Mohon tunggu...
Rizkikazahra
Rizkikazahra Mohon Tunggu... Penulis - chill bro', chill vibes✨, with the cherry on top🍒

Live, chase, run, happy happy^^

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Beri Waktu, yang Termangu Akan Temukan Pelabuhannya

9 Februari 2021   20:45 Diperbarui: 9 Februari 2021   21:02 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

''Huh, syukurlah aku benar jawaban yang itu. hehehe...'' Rhea berbicara dengan nada yang disambangi sedikit tertawa kecil namun tidak ada yang memperdulikannya lalu ia keluar dari kerumunan itu dan berdiri di depan papan tulis.

Jika tidak bisa membuktikkan dengan hasil, kerja keras akan menjadi percuma. Lagi-lagi ia melihat sekelilingnya. Muncul angka-angka yang dilihat matanya, peringkat-peringkat orang tersebut. Diliriknya satu-persatu orang dalam kelasnyaa. Bora si peringkat satu, Gangga si peringkat dua, Sera si peringkat 3, dan Zalfa dengan peringkat 4. Kata-kata Pak Toni selalu berputar-putar dalam otaknya ''peringkat kalian di bulan Januari tahun ini akan menentukan peringkat kesuksesan di kehidupan kalian.'' Seberapa keras pun aku berusaha, peringkatku di hari ini mungkin sulit untuk berubah. Rasa cemas dan rasa frustasi itu terus menghantuiku.

Sepulang sekolah, Rhea, Yuri, Dikta, dan Gangga menyusuri lorong-lorong sekolah bersama sambil bercakap-cakap. Rhea mengajak mereka untuk makan sore bersama di cafe seperti biasanya. Namun, kali ini tidak ada satupun yang dapat menemaninya. Semua sibuk dengan keperluaannya masing-masing. Gangga yang harus kursus tepat waktu yang sudah ibunya tunggu di depan gerbang sekolah, Yuri yang belajar bersama dengan pacarnya yang seorang mahasiswa, dan Dikta sebagai harapan satu-satnya Rhea untuk menemaninya harus les keolahragaan untuk masuk seleksi fisik karena akan mengambil jurusan Pendidikan Keolahragaan. Rhea menyayangkan mereka semua karena tidak ada yang bisa menemani kesibukan tidak pentingnya itu, padahal kemarin pagi ia berjanji pada Dikta akan menghabiskan waktunya untuk belajar. Tapi dua hari kamudian ia sudah lupa dengan kata-katanya.

Saat sampai di depan gerbang sekolah, mereka bertemu Ibu Raya yang membawa laptopnya tanpa ditutup terlebih dahulu dan dibiarkan terbuka hingga terlihat ia sedang mengurusi nilai-nilai kelas 3-A3 dan menyapa mereka dengan wajah ramah tersenyum walaupun Bu Raya selalu dipandang jutek oleh semua siswa.

''Bagaimana dengan ujian percobaannya? Lancar?'' Tanya ibu Raya pada siswa dan siswi kelas 3 SMA itu.  Mereka tidak menjawab dan hanya tersenyum dengan menunjukkan muka memelas yang menandakan bahwa ujiannya sedikit melelahkan. Lalu diteruskannya omongan itu.

''Oh sebentar, kamu adiknya Jisa, kan? Bagaimana kabarnya? Dia ada di kelasku tahun lalu dan berhasil masuk Universitas Indonesia.'' Ibu Raya mendekat pada Rhea dan menaruh tangan kirinya pada bahu Rhea.

Rhea menjawab dengan senyuman.

''Hehe ya! kabarnya sangat baik.''

''Kakakmu masuk Universitas Indonesia, mintalah dia mengajarimu. Kamu tahu seberapa keras kakakmu belajar? Punggungnya sampai sakit karena duduk sepanjang hari untuk belajar. Hmm... sejujurnya, jika kamu berusaha setengah dari Jisa saja kamu bisa masuk universitas 3 level lebih rendah dari kakakmu.'' Ibu Raya pergi meninggalkan mereka kembali ke sekolah.

''Ya bu, terima kasih.'' Tak lupa Rhea langsung menjawab dengan nada berbicara yang cepat. Lalu, ia melanjutkan berbicara pada teman-temannya.

''Tapi, apakah dia mengetahui namaku?''

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun