, harta benda ditinggalkan. Mesin teror bergerak seiring jadwal pembangunan yang kian dekat.

"Jika ganti rugi tidak diambil, jangan kecewa kalau kalian akan kesulitan dikemudian hari." Tak ada pilihan yang mengenakkan. Bagai buah simalakama. Sampai semua protes digulung tanpa peri.

***

Gambar diolah pakai Picsart
Gambar diolah pakai Picsart

"Sejak kapan tanaman ini tumbuh? Siapa yang menanam?" Selalu saja keheranan muncul dibenak warga bila melintas di pekuburan di mana Kartodikromo dikebumikan. 

Selama bukit kecil digunakan sebagai makam desa, belum pernah mereka melihat perdu setinggi 3 meteran menguasai areal itu. Sebuah keanehan. Atau selama ini mereka kurang perhatian? 

Tanaman itu tambah subur bila para penghuni baru dikubur disitu. Buahnya yang mirip rambutan bergelantungan menyapa siapa pun dari kejauhan. Warnanya menyala sebagai tanda kekuatan.

"Kalau waduk jadi, makam ini tinggal kenangan. Air akan menenggelamkan." Suara kekuatiran menimbun dihati warga dusun. "Mau dipindah kita tak punya lahan pengganti."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun