Ia meninggalkan ibunya dan keluar rumah ke taman dekat rumahnya untuk mencari udara segar. Harapan yang telah ia bangun hari ini karena pencapaiannya runtuh seketika. Tempat tanpa ular berbisa dan kobaran api, tetap bisa jadi neraka. Aku tidak percaya ini, aku ingin keluar dari meraka ini. Ia mengrimi pesan pada username artpreciatetheday.
''Aku ingin mati, haruskah aku bunuh diri?''
Dengan mendapat pesan seperti itu, Rhea terbangun langsung dari tempat tidurnya dan beranjak pergi keluar untuk menemui Gangga. Rasa khawatirnya pada Gangga cukup melonjak saat ia bertemu.
''Kamu membuatku khawatir, kenapa kamu ingin mati? Sekarang sudah larut, ayo pulang ke rumah dan sampai bertemu di sekolah besok. Oke? Gangga, jangan terlalu khawatir. 100 hari kemudian, semuanya akan baik-baik saja.kamu pintar! Semuanya akan berjalan mudah bagimu. Aku harus pergi sekarang. Jaga dirimu baik-baik!'' Rhea meyakinkan Gangga bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Gangga mengangguk dan mengerti apa yang Rhea bicarakan.
''Baiklah, terima kasih Rhea!''
Pagi harinya, Rhea berangkat sekolah sendiri. Hari ini, ia tidak berangkat dengan Dikta. Sesampainya di sekolah, Rhea meihat bangku di sebelah Dikta yang masih kosong. Dikta tertidur dan ia membangunkannya untuk menanyakan dimanakah Gangga. Namun, Dikta malah menjawab dengan jutek mengapa ia bertanya tentang Gangga kepadanya. Ia tidak tahu menahu dan meminta bukankah Rhea lebih dekat akhir-akhir ini dengannya. Tiba-tiba, Leo memanggil Dikta dan memintanya untuk menemui wali kelas. Ia pun pergi dari bangkunya menuju kantor.
Sambil menyusuri lorong-lorong menuju kelasnya dari kantor guru, ia memikirkan apa yang tadi wali kelasnya bilang tentang sahabatnya. Bagaimana bisa ia tidak tahu menahu sahabatnya itu pergi.
''Gangga kabur dari rumah tadi malam dan masih belum kembali. Apa kamu tahu sesuatu? Ibunya melapor ke sekolah pagi ini untuk mencari Gangga. Karena kamu ketua kelas sekaligus sahabat dekatnya, aku memanggilmu siapa tahu kamu mengetahui keadaan Gangga sekarang.''
Dikta memasuki kelas 3-A6 lalu berbicara dengan nafas yang terengah-engah karena belum sempat mengatur nafasnya. Ia mendekati Rhea yang pagi itu menanyakan Gangga padanya. Ternyata, ini adalah tanda dari Rhea pada dirinya.
''Si peringkat satu, ia menghilang!'' Sedikit kata yang ia lontarkan namun dapat seketika mengguncangkan semua siswa di kelas itu.